Merah adalah satu-satunya warna yang ia lihat sebelum semuanya menjadi gelap.
Panas dari api yang membara membuat segalanya hancur berkeping-keping, tapi dia tidak menyesalinya.
Setidaknya itulah yang dia pikir.
Teriakan dan jeritan menyakitkan 𝘴𝘢𝘶𝘥𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 menggema dalam nada kesakitan. Memanggil namanya berusaha agar kembali, tapi itu sia-sia. Dirinya dan 𝘳𝘶𝘮𝘢𝘩𝘯𝘺𝘢 telah terbakar habis hingga menjadi abu.
Sekarang semuanya bergantung pada emma. Dia tahu bahwa dirinya egois tapi dia juga tahu bahwa emma adalah orang yang keras kepala dan pada akhirnya akan membawa semua anak untuk melarikan diri tak peduli apa katanya.
Satu-satunya harapannya saat ini hanyalah melihat mereka dapat bertahan hidup dan keluar dari dunia sialan ini.
Semoga tuhan memberkati mereka.
••
•
'Ah, apakah ini akhirnya?'
'Aku harap begitu.. '
'Tidak ada akhir yang bahagia untuk seorang penghianat sepertiku'
Ray membuka matanya hanya untuk melihat cahaya yang makin meredup diatas air. Apa dia tenggelam? Dia tidak bisa bernapas namun entah mengapa rasanya begitu hangat.
Perlahan matanya menutup dan tubuhnya terasa semakin ditarik oleh arus kedalaman air. Dia berharap ketika dia bangun nanti dia akan bertemu dengan norman dan anak-anak lainnya, walaupun dia sendiri tidak yakin orang sepertinya yang mengorbankan orang lain demi mencapai tujuannya akan mengalami sesuatu yang indah seperti itu.
Namun itu tidak datang padanya.
Ketika ia membuka matanya yang dilihatnya hanyalah putih. Aroma antiseptik dan obat-obatan tercium oleh hidungnya yang sensitif. Dia merasakan sesuatu menembus kulitnya dan menemukan sebuah infus ditangan kirinya, dia juga merasakan berbagai perban ditubuhnya yang terbakar dan sebuah masker oksigen untuk membantunya tetap hidup.
Tubuhnya seakan-akan mati rasa dan sulit untuk digerakkan. Apakah dia tidak jadi mati?
Ray ingat betul akan kematiannya, mustahil hal itu bisa dicegah terutama dengan peralatan medis yang tidak pernah dilihatnya kecuali di dalam buku. Sebenarnya apa yang terjadi? Dia bertanya-tanya akan hal itu.
Matanya menatap kosong pada langit-langit rumah sakit.
Tak lama kemudian dia mendengar suara langkah kaki seseorang yang makin mendekat kearah tempatnya berbaring. Deritan pintu terdengar hanya untuk menunjukkan seorang pria berkacamata dengan rambut hitam terurai rapi dan pakaian serba putih. Dia tidak mampu untuk menoleh tapi dia tetap berusaha untuk merespon.
"Jadi kau sudah bangun ya" Ucap dokter tersebut dengan suara yang lembut.
Ray mengedipkan matanya sebagai tanda ya.
Dokter itu tersenyum dan berjalan kearah banyaknya peralatan medis. Mungkin untuk mengganti perbannya atau lainnya? Siapa yang tahu.
Setelah selesai melakukan apa yang dia ketahui sebagai pekerjaan 𝘥𝘰𝘬𝘵𝘦𝘳 dia pun berusaha untuk mengeluarkan suara.
"S- si- siapa ka- kau" Tanyanya dengan suara terbata-bata dan serak.
Pria itu nampaknya cukup terkejut tapi dengan cepat diganti oleh wajah penuh perhatian.
"Namaku Miyamura Hozuki, seorang dokter yang bertugas untuk merawatmu"
Ray mengangguk pelan.
"Dan bolehkah aku menanyakan namamu nak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret
FantasyBagaimana jika ray menyalakan api dan emma gagal menyelamatkan ray? Apakah ray akan mati begitu saja? Alih-alih mati dilahap api ray malah diberi kesempatan untuk hidup di dunia yang baru, namun apakah di dunia baru itu hidupnya akan damai? Nah sak...