Ira bersenandung kecil saat dirinya dan kedua sahabatnya berjalan beriringan menuju kantin.
"Gue pengen masuk voli deh," celetuk Ira tiba-tiba.
"Kesambet apaan lo?" tanya Zee tak percaya. Pasalnya, Ira merupakan salah satu dari banyaknya spesies yang amat sangat memusuhi hal-hal berbau olahraga.
"Mau cuci mata ngeliat bangke," sahut Ai yang sudah bisa membaca gelagat Ira.
"Ha? Udah tobat lo, Ra? Biasa juga cuci mata buat ngeliat cogan, lah ini bangke." Zee menggelengkan kepalanya tak habis pikir.
"Bangke juga termasuk cogan sih," gumam Ai namun masih bisa didengar jelas.
Ira mengangguk setuju. "Tapi yang itu punya gue ya, Ai."
"Kalian berdua kenapa sih? Mana ada bangke ganteng. Bangke apa coba? Emang ada bangke cogan di ruang eskul voli, Ai?" tanya Zee yang makin frustasi.
Bangke yang Zee maksud tentu berbeda dengan bangke yang Ai maksud.
"Ada. Ketua eskul voli itu bangke," ucap Ai yang tak mau meluruskan kesalahpahaman ini. Sementara Ira begitu senang membuat sahabatnya meledak. Lihat saja nanti.
Zee nampaknya masih loading.
"Anjir! Kalian bikin otak gue capek mikir tau nggak? Tinggal bilang bang Kelan aja apa susahnya sih!?" geram Zee yang akhirnya konek.
"Tutorial mempersingkat kata, Zee," ucap Ai ngeles.
Mereka duduk di kantin begitu selesai memesan makanan. Suasana hening karena masing-masing sibuk pada makanannya, kecuali Zee.
Ira mengikuti arah pandangan Zee.
"Heh, lo cinlok?" tanya Ira begitu matanya menatap sosok laki-laki berperawakan tinggi yang berada di sisi lain kantin.
Zee mengalihkan pandangan dan menatap Ira.
"Sama siapa?" tanya Zee balik.
"Aldev."
"Lah? Apaan deh," ujarnya tak mengerti.
"Ya abis lo dari tadi ngeliatinnya gitu banget, ganteng ya, Zee?" Goda Ira.
Zee menyentil dahi Ira, membuat gadis itu bergeser sedikit menjauh.
"Gue tuh dari tadi lagi mikir," ucap Zee yang Ira yakini hanya alibi.
"Iya mikirin Aldev, kan?" tanya Ai tiba-tiba memotong ucapan Zee.
Gadis itu mendatarkan wajahnya. "Gue tuh dari tadi lagi mikir, kok ada ya manusia sedingin dia? Yang gue tau selama ini cuma adanya di cerita-cerita romance yang sering gue baca."
"Ya sama aja mikirin Aldev." Ira berucap sembari menikmati siomay-nya.
"Terserah lo."
Zee terlihat beranjak dari duduknya. Ira dan Ai kompak menatap Zee yang menyodorkan selembar uang berwarna ungu.
"Gue nitip bayar, mau ke toilet. Lo berdua duluan aja ke kelas," ucapnya.
Ira nyengir lebar. "Sekalian gue ya?"
Zecta berdehem sebagai jawaban, lalu pergi keluar kantin.
"Ai, pinjem hape." Ira menyodorkan tangannya meminta benda pipih milik Ai yang tengah berada di genggaman gadis itu.
Ai memberikannya. "Buat apaan?"
"Mau minta nomor bang Kelan! Lo di chat sok ngartis mulu," gerutu Ira sebal. Namun tangannya dengan lincah berselancar di permukaan benda pipih itu, mencari-cari kontak pujaan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECCEDENTESIAST
Teen FictionGadis periang dengan sifatnya yang meledak-ledak itu tak lain dan tak bukan bernama Feyra Putri Malik. Banyak orang mengenalnya karena gadis ini selalu mengisi kekosongan, ditambah kedua sahabatnya yang masing-masing memiliki sifat saling bertolak b...