Bagian 01 . Park Chaeyoung

1K 77 2
                                    

Aku tidak tahu sampai kapan aku bernapas. Tapi, menjadi bagian dari dunia membuatku terasa sempurna. Duniamu. Aku belajar menjadi manusia denganmu. Tertawa, menangis, jatuh, bangun, kecewa, marah, dan semua rasa yang ada. Terima kasih untuk 10 tahun ini. Untuk semua yang kumiliki saat ini. Kau lebih dari segalanya. Aku menyayangimu, Chaeng. - Lisa

Aku sudah menduga isi suratmu itu pasti puitis, romantis, dan menyayat hati. Hahahaa. Tapi tolong, jangan berharap mendapatkan kata-kata seperti isi suratmu dariku. Kau akan kecewa. Hahahaa. Aku juga berterima kasih untuk 10 tahun ini. Hidupku terasa indah, walaupun kau tidak seindah itu. Tetap jadilah Lili ku yang bawel. Lebih dari kata romantis yang pernah diberikan siapapun pada kekasihnya. Kau sudah memberiku persahabatan lebih dari itu. Aku menyayangimu. - Chaeyoung.

Chaeyoung kembali membaca kertas itu. Ya, itu kata-kata yang dirinya dan Lisa tulis dihari persahabatan mereka yang ke 10 tahun. Kembali Chaeyoung harus tersenyum kecut membayangkan nasib Lisa saat ini.

Dia menyayangi sahabatnya. Teramat sangat. Rasanya dia sudah tidak sanggup untuk terus melihat Lisa tergolek lemah seperti itu.

Setiap hari harapannya hanya satu. Sahabatnya itu terbangun dari tidur panjangnya.

"Seharusnya hari ini kau disini, Lisa. Menemaniku. Merayakan hari persahabatan kita seperti tahun lalu" Chaeyoung membatin.

Ya, seperti tahun lalu. Tahun ketika sahabatnya masih baik-baik saja. Lebih tepatnya terlihat baik.

Masih lekat di ingatan Chaeyoung bagaimana kejadian tahun lalu yang begitu menyenangkan itu. Saat Lisa nya masih tertawa bahagia setiap melihat tingkah konyolnya.
Chaeyoung menghela nafas. Berat.

"Aku harap kau bertahan, Lisa. Aku akan mengabulkan apapun permintaanmu seperti Doraemon mengabulkan permintaan Nobita. Tapi kau janji, kau harus bangun" ucap Chaeyoung parau. Setetes air kembali menetes dari matanya.

Kembali dia menatap rumah sakit tempat sahabatnya dirawat. Lalu tersenyum kecut. "Aku yang membawamu kesini, aku juga yang akan membawamu pulang ke rumah, Lisa. Aku yakin kau kuat" Chaeyoung berujar dengan yakin.

Dia masuk kemobilnya. Perlahan mobil itu melaju meninggalkan rumah sakit. Meninggalkan sahabatnya yang sedang tertidur lelap.

Gerimis mengiringi laju mobil Chaeyoung. Dia memandang butiran air itu yang perlahan menjadi hujan.

"Lisa, ini favoritmu. Hujan. Kau ingat saat kita bermain hujan dulu? Itu hal yang indah dan menyenangkan" Chaeyoung tersenyum mengingat kenangannya dengan sahabatnya. Sahabat 10 tahunnya.

Chaeyoung menatap bosan ke taman belakang rumah Lisa. Hujan. Membosankan. Padahal dia dan Lisa baru saja akan ketaman.

"Lisa, aku bosan" Chaeyoung melirik kesal pada Lisa tengah memandang lurus ke depan.

Lisa hanya diam. Chaeyoung yang menyadari jika Lisa tidak menyahut hanya mendengus kesal. Sudah menjadi kebiasaan Lisa ketika hujan turun, dia akan menatap hujan dalam diam.

"Lisa, aku pulang saja lah. Kau bahkan tidak menganggap kehadiranku disini"

"Kau ini sensi sekali. Kemarilah, duduk. Kau harus menemaniku dulu, Chaeng" Lisa menarik lengan sahabatnya untuk duduk disampingnya.

Chaeyoung pasrah. Dia akhirnya duduk dan mengikuti Lisa menatap hujan.

"Sebenarnya apa sih yang kau suka dari hujan?" Chaeyoung bertanya. Dia sebenarnya bingung dan penasaran tentang kebiasaan sahabatnya itu. Menatap langit dan hujan yang turun membasahi tanah.

Lisa tidak menjawab. Dia hanya tersenyum lalu bangkit. Menarik dan menuntun sahabatnya ke arah teras. Chaeyoung nampak bingung tapi dia diam saja.

Pelan-pelan mereka berjalan namun Chaeyoung terhenti ketika dia sampai diteras rumah Lisa.

"Dia kenapa? Apa dia mulai gila?" batin Chaeyoung. "Lisa, kau gila? Kalau kau ingin gila, tolong jangan mengajakku" Chaeyoung berjengit saat Lisa menyeretnya.

Lisa hanya tertawa dan terus melangkah hingga akhirnya dia berdiri dibawah hujan. Bajunya kini basah.

"Chaeng, kemarilah. Aku ingin menunjukkan apa indahnya hujan" Lisa sedikit berteriak agar Chaeyoung mendengar suaranya.

"Dasar gila" ucap Chaeyoung lalu memutar tubuhnya hendak masuk ke rumah.

Tiba-tiba saja Lisa berlari dan menarik Chaeyoung. Chaeyoung yang terkejut tidak sempat melakukan perlawanan. Kini mereka telah berdiri dibawah hujan.

"Lisaaa, dasar gila!" Chaeyoung berteriak saat dia sudah basah kuyup. Tanpa menunggu waktu, mereka berlari. Chaeyoung mengejar Lisa. Mereka tertawa seperti anak kecil yang bermain hujan.

"Hei, berhenti! Aku ingin menjelaskan kenapa aku menyukai hujan" Lisa berujar dengan napas terengah.

Chaeyoung yang memang juga lelah akhirnya duduk dirumput. Dia akan mendengar alasan Lisa.

"Hujan itu indah, Chaeng. Dia memberiku rasa nyaman. Nyaman sekali. Coba kau lihat langit... Hujan tidak terlihat, kan? Tapi perlahan dia akan terlihat jika dari jarak dekat. Kau sadar tidak, walau hujan tidak terlihat bagaimana turunnya, tapi kau tetap tahu jika itu hujan. Sama seperti aku padamu, walau nanti kita berpisah, aku pergi ke langit dan tidak terlihat... Kau tetap merasakan jika aku ada. Dan kau tahu air hujan itu murni, semurni persahabatan kita. Dan akan selalu ada seperti hujan yang selalu ada walau terkadang datang dan pergi" bibir Lisa menyunggingkan senyum setelah dia menyelesaikan kalimatnya. Matanya masih menatap lurus pada hujan yang turun membasahi rumput ditaman rumahnya.

Chaeyoung tersenyum lalu memeluk sahabatnya itu. "Uuh romantis sekali hm? Aku memang tidak terlalu mengerti apa yang kau katakan, tapi aku tahu jika ucapanmu tulus" Chaeyoung meletakkan kepalanya dibahu Lisa, menikmati kehangatan ditengah rasa dingin akibat turunnya hujan.

"Ck! Dasar" Lisa tertawa saat merasa Chaeyoung mengendus kulit lehernya. Geli.

Mereka terus hujan-hujanan hingga hujan benar-benar berhenti.

Chaeyoung tersadar dari lamunannya. Kini dia telah berada dirumahnya. Dengan gontai dia melangkah masuk.

"Sayang, bagaimana kabar Lisa?" Chaeyoung menoleh saat mendengar suara seseorang.

Chaeyoung tahu itu Jaehyun. Kekasihnya. Chaeyoung hanya menggeleng sedih. Air mata menggenang dimatanya. Jaehyun melangkah maju. Merengkuh Chaeyoung kedalam pelukannya.

"Sabar, sayang. Kita doakan Lisa agar dia segera bangun" Jaehyun berujar sambil mengelus rambut Chaeyoung dengan sayang

Tangisnya kini pecah. Dia lelah. Lelah bersabar.

"Sampai kapan kau akan terus tertidur, Lisa? Kau tega melihatku terus menangisi dirimu? Kau tidak rindu? Kau harus bangun, Lisa. Harus" Chaeyoung membatin. Air matanya terus saja mengalir tanpa mau berhenti.

"Sayang?" panggil Jaehyun lembut. "Kau harus istirahat. Aku tahu kau menyayangi Lisa, dan aku yakin Lisa pun juga. Dan dia tidak akan suka jika kau bersedih seperti ini. Apalagi karenanya"

Chaeyoung hanya mengangguk. Jaehyun menariknya menuju ruang tv. Saat melewati pintu kaca yang menuju taman, Chaeyoung sempat terhenti. Lalu kembali melangkah.

"Aku tahu malam itu kau menangis. Bukan hanya untukku, tapi juga untuk dirimu sendiri. Kau merindukannya. Aku harap dia segera kembali dan kau segera bangun. Aku yakin dia akan lebih sakit melihatmu seperti ini dibandingkan diriku. Kau harus bangun. Kau kuat, Lisa. Bertahan untukku. Untuknya, dan untuk yang menyayangimu" Chaeyoung membatin.

Chaeyoung sekarang mengerti kenapa sahabatnya menangis sedih malam itu.

Jember, 23 April 2022

TENTANG DIA [END] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang