Chapter 4

327 77 0
                                    

Siapa yang menyangka pertemuan itu akan membawa sesuatu yang besar untuknya.

Seorang kakak laki-laki huh? Ray tidak pernah menyangka hari dimana dia akan mendapatkan seorang kakak apalagi kakak laki-laki.

Shit, sampai saat ini dia masih bertanya-tanya bagaimana kabar emma dan yang lainnya. Apakah mereka berhasil melarikan diri? Apa mereka berhasil menemukan orang-orang yang seperti mereka? Apa mereka akrab dan membantu satu sama lain? Apa mereka bahkan mengingatnya?

Norman.. Dia sangat berharap bahwa teman baiknya mengawasinya saat ini agar tidak melakukan sesuatu yang bodoh.

Dia keluar dari pikirannya dan melihat kearah 𝘢𝘯𝘪𝘬𝘪 nya. Dia bertanya-tanya apakah orang yang dia panggil kakak ini mampu mengatasi kegilaannya suatu hari nanti, yah baik kegilaan yang dirinya sendiri miliki maupun yang dia miliki.

"Kalau begitu aku yakin kau membutuhkan nama keluarga saat ini"

Ray menoleh pada sumber suara.

"Nama keluarga?"

Chuuya mengangguk.

"Mulai sekarang kau akan menggunakan nama nakahara, tapi aku tidak merekomendasikanmu untuk menyebar nama depanmu begitu saja"

Dia mengangguk.

"Nakahara ray" Gumamnya.

"Well, welcome to the family" Ujar chuuya.

Tidak pernah sekalipun dia berpikir akan ada orang yang menyandang nama nakahara selain dirinya. Dia tahu ini tiba-tiba tapi dia harus melakukannya.

Sekarang dia hanya perlu mengurus berbagai dokumen terkait bocah ini tanpa diketahui oleh port mafia terutama dazai dan tanpa dicurigai oleh pemerintah.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana?

Nah, mari kita kesampingkan hal itu terlebih dahulu.

Chuuya mengajak adiknya untuk makan di salah satu restoran pribadi yang memiliki tingkat privasi tinggi. Dia tidak ingin didengar atau disela oleh orang lain yang tidak berkepentingan.

Mereka duduk di kursi yang saling berhadapan.

Mafioso itu menatap tajam kearah 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘨𝘢 barunya. Dia kemudian memutuskan untuk memulai pembicaraan.

"Keberatan berbagi informasi?"

"Tidak sama sekali"

"Lanjutkan"

Sesuai permintaan, ray melanjutkan pembicaraan mengenai latar belakangnya. Dia mengatakan latar belakang yang telah dibuatnya dengan menambahkan sedikit tambahan mengenai hilang ingatannya serta upaya bunuh dirinya.

"Disaat kupikir ini hanyalah tanda untuk budak sepertiku, aku tidak berpikir bahwa sebenarnya hal ini jauh lebih penting dalam hidupku"

Ray menyadari bahwa terdapat celah didalam ceritanya tapi meskipun begitu akan sangat sulit menemukannya terutama disaat celah itu sangat kecil dan sulit untuk disangkal.

Yang lebih muda memperhatikan mafioso yang mendengarkan cerita dengan seksama. Ada kalanya dia mengerutkan dahi tapi dengan cepat hilang bersamaan dengan pemikiran baru yang memasuki otaknya.

"Sebagian besar aku sudah mengerti, aku tidak akan mengorek lebih jauh tentang ini. Sekarang apa yang ingin kau makan?"

Nakahara yang lebih muda memperhatikan setiap makanan yang ada di menu. Sulit untuk memutuskannya ketika terdapat belasan atau bahkan puluhan jenis makanan yang dapat disajikan untuknya.

Dia memilih makanan yang paling masuk akal baginya "Spaghetti"

Chuuya melirik mengikuti arah jari anak itu yang berada diatas menu. Dengan cepat dia memanggil pelayan dan memesan makanan untuknya dan dirinya.

Setelah beberapa menit makanan tersebut datang dan mereka pun makan dengan keheningan yang ada.

30 menit kemudian mereka beranjak dari restoran tersebut.

Suatu keberuntungan karena tidak ada tanda-tanda dari rekannya. Chuuya tidak ingin mendapatkan masalah karena tertangkap basah apalagi oleh dazai. Yah, meskipun dia tahu bahwa saat ini orang itu mungkin sedang minum disebuah bar bersama rekannya yang lain.

Siapa yang menyangka waktu berlalu begitu cepat yang sekarang menunjukkan jam 16.50.

Chuuya mengernyit. Siapa yang menyangka bahwa dia akan kedatangan maniak bunuh diri lainnya di hidupnya apalagi orang itu adalah adik barunya.

Dia tahu bahwa kehidupan di suribachi bagaikan neraka, dia juga pernah mengalaminya. Hanya saja daripada ingin mengakhiri hidupnya dia lebih memilih untuk melawan takdirnya. Persetan dengan itu semua, dia akan hidup dengan bebas meskipun harus melawan banyak orang.

Tetap saja, kagutsuchi huh?

Itu sangatlah masuk akal bagaimana kebakaran yang ditimbulkan olehnya malah memicu kekuatan dewa api itu.

Dia bertanya-tanya bagaimana kedua dewa itu akan bekerja sama dan kekuatan seperti apa yang akan mereka hasilkan.

Dia bergidik membayangkannya, hasil yang sudah pasti ia yakini tentu saja kekacauan total.

Namun akankah semua itu menjadi berbeda jika sang demon prodigy ikut campur? Nah kalau itu siapa yang tahu.

Keluar dari pikirannya diapun melanjutkan perjalanan mereka menuju apartemen.

Ray tampak pendiam yang dimana menguntungkannya, sejak awal dia tidak begitu tahu bagaimana menangani anak-anak.

Bocah itu kelihatannya cukup picik jika diperhatikan dengan baik. Walaupun tidak mencapai tingkat demon prodigy tetap saja kecerdasannya tidak bisa diremehkan.

Sesampainya di apartemen, dia sengaja menghidupkan televisi lalu pergi menuju kamar mandi untuk berendam air hangat ditemani oleh wine kesayangan miliknya.

Ray sepertinya tidak terlalu memikirkannya jadi itu bukanlah masalah besar. Sebaliknya dia malah mengotak-atik channel televisi dan sekilas terlihat binar dimatanya.

Itu lucu melihat bagaimana bocah itu mendekatkan wajahnya ke televisi ketika melihat channel yang menunjukkan pemandangan dan perkembangan hutan hujan tropis.

Well, setidaknya dia masih memiliki sedikit kekanak-kanakannya didalam dirinya yang terlihat dewasa itu.

RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang