Resmi menjabat sebagai istri sah dari Qian Kun membuat Yangyang mau tak mau harus melakukan kewajiban sebagai istri pada umumnya.
Pagi hari ini Yangyang dibangunkan dengan cahaya sang mentari yang menembus dari sela-sela tirai kamar. Tangan kekar yang memeluknya semalaman perlahan ia singkirkan. Jujur, Yangyang awalnya tak terbiasa dengan perlakuan sang suami ini kepadanya. Namun, apa boleh buat? Disini ia harus memerankan peran sebagai seorang Qian Yingyang dengan sebaik-baiknya.
Setelah terbebas dari rengkuhan sang suami, ia segera beranjak ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan secangkir kopi panas.
Sibuk dengan kegiatan yang tengah ia kerjakan membuatnya tak sadar jika sang suami telah berada dibelakangnya. Dengan langkah mengendap-endap, Kun perlahan mendekati Yangyang.
Dan, Hap!
Tubuh Yangyang agak terhuyung saat sang suami merengkuh pinggangnya dari belakang.
"Nyiapin sarapannya nggak usah kepagian, sayang. Aku masih mau meluk kamu lamaaa banget." Keluhnya sembari mendusal leher Yangyang
"Kalau nyiapinnya nggak pagi-pagi, nanti kamu telat masuk kerjanya."
"Nggak papa, kan aku bosnya."
"Dih, justru bos tuh harus mencontohkan yang baik buat karyawannya." Setelah berucap begitu, Yangyang terlonjak kaget saat tubuhnya dengan cepat dibalik menjadi menghadap sang suami.
"A-ada yang salah y-ya, sayang?" Dengan gugup ia bertanya, membuat Kun yang berada didepannya dengan segera meledakkan tawanya. "Hahahaha... Nggak sayang, nggak ada yang salah. Kamunya yang pinter banget. Istri siapa sih ini? Kok pinter banget. Harus dapet hadiah nih."
Yangyang menatap Kun bingung. "Hadiah? Hadiah ap-hmpp!!"
Dengan lembut bibir Kun bertemu dengan bibir manis Yangyang. Membuat Yangyang membelalakkan kedua matanya. Perlahan tangan Kun bergerak menuju tengkuk sang istri. Menahannya untuk berciuman lebih dalam.
Ciuman yang Kun berikan bukanlah ciuman yang kasar ataupun menuntut. Hanya ciuman lembut yang terkesan tulus hingga membuat Yangyang terbuai dan tanpa sadar telah mengalungkan kedua tangannya ke pundak sang suami. Di dalam hati Yangyang merapalkan doa agar Tuhan mau memaafkannya karena secara perlahan ia mulai menaruh rasa percaya dan terbuai dengan pria yang seharusnya bukan menjadi miliknya ini.
Tubuh mungil Yangyang dengan mudah Kun angkat untuk duduk diatas meja bar. Tanpa menunggu lama, ciuman ia berikan kembali. Kali ini berbeda, cukup menuntut dan Yangyang bisa merasakan kilatan nafsu dari kedua netra sang suami.
Saat tangan Kun dengan perlahan mulai memasuki atasan piyama yang dikenakan oleh Yangyang, saat itu juga Yangyang tersadar bahwa ini semua sudah terlalu melewati batas.
Ia dengan sekuat tenaga melepaskan diri. Membuat Kun memandang bingung kearah Yangyang. Matanya seolah mengatakan 'kenapa?'
"Sayang, maaf ya. Kita udahin aja. Kamu harus kerja, sayang. Lihat deh, ini udah terlambat banget." Ujarnya sembari menunjuk kearah jam dinding yang menjadi saksi bisu adegan panas yang mereka lakukan tadi.
"Nooo, aku mau ijin aja. Hari ini mau sama kamu terus. Biar aku bilang sama Sicheng nanti." Kesal Kun. Ia nggak habis pikir sama istrinya ini, Kun ambil cuti sehari doang nggak bakal bikin bangkrut kok.
"Nggak, nggak, nggak boleh gitu. Kamu harus kerja. Diluaran sana banyak yang butuh kerja tapi belum dapet kerja. Nggak boleh males! Apalagi kalau pakai aku buat jadi alasannya."
"Udah, sayang?" Kun dengan senyum bertanya.
"I-iya udah." Jawabnya kikuk. Yangyang ingin memutar waktu saja rasanya, agar tidak membicarakan hal yang tidak perlu.
"Kamu ternyata cerewet juga ya. Aku suka deh."
"I-iya..gitu. Habisnya kamu nyebelin banget sih." Kesalnya sembari memalingkan pandangannya kearah lain.
Tiba-tiba, kedua tangan Yangyang terasa digenggam oleh kedua tangan yang lebih besar. "Kalau sama aku, sering-sering cerewet gini ya, omelin terus akunya. Jangan diem-dieman kaya kemarin-kemarin. Okay?" Permintaan sederhana dari Kun itu ditutup dengan sebuah kecupan lembut yang ia daratkan pada dahi Yangyang.
"Aku kerja dulu ya. Nanti aku suruh Sicheng buat nyariin tempat honeymoon biar kamu gabisa nyari alesan lagi buat kabur dari aku." Bisiknya tepat di telinga Yangyang. Membuat bulu kuduk di seluruh tubuh Yangyang bergidik.
Bacanya ngga pake napas yaa? Ehehhehe
Maaf bgt, bunny baru bisa update hahahha. Asli, udah dari lama bunny bolak balik cek wattpad buat lanjutin nulis dan yaa, idenya baru bisa keluar hari ini wkwkwk.And, yeah thank you so much buat yg udah mampir!! Maaf kalau diksi yang bunny pakai untuk part ini agak kurang menarik, karena sebenernya bunny baru sakit temen-temen╥﹏╥ jadi agak susah mikir diksi yg cakep cakep ahahaha╥﹏╥
Buat yang nunggu chapter unboxingnya, sabar dulu yes. Bunny masih harus mengumpulkan kewarasan untuk mengetik adegan nanina ahahahaha╥﹏╥
Vote sama komen jgn lupa yes!
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong || KunYang
أدب الهواةDua hari sebelum hari bahagia Qian Kun dan Liu Yingyang, Yingyang mengalami kecelakaan yang menyebabkannya koma dan berada diambang kematian. Dan kembarannya, Liu Yangyang mau tak mau harus menggantikan sang kakak untuk menikah dengan Qian Kun. •Kun...