'Sering menarik diri dari keramaian, sampai terbiasa dengan kesendirian.' -Kanara
***
Sendirian ditengah keramaian kelas, memang sudah biasa untuknya. Jika teman sebangkunya tak datang sekolah, maka menyendiri sudah menjadi ciri khasnya.
"Lo kenapa si menyendiri gitu? Kesannya tuh kayak kita yang ngejauhin Lo tahu." Ucap salah seorang siswi.
Tak tahukah bahwa dengan ia bertanya, akan membuat Nara semakin enggan untuk bicara. Jangankan bicara, menatap saja rasanya enggan. Ingin sekali ia bungkam mulut itu.
"Udahlah biarin aja, temennya lagi gak ada, udah biasa juga kan?" timpal yang lainnya.
"Gak enak aja dilihatnya, se-anti itu apa?"
"Udahlah si."
Tanpa memperdulikan mereka, Nara tetap melanjutkan tidurnya. Jam pelajaran kosong memang saat-saat yang sakral untuk memperbanyak mimpi.
Jika teman-temannya sibuk berkeliaran kesana-kemari, maka Nara adalah sebaliknya. Ia tak mau membuang tenaga hanya untuk berkeliaran tak jelas, ia sebisa mungkin akan mempergunakan waktunya untuk istirahat.
Jika ditanya dikekang atau tidak. Ia akan jawab tidak. Karena ia memang tidak dikekang, tapi ia mengekang diri sendiri untuk tak bergaul bersama mereka, karena ia takut, ia takut menyayangi mereka ketika mereka tak bisa menyayanginya kembali. Sakitnya tak akan terobati, dan ia tak mau itu terulang lagi di hidupnya.
"Nara." panggil seorang lelaki, teman sekelasnya. Tentunya Nara tak akan menjawab, jika itu hanya panggilan usil sungguh sia-sia ia menjawabnya.
"Nara bangun dulu, ini penting." Ucapnya tak sabaran.
Mau tak mau akhirnya Nara pun bangun dan menjawab lelaki itu, "apa?"
"Itu si Kiara." ucapnya tak karuan.
"Ck, kenapa?" kesal juga Nara mendengarnya.
Bukannya apa-apa, hanya saja ia tak suka jika tidurnya diganggu, awas saja kalau ia membangunkannya untuk hal yang tak penting, ia akan gantung di pohon beringin.
"Itu tadi si Kiara di bawa ke BK, siapa tahu aja Lo kepo." Ucapnya yang kemudian pergi tanpa penjelasan lebih lanjut.
Apa-apaan dia, tadi dia yang bersemangat memberitahunya, tapi lihat sekarang, ia malah pergi begitu saja tanpa memberitahu informasi yang jelas. Sengaja mungkin ingin membuat Nara penasaran, padahal untuk apa ia mengetahui hidup wanita itu, biarkan saja, bukan urusannya. Lagipula apa hubungannya dengan dirinya?.
Nara bangkit dari duduknya, bermaksud keluar dari kelas, tapi si lelaki yang memberikan informasi angin itu malah menuduhnya yang tidak-tidak, "mau ngecek ya?" semakin tak jelas saja dia, memang keluar hanya ke ruang BK saja? Nara tentu kesal padanya.
"Toilet." dengan judes.
Nara langsung pergi meninggalkan lelaki tadi yang masih mencurigainya.
***
Entah tak tahu jalan atau apa, tapi pada kenyataannya, Nara berada tepat didepan ruang BK sekarang. Dan entah karena sengaja atau tidak, Pintu ruang BK itupun dihadapannya kini. Tak tahu apa yang akan dilakukannya. Ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun.
"Saya tadi hanya melakukan pembelaan bu." Ucap Kiara dari sebalik pintu.
Nara yang hendak pergi pun menghentikan langkahnya. Apa sebenarnya kesalahan Kiara sampai ia harus dibawa ke BK.
"Melakukan pembelaan tak harus dengan berbuat kasar Kia." Timpal sang guru.
"Saya kesal bu, tadi dia menjelek-jelekan teman saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nara dan Lara
Teen FictionKisah yang diangkat dari sebuah buku harian seseorang, tentang lelah, letih, juga lara yang ia rasa. Ia tak ingin dipahami, juga tak memaksa untuk dimengerti, tapi satu, ia hanya ingin orang lain tahu, bahwa ia sedang tak baik-baik saja. Ia tidak ba...