Ayah Marah!

2 1 0
                                    

"Sebenarnya orang tua mamarahi kita, bukan karena mereka tidak sayang, akan tetapi mereka hanya kecewa terhadap kesalahan yang telah kita lakukan."

🏫🏫🏫

  Pagi itu Mira berjalan di koridor sekolah, moodnya sedang benar-benar buruk. Tapi ia tak mau memperlihatkannya, ia tetap biasa, namun tiba-tiba ada seseorang yang mencekal tangannya.

"Hai Mira sayang," ucap Riko dengan mengedipkan sebelah mata. Mira langsung menghentakkan tangan laki-laki itu.

"Jangan sentuh gue!" bentak Mira.

"Wes, santai sayang, kita kan sekarang pacaran, jadi boleh-boleh aja dong aku pegang kamu," ucap Riko dengan senyum menyeringai.

"Gue bukan pacar lo!" setelah mengucapkan itu Mira pergi meninggalkan Riko.

"Inget yang, jam 5 sore di kafe coklat!" teriak Riko.

Mira yang mendengar itu mendengus kesal, ia benar-benar muak dengan Riko.

Setibanya di kelas, ia berjalan menuju bangku paling belakang pojok, tanpa menyapa Dona dan Loli. Hal itu membuat keduanya terheran.

"Nina, hari ini gue duduk bareng lo ya," pinta Mira. Nina duduk sendiri di kursi paling belakang.

"Kenapa?" tanya Nina.

"Gue pusing Nin, tapi gue nggak mau ke uks," tutur Mira lemah, kepalanya memang sedikit pusing.

"Ya udah, duduk gih, nanti bilang kalau udah nggak kuat, gue anterin ke uks," ucap Nina, dan diangguki oleh Mira.

"Nanti kalo Dona sama Loli tanya gue, bilang aja gue sakit dan nggak mau diganggu," pinta Mira lagi. "Oke," jawab Nina.

Kemudian Mira melipat kedua tangan di atas meja dan meletakkan kepalanya lelah, memejamkan mata, sebelum guru masuk. Dona dan Loli menghampiri Mira, tapi dicegah oleh Nina, Nina bilang Mira sakit dan enggan untuk diganggu. Hal itu membuat keduanya berpikir, ada apa dengan Mira? Tapi walau seperti itu, mereka tetap kembali ke tempat duduk masing-masing.

*******

  Jam pelajaran hari ini selesai, bel sudah berbunyi, setiap siswa berhamburan keluar kelas. Ketika Nina memapah Mira keluar, tangan Mira dicekal oleh Dona, "Gue aja yang bantuin,"

"Nggak, lepas!" ucap Mira tegas,

"Mira lo kenapa?" tanya Loli sendu.

"Gue nggak papa Loli, gue cuma pusing aja," ucap Mira lirih. Di sini Loli memang nggak bersalah, jadi nggak pantas kalau Mira kasar ke Loli.

"Gue sama Loli aja yang bantuin lo pulang," ucap Dona sambil menggenggam tangan Mira.

"Nggak, lepas! Jangan sentuh gue! Gue alergi cewek modelan kayak lo dan lo nggak usah sok peduli deh, gue udah tau semuanya, gue udah nggak percaya lagi sama lo!" bentak Mira sambil menghempaskan tangan Dona kasar.

"Nin, bantuin gue ke gerbang ya, Kakak gue udah nungguin," pinta Mira dan diangguki Nina.

Dona dan Loli bingung kenapa Mira semarah itu ke mereka, apa yang telah membuat Mira seperti itu?

*******

  Setibanya di rumah Mira beristirahat sejenak, meminum obat, kemudian bersiap-siap untuk menemui Riko, kalau bukan karena ancaman itu Mira tak akan pernah mau memenuhi keinginan Riko.

Setelah mengurus perizinan dari Kakak dan Bunda yang terlalu menguras otak, Mira akhirnya sampai di depan kafe Coklat.

"Huft, akhirnya sampai juga," ucap Mira lesu.

Ia langsung berjalan mencari keberadaan Riko, ia tak menyadari jika ada seseorang yang telah mengawasinya semenjak ia berdiri di depan pintu utama. Pandangan orang itu terus mengamati gerak gerik Mira, sampai ada seseorang pemuda yang melambaikan tangannya. Rahang seseorang itu mengeras, tangannya terkepal di sisi-sisi meja.

Mira duduk di samping Riko, sambil menunggu pesanan, Riko melontarkan gombalan- gombalannya, sedangkan Mira terlihat ogah-ogahan menjawabnya.

Di lain meja, seseorang menatap sinis, mata tajamnya bak elang yang telah mendapatkan mangsanya.

Tangan Riko membelai lembut jemari Mira, hingga perlahan Riko mendekatkan wajahnya kepada Mira hendak menciumnya, tetapi...

Brak!!

Belum sempat itu terjadi, sebuah tangan kokoh menggebrak meja Riko dan Mira, hal itu membuat keduanya terkejut dan seisi kafe memandang mereka.

"Kamu! Siapa kamu berani-beraninya mau mencium putri saya!" ucap laki-laki itu dengan rahang mengetat, seakan ingin menghabisi Riko.

"Saya pacarnya, jadi saya berhak atas Mira," jawab Riko santai.

"Berhak!?"

Bugh! Bugh! Bugh!

Ayah Mira memukul Riko dengan membabi buta, hingga para pelayan kafe mencekal lengan Ayah. Setiap orang memandang mereka sebelah mata, ada juga yang takut melihat itu semua.

"Lepas!" ucap tegas Ayah Mira. Kemudian para pelayan itu melepaskan cekalan mereka.

"Kamu! Sekali lagi kamu berani menemui atau menyentuh putri saya, saya pastikan kamu akan berakhir lebih parah dari ini!" ucap tegas Ayah Mira dengan kilatan amarah.

Setelah itu Ayah menyeret Mira keluar kafe dan membawanya pulang.

******

  Hari ini adalah kali pertama Ayah marah besar kepada Mira, Ayah juga tak pernah bersikap kasar terhadap anak-anaknya, tapi kejadian hari ini membuat Ayah benar-benar murka. Ayah menghempaskan kasar tangan kanan Mira,

"Duduk!!" Bentak Ayah.

Mira terduduk lemah, ia menangis, ia sangat ketakutan, pergelangan tangannyapun juga terasa sakit. Bunda yang baru datang dari dapur terkejut, kemudian merangkul menenangkan Ayah.

"Ayah tenang ada apa?" tanya Bunda.

"Dia! anak perempuan yang selama ini aku percayai, ternyata telah mengkhianati kepercayaan kita semua! Dia membuatku sangat terluka!" tutur Ayah dengan emosi.

Kakak yang mendengar keributan di lantai bawah, segera bergegas turun. Yang Kakak lihat Mira menangis tersedu serta menunduk dalam.

"Ayah dan Bunda tak pernah berhenti, selalu mengingatkan kamu untuk tidak berhubungan dengan laki-laki! Apa lagi sampai berpegang tangan! Ayah pikir kamu tidak akan pernah mengkhianati kepercayaan kami, Ayah pikir kamu akan menjaga harga diri kamu, tapi apa!? Nyatanya Ayah salah! Kebebasan yang telah kami berikan malah membuat kamu melewati batasan! Jika saja Ayah tidak ada di sana mungkin dia akan berbuat lebih kepadamu! Sungguh Ayah benar-benar kecewa! Ayah malu, Mira!"

Air mata Mira pecah mendengar itu semua, ini memang kesalahan yang sangat fatal. Tapi ia tak bisa berbuat apa-apa, Bunda menangis memeluk Ayah. Kak Aqim juga terluka, ia merasa begitu tertampar atas ucapan sang Ayah, ia telah gagal menjaga sang Adik.

Senakal-nakalnya Mira, Ayah, Kakak dan Bunda selalu memberikan nasihat untuk bisa menjaga diri, tidak berhubungan dengan laki-laki, apalagi sampai berpacaran. Bukan mengekang, tapi mereka adalah orang yang paham agama. Akibat selalu hadir di belakang, mereka hanya menjaga, tak ingin putri mereka kenapa-napa, mengingat pergaulan telah mengubah Mira menjadi yang sekarang.

"Minggu depan Ayah akan memasukkan kamu ke pesantren, mau atau tidak itu sudah keputusan final." tutur Ayah ketus, seraya pergi meninggalkan ruang tamu. Bunda menyusul Ayah, dan Kak Aqim? Ia hanya memandang sendu ke arah Mira, kemudian juga pergi meninggalkannya sendiri.

Nasi sudah menjadi bubur, ia salah menerima tantangan Riko tempo lalu, takdir telah bergulir. Mira hanya bisa menyesali atas apa yang terjadi dan ia juga kembali pada memori waktu lalu, yaitu tak mempercayai kata pertemanan.

.
.
.
.
.
.
.

Assalamualaikum, gimana kabarnya temen-temen? Amira&Mahira kembali nih, ada yang kangen? Hehe, maaf updatenya lama🙏😅, tapi aku harap kalian tetap stay ya. Tandai typonya oke, dadah sampai jumpa di chapter selanjutnya....

Mahira & AmiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang