Before going any further.

2.2K 160 3
                                    

.
.
.



"Kau tahu, hal apa yang sangat menyebalkan?"

Kepala wanita itu menoleh, mendapati Jeno masih setia pada posisinya-- menatap ke arah luar jendela tanpa ekspresi.

Dengan gelengan kepala ia menjawab,
"Tidak, Tuan. Hal apakah itu?"

Tangan besar milik Jeno mengusap perlahan helaian rambut panjang yang jatuh di atas bahu si wanita. Meski tanpa maksud apapun, ia tahu bahwa tuannya hanya iseng saja.

Sebagai ganti, wanita itu meraih rahang tegas Jeno Lee. Ia mengecupnya. Memberi kehangatan pada wajah yang dingin tersebut karena memang ia terlalu menyayangi Jeno lebih dari apapun.

Tak ada balasan. Yang ada hanyalah keheningan beberapa saat.

Jeno pun bergeming sejenak. Diraihnya tangan si pelayan wanita, beberapa kali ia mengecup punggung tangan berwarna putih pucat itu sebelum kembali bersuara.



"Menjadi tua dan sendirian."

"Apa tuan kesepian?"

"Menurutmu?"

"Tuan memiliki saya dan wanita-wanita Tuan."

Pada akhirnya obsidian kelam Jeno mengerjap beberapa kali. Wanita itu terlalu polos untuknya. Tawa yang dipaksakan pun pecah seiring dengan tetesan embun yang jatuh pada kaca basah.

Pria itu beringsut, mengubah posisinya yang sedari tadi berdiri berdampingan menjadi memeluk pelayan wanita tersebut dari belakang. Jeno menyembunyikan wajah dan hidung bangirnya pada tengkuk si wanita- menghirup dalam-dalam aroma lembut yang menguar di sana.


Nyaman.



Sebuah desiran halus menerpa dada Jeno. Tangannya mulai menelusup ke dalam piyama tidur wanita itu dan meremas apapun yang ada di baliknya.

"Maksudku bukan itu. Sesuatu yang tak pernah bisa dijelaskan dengan kata-kata, bahkan logika pun tak sanggup mencernanya." Ujar Jeno dengan nada suara yang sedikit rendah, menambah kesan bahwa dirinya tengah melunak saat itu.


"Seperti apa, Tuan?"


Sebenarnya Jeno enggan menjelaskan, namun pelayannya yang satu itu benar-benar menuntut penjelasan. Bahkan ia tak bereaksi apapun saat jemari Jeno memilin putingnya yang mulai mengeras. Wanita itu betul-betul penasaran.

"Perasaan kosong dan hampa. Saat kau berada di keramaian, kau masih saja merasa kesepian. Seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirimu, tapi kau sendiri tidak tahu itu apa." jelas Jeno Lee dengan penuh kesabaran.

Selang beberapa detik, wanita itu membalik diri. Kedua tangannya merengkuh kepala Jeno yang jauh lebih tinggi darinya. Lagi-lagi ia memberi Jeno sesuatu-- sebuah ciuman hangat dan lembut di pagi itu.

Tentu saja Jeno dengan senang hati membalas. Lidahnya menyeruak masuk ke celah bibir si pelayan sebelum menggigit benda yang ranum itu. Manis, pikir Jeno.

Bayangan akan dirinya dan beberapa wanita yang silih berganti di kehidupan si Jeno pun buyar. Menjadi luruh lantaran pria itu memusatkan atensinya secara penuh pada pelayan cantiknya. Wanita yang ia beli dengan harga tinggi namun dianggap tak seberapa.

Ia sangat menyukai aktivitas itu. Berbagi kehangatan tanpa perasaan. Tanpa status yang mengharuskan feedback. Yang ia tahu, wanita itu miliknya tanpa tanggungjawab secara penuh untuk balasan perasaan.

"T-tuan.. Saya ingin Tuan.." lirih wanita itu dengan tatapannya yang sayu.

"Ingin apa?"

"Ingin Tuan menjamah saya seperti beberapa bulan lalu."

"Aku lupa bagaimana caranya, bisakah kau bimbing?"

Wanita itu mengangguk, padahal ia tahu tuannya hanyalah berpura-pura. Ia meraih tangan Jeno, menuntun tangan besar itu ke pusarnya sebelum turun pada pangkal paha.

Dirinya begitu kurang ajar, menyuruh tuannya untuk menikmati tubuhnya. Namun Jeno sama sekali tak keberatan. Pria itu bahkan kini berlutut, mengecupi gundukan daging yang beraroma khas wanita itu.

Tak ada yang salah. Baik Jeno maupun pelayan cantiknya hanyalah manusia biasa. Mereka terhayut pada suasana pagi yang dingin, naluri mereka lagi-lagi bangkit dan butuh afeksi. Jeno Lee mencumbu titik area kewanitaan sang pelayan. Memagut dengan lembut lubang merah muda yang terus menerus mengeluarkan cairan lengketnya.

Ah- sudahi saja kisah pagi ini. Begitu vulgar sampai diri menjadi tak terkendali.

.
.
.

Jeno Lee, 23 years.
A rich man who lived across the globe and had many women.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kenari / Karina, 20 years.
A noblewoman from London who was sold by her own father and bought by Jeno at a high price.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝑲𝒂𝒏𝒂𝒓𝒊𝒆𝒔 | Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang