Apa yang kamu ketahui namun tidak diketahui oleh kebanyakan orang?

19 1 0
                                    

jawaban by Naufal Afif Risyudhawan

cara ampuh menghadapi masalah

Saat ada teman yang curhat kepadamu, pernahkah kamu merasa:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat ada teman yang curhat kepadamu, pernahkah kamu merasa:

1. Menjadi sangat bijak beserta nasihat yang kamu berikan
2. Serasa menjadi motivator handal beserta alternatif yang kamu tawarkan
3.Melihat bahwa masalah temanmu itu sangatlah mudah untuk dihadapi.

Tetapi dilain waktu... Saat kamu menghadapi hal yang sama dengan temanmu, kamu sangat bingung tentang apa yang harus dilakukan.

Pernah? Tampak akrab ya dengan kita. Dan inilah yang ingin saya bahas.

Ilmuwan Psikologi dari Universitas Waterloo bernama Igor Grossman menyebut fenomena di atas sebagai Solomon Paradox.

Keadaan ketika seseorang terlihat lebih bijaksana dalam menyikapi/menasihati masalah orang lain ketimbang masalahnya sendiri.

Solomon merujuk pada Raja Solomon (Raja ketiga Jewish Kingdom) yang terkenal sebagai raja yang sangat bijak dan sering dimintai nasihat, namun kehidupan pribadinya sangatlah kacau dan menjadi salah satu faktor kehancuran kerajaannya.

Singkatnya, ini adalah apa yang orang Jawa sebut sebagai Jarkoni. Iso Ngajar tapi Ora iso Nglakoni. Bisa mengajarkan tapi tidak bisa mempraktikannya.

Kita terlalu tenggelam pada masalah yang sedang dihadapi sehingga sudut pandang untuk menyelesaikan masalah menjadi sempit. We can't see the bigger picture.

Rasanya, kita harus menjadi 'orang lain' untuk lebih bijak dalam menghadapi masalah.

Maka dari itu, melalui Solomon Paradox ini, saya ingin menuangkan pikiran saya yang mungkin berguna. Berguna untuk menghadapi masalah dan berguna untuk memahami nasihat. And here's my two cent:

[1] Self-Distancing (Jangan serba 'Aku').
Kenapa saat ada teman kita yang sedang dihadapkan oleh masalah, kita bisa sangat santuy ketika memberikan nasihat? Simpelnya, ini terjadi karena kita tidak mengalaminya secara langsung, makanya santuy. Ada jarak antara apa yang teman kita hadapi dengan diri kita sendiri.

Nah, ini yang bisa dimanfaatkan dari Solomon Paradox. Saat ada masalah, cobalah membayangkan kalau kamu itu bukan kamu, kalau kamu sedang melihat dirimu dari kejauhan. Self-Distancing.

Hah, maksudnya gimana? Jadi gini, ketika kamu menghadapi masalah... cobalah untuk:
- Membayangkan kalau kamu sedang menasihati temanmu yang memiliki masalah yang sama denganmu. Kira-kira, nasihat apa yang akan kamu berikan?
- Berbicaralah pada dirimu sendiri namun dengan sudut pandang orang ketiga. Instead of "Apa yang harus aku lakukan?" lebih baik "Fal(namaku wkkwk), kira-kira kamu harus ngapain?"

Benar saja, hal ini sudah sering saya praktikkan, dan saya merasa jauh lebih relax.

Dari sini, saya merangkum:

"When dealing with struggle, pretend that you're not you... You'll be OK."

[2] Hakikat nasihat.
Aturan kedua pada buku '12 Rules for Life' yang ditulis oleh psikolog Jordan Peterson ialah: Perlakukan dirimu seperti kamu memperlakukan orang yang kamu bantu.

Hal ini berlaku pula pada nasihat, janganlah kita lupa bahwa nasihat terbaik untuk diri sendiri adalah nasihat yang kita berikan ke orang lain.

"Treat yourself like you helping someone."

[3] Saat menasihati dan dinasihati.
Setelah memahami Solomon Paradox, kita menjadi lebih sadar akan nasihat yang kita terima atau beri ke orang lain.

Apabila ada yang curhat/minta nasihat, jangan pernah meremehkan masalah mereka. Kita harus tau, bahwa masalah mereka terasa 'sepele' karena kita tidak mengalaminya. Selain itu, jangan hanya memberi instruksi tetapi coba juga untuk memahami. Mungkin, perkataan seperti "Aku paham kok" ; "Aku mungkin akan kewalahan juga bila di posisimu, tapi mungkin ini bisa membantu" akan berguna dan terkesan tidak menggurui. Saya pun sudah berusaha mencobanya, misalnya seperti ini:

 Saya pun sudah berusaha mencobanya, misalnya seperti ini:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangkapan layar whatsapp saya ke salah satu teman. Sumber: Koleksi pribadi

Lalu, apabila ada nasihat aneh dari orang lain, cobalah teliti dan ingat kutipan ini: "Don't listen to what they say, go see.." yang artinya "jangan percaya dengan apa yang mereka katakan, tetapi lihatlah yang mereka lakukan". Hal ini rasanya menggelitik para motivator di luar sana, karena mungkin mereka asal njeplak saja mengingat mereka belum tentu mengalaminya.

[4] Kita adalah sumber pelajaran bagi diri kita sendiri.
Suatu saat bila sedang menghadapi masalah, akan ada waktu ketika kita mengingat apa yang kita nasihatkan kepada orang lain. We talked with the previous version of ourselves.

Karenanya... kita harus menjadi pribadi yang konsisten, bahwa yang kita lakukan, bicarakan, dan pikirkan menjadi bagian dari diri kita sendiri.

Dari sini, saya merangkum:

"All of us are biography books in the making. And later, you should read it like the other ones. You, too, are the source of lessons for yourself."

Jadi, apa yang kamu ketahui namun tidak diketahui oleh kebanyakan orang? Ya mungkin, sederet tulisan tentang Solomon Paradox ini.

Saya tidak menyalahkan orang yang memberi nasihat dengan niat membantu orang lain. Siapapun (termasuk saya) bisa terjebak dalam paradoks ini. Terakhir, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembacanya. Amen🙏.
.
.
.

SMG, 7 Desember 2020.

-Naufal.

Jurnal pribadi.

QuoraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang