Part 8_MARKAS

127 9 0
                                    

Hai cantik, semangat ya puasanya
_Aidan_
Happy Reading:)
Para manusia>_<
***

Desya berdiri di depan gerbang sekolah SMA GRASELLA terlihat gadis itu bersana Dilla, keduanya berbincang-bincang dengan rencana liburan keluarga mereka yang setiap tahunnya pasti di adakan.

"Pak Jaja udah dateng, lo gak mau sekalian ikut?" tanya Dilla sembari menunjuk mobil putih yang berhenti di depan mereka.

"Duluan aja, Desya udah pesen gojek," balasnya memperlihatkan gambaran ia telah memesan gojek.

"Oke gue duluan ya. Hati-hati di jalan," pamit Dilla melambaikan tangannya pada Desya.

Setelah Dilla pergi, Desya melirik segerombolan motor yang keluar dari gerbang, senyuman gadis itu terbit tak kala melihat sang pujaan hati mengendarai motor.

Dengan larian kecil Desya merentangkan tangannya, membuat sang pengendara terkejut.

"Berhenti!" teriak Desya.

"Mau mati lo!" teriak Arvan dengan kesal ia lalu membuka helmnya.

"Kalau mati karna cinta sama Arvan, ya Desya sih siap," ucap Desya tersenyum semanis mungkin.

"Ya ellah yang lain mah ngontrak aja nih!" teriak Jesin dari arah belakang di soraki anggota lainnya.

"Minggir gak," geram Arvan.

"Gak mau, anterin Desya pulang dong! Desya gak ada yang jemput terus Hp Desya lobet gak sempet mesen Gojek atau Taxi jadi, Arvan anterin Desya pulang ya plis." Desya menangkupkan tangannya memohon pada Arvan.

Arvan tersenyum ia lalu menunjuk kebelakang, "terus yang pesen itu siapa? Setan?"

Desya membalikkan badannya melihat Gojek yang di pesannya sudah sampai membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

"Neng Desya kan? Biar Bapak aja yang nganter selamat sampai tujuan deh," kata Bapak Gojek memberikan helmnya pada Desya.

"Yaudah deh, Desya pulang duluan kalau gitu. Hem kan kessel!" kata Desya sembari memakai helm.

Setelah Desya pergi barulah Arvan bisa bernafas lega, nenek lampirny sudah ia bersihkan. Ia lalu melihat ke belakang dan mendapati teman-temannya tertawa dengan genit tak terkecuali Skala yang juga ikut tersenyum melihat ketua mereka yang hidupnya sudah mulai tergangu akan satu gadis.

"Kenapa pada ketawa? Mau satu lawan satu?" tanya Arvan dengan kesal.

***

Desya mendorong pintu gerbang dan mendapati ada mobil yang terparkir di halaman rumahnya. Desya lalu dengan cepat berlari ke dalam rumah.

"Ayah, Bunda!" teriak Desya berlari memeluk kedua orangtuanya.

"Astagfirullah Desya, kamu kagetin Bunda aja," tutur Winda memegang dadanya terkejut.

"Ya maaf, soalnya Desya terkejut tau. Kok tiba-tiba sih datang?" tanya Desya.

"Kamu nanti juga tau, sekarang kamu naik ke atas ganti baju dan istirahat. Oh iyya Papah dan Bunda juga bawain kamu Bi Ida dan Pak Jaki buat bantu kamu di sini oke," jelas Dandi mengusap kepala putrinya.

TENTANG DESYA (Telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang