PART 10_DILLA KHAWATIR

213 12 1
                                    

Kamu udah hebat kok!
Gak apa-apa gagal hari ini
Yang paling penting kamu udah berusaha dan hasilnya dari kerja keras kamu, jadi tetap semangat, ok?
_JESIN RAVINDRA_
Hapoy Reading para manusia:)

Desya memasuki kelasnya di dalam sudah ada Dilla, Abel dan Hesti yang tengah berbicara. Desya menghampiri ketiganya.

"Pagi guys," sapa Desya lalu duduk di dekat Dilla, ketiganya langsung menatap Desya dengan seksama.

Desya mengerutkan keningnya bingun, "kalian kenapa? natap Desya kayak mau makan Desya aja," ujar gadis itu tertawa pelan namun suasaan canggung membuat Desya berhenti tertawa.

"Kenapa sih?" tanyanya sekali lagi.

"Bener apa yang di bilang sama bokap dan nyokap gue kalau lo mau di jodohin?" tanya Dilla membuat Desya menganggukkan kepalanya.

"What demi apa anjir!" jerit Abel dan Hesti tertahan.

"Sststs jangan ribut nanti mereka dengar," kata Desya mengehntikan kehebohan mereka berdua, sembari melihat sekeliling mereka.

Hesti dan Abel tersenyum. "Maaf abisnya kita terkejut."

"Betewe kok bisa sih lo di jodohin?" tanya Dilla mendekat pada Desya.

"Katanya sih wasiat Kakek, tapi gak apa-apa karna calonnya tuh ganteng banget," ucap Desya tersenyum membayangkan wajah calon tunanganya.

"Ganteng kek gimana sih, kok gue penasaran ya. Apa kegantengannya melebihi Oppa gue?" tanya Hesti.

"Melebihi Oppa kamu deh, dia itu perfect banget. Alisnya yang tebal, matanya yang tajam, bibirnya yang tipis, terus badannya wangi banget," tutur Desya menjelaskan secara rinci.

"Lihat fotonya deh, gue penasaran banget," ujar Abel.

Desya tersenyum ia membuka hendphonenya dan memperlihatkan foto seorang lelaki.

"Arvan!" teriak ketiganya heboh dengan mata yang melotot

***

Hembusan angin menerpa wajah sosok lelaki yang tengah terbaring di sofa yang sudah usang, begitu damai yang ia rasakan saat ini. Senyuman lelaki itu mengembang mengingat pertemuan dan percakapan mereka begitu lucu. Ia Achies Skala Damian sosok wakil ketua REXHA.

"Woy!" teriak seseorang membuat Skala terbangun ia menatap asal suara tersebut membuat cowok itu mendengus. Mengapa teman-temannya bisa menemukan ia di saat-saat seperti ini.

"Ya ellah boy, lo bolos gak ngajak-ngajak," kata Aidan duduk di dekat Skala.

"Kenapa emangnya?" tanya Skala.

"Anjing lo ya Skal, kita ngikut lah," jawab Gio sambil membuka bungkus rokok yang masih utuh di kantong celana cowok itu.

Skala menutup lubang hidungnya, ia benci asap rokok  ia adalah satu-satunya cowok REXHA yang tidak merokok. Baginya rokok sangat berbahaya.

Arvan menatap Skala yang berdiri dari sofa, ia tersenyum beberapa saat. "Harusnya lo yang jadi ketua osis bukan gue," kata Arvan ikut mengisap rokok yang di sodorkan oleh Jesin.

"Bener banget, si Arvan ketua osis tapi perilakunya gak ngotak," timpal Laskar ia kini membuang puntung rokoknya dan mengambil sekotak susu coklat.

Skala menggelenkan kepalanya, "jadi ketua osis tuh gak gampang," kata cowok itu.

Skala menatap Arvan, "lo tau bahaya rokok?"

Semua teman-temannya mengarah pada dirinya. "Menurut para ahli, satu batang rokok mengandung kurang lebih 4000 jenis zat berbahaya, ada 400 jenis zat yang dikenali, dan lebihnya zat bersifat karsinogenik, satu diantaranya adalah zat nikotin yang menyebabkan kecanduan. Kalian kalau terus menerus ngerokok bakalan kecanduan dan-" Skala menghentikan ucapannya ia menatap satu persatu temannya. "Mati," ucapnya menekan kata yang baru sjaa keluar dari mulut lelaki itu.

"Anjing, segitu bahayanya. Tapi Om gue ngerokok terus kok gak mati Skal?" tanya Jesin.

"Belum ajalnya," jawab Skala.

"Nah benner, yang nentuin mati tuh kan Allah Skal. Jadi mari kita lanjutkan untuk merokok ya ges ya," ujar Aidan. Skala menggelenkan kepalanya, pusing menjelaskan bahaya yang akan menghampiri kesehatan mereka.

***

Arvan melangkahkan kakinya menuju keruangan Bu Sri. Banyak siswa perempuan menatap Arvan dengan jeritan khas mereka tapi cowok tersebut tak peduli sama sekali, baginya mereka membuang-buang waktu yang tidak penting untuk sekedar meneriaki dirinya.

Arvan mengetuk pintu ruangan wanita berkepala tiga itu, setelah di persilahkan Arvan memasuki ruangan yang ternyata di dalamnya sudah ada Desya yang tersenyum kearahnya.

Arvan duduk di dekat Desya, "ada apa ya Bu?" tanya Arvan.

"Arvan kamu lupa ya besok itu udah lombanya loh, kan kalian berdua yang wakili sekolah kita, kamu mikirin apa sih sampai lupa begini," omel Bu Sri menatap kesal Arvan.

"Maaf Bu, tapi saya akan usahakan semaksimal munkin untuk jadi juara demi sekolah kita," kata Arvan tegas.

Bu Sri tersenyum, mengagumi ketegasan Arvan. Tak salah memang ia memilih Arvan sebagai  perwakilan sekolah. "Desya bagaimana? Apakah kamu sudah pelajari tentang sekolah kita?"

Desya tersenyum, "udah dong Bu! Desya juga akan memaksimalkan usaha Desya biar jadi juara. Pokoknya Desya dan Arvan bakalan bawa piala pulang!"

"Bagus, tapi kalian harus cepat berfikir saat di kasih pertanyaan, usahakan jangan kayak orang kebingunan. Kalian harus yakin dengan jawaban kalian, ok?" tanya Bu Sri.

"Pasti Bu!" kompak Arvan dan Desya.

Bu Sri lalu berdiri dari kursinya ia merentangkan tangannya kemudian di ikuti dengan Arvan dan Desya.

"SMAGRASEL!"

"Bisa!" kompak ketiganya.


TENTANG DESYA (Telah terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang