5. First Night, Huh?

2.4K 224 20
                                    

Gelagar tawa terdengar dari sebuah kamar yang ditempati Adel dan Gaven. Padahal seharusnya mereka sedang lelah-lelahnya karena baru saja menyalami banyak sekali tamu undangan yang tidak kira-kira. Kalau begini sih, mendingan kemarin mereka mengusulkan nikah di KUA saja. Jadi tidak makan banyak biaya dan tenaga.

Untung saja, tadi mereka sempat makan dan bergantian berendam air panas setelah acara selesai. Dan kini, tubuh mereka sudah bugar seperti semula seolah-olah tidak pernah ada resepsi besar-besaran hari ini. Adel dan Gaven bahkan masih sempat-sempatnya bergantian saling memijit, padahal di bawah sana ada keluarga besar yang sedang berkumpul menanti si Raja dan Ratu sehari untuk meledek atau bahkan memberi kata-kata mutiara tentang keluarga.

Bodo amatlah. Yang nikah kan Adel dan Gaven. Dan pernikahan itu sifatnya seumur hidup. Jadi masih banyak sekali waktu untuk menyindir atau memberikan petuah-petuah tentang sebuah keluarga bahagia pada mereka nanti. Yang penting Adel dan Gaven happy, baru deh, setelah itu pusing menghadapi kenyataan, hehehe. Sekarang, mending Adel dan Gaven buka kado saja, siapa tahu ada yang ngasih permata.

"Koplak banget, Bocah! Masa gue sama lo disuruh pakai baju begini, sih?" ujar Adel sembari melebarkan sebuah kaus kembaran bergambar Minions. Dirinya tahu betul siapa yang mengirim ini, dan berniat memaki-maki ketika bertemu besok. "Kalau begini sih, mendingan ngado lingerie aja ya nggak, sih, Gav? Jadi kan, gue punya baju dinas," sambung Adel asal. Tidak menyadari kalau Gaven sudah salah tingkah sejak tadi.

"Lebih baik baju warna kuning neon gitu sih, Del. Soalnya gue nggak bisa ngebayangin elo pakai lingerie. Wong nggak ada bentukannya gitu, kok." Gaven memasang muka sedatar mungkin sambil melirik bagian dada milik Adel yang terlihat rata. Hal itu membuat Adel kesal, lalu melempar muka Gaven dengan baju yang sejak tadi dipegangnya, dengan rona kemerahan di wajah yang perlahan merambat sampai telinga.

Jujur saja, meskipun Adel dan Gaven sudah bersahabat sejak lama, mereka masih tahu batasan dan tidak pernah melewati garis itu. Apalagi seperti saling terbuka secara seksual, dan melemparkan dirty joke seperti yang Gaven lakukan tadi. Kayaknya ini baru pertama kali. Atau karena status mereka sudah suami-istri, ya? Makanya lelaki itu berani.

"Lo belum lihat aja apa yang ada di balik beha gue, Gav. Gini-gini badan gue proposional meskipun kelihatan cungkring. Sembarangan lo."

"Mana coba gue mau lihat. No bukti, hoax."

"Idih, nggak mau, lah. Kan lo tadi udah meragukan apa yang ada di balik baju gue. Males." Adel memutar bola matanya malas, mendengar balasan Gaven yang sarat akan modus.

"Ya udah, berarti emang nggak ada apa-apa. Nggak usah mengelak sih, Del. Terima aja. Gue juga nggak berkspektasi lebih," ucap Gaven sembari menaik-turunkan alis, menggoda Adel.

"Enak aja! Awas lo nanti klepek-klepek sama gue setelah lihat segalanya milik gue! Wait!" Adel merasa tertantang, lalu menyambar sebuah lingerie yang baru saja dipegang oleh Gaven. Sialan lelaki itu. Bisa-bisanya meragukan isi beha miliknya yang sangat dijaga seperti anak kembar kesayangan! Ia memasuki walk in closet dan mengganti piyama satinnya dengan baju dinas itu. Ia berkaca sebentar, dan memandangi bentuk tubuhnya sendiri. Ya memang sih, katanya ia terlalu kurus dengan pinggang sekecil itu. Tapi ya tidak terlalu kurus banget kok. Ada beberapa lekukan di tempat yang tepat, dan Adel pikir semuanya sudah cukup normal. Memang pada dasarnya Gaven saja yang ingin mengejeknya.

Lalu, Adel bergegas keluar untuk menemui Gaven yang masih asyik berkutat dengan kado-kado di kamarnya. Ia juga berjalan bak model sambil memilin sejumput rambut, persis seperti perempuan penggoda dan melupakan bahwa bisa saja Gaven menyerangnya, lalu berakhir sunnah rosul bersama.

"Noh, lihat pake mata lo yang rabun itu! Dada gue berisi, booty gue juga nggak tepos-tepos amat, Gav!"

Gaven yang sejak tadi berkutat dengan selotip, merasa terpanggil pun mendongak dan sontak melotot melihat penampilan Adel. "Astagfirullah, Del. Nanti lo kedinginan!" ujarnya sembari dengan segera mengambil sarung yang ia pakai untuk sholat tadi, lalu memakaikannya kepada Adel. "Sana ganti baju tidur aja, deh. Mulai nggak beres lo!" Please, ini masih jam 8 malam, dan Nyonya Adhyaksa sudah bertingkah saja.

Just Let's Do ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang