Mengikat

201 30 24
                                    

Pernikahan yang akan menyatukan dua keluarga pebisnis besar ini hanya tinggal menghitung jam. Yangyang mau tak mau harus menuruti permintaan sang ibunda. Apalagi ia mengetahui bahwa ini akan menjadi akhir dari perang dingin antara ia dan sang ayah.

Dibalik ributnya serangkaian persiapan, ada Yingyang, selaku mempelai sebenarnya yang kini masih terbaring koma tanpa menunjukkan peningkatan sama sekali. Hal itu yang menyebabkan Yangyang semakin merasa bersalah kepada sang kakak, walaupun sebenarnya ini bukanlah kehendaknya.

Meski mereka mirip, dalam artian fisik. Kebiasaan mereka sangatlah jauh berbeda. Seperti saat ini, 'calon suaminya' itu mengajaknya ke salah satu restoran bertemakan Chinese Food yang berada tak jauh dari tempat mereka fitting pakaian untuk terakhir kalinya.

"Kak, saya mau jjampongnya satu, tangsuyuknya satu. Kamu mau apa sayang?" Yangyang melihat Kun yang berada di depannya itu mengernyit bingung. Ada apa? Apa ada yang salah dengan pesanannya?

"Ada apa?"

Kun dengan segera menggeleng. "Ah, tidak ada apa-apa, sayang. Samain aja ya." Yangyang mengangguk, pelayan itu segera mencatat pesanan yang pasangan muda itu inginkan.

Tak lama, pesanan mereka sudah datang. Asap mengepul dari mangkuk berisi mie dan seafood yang melimpah ini membuat perut Yangyang yang memang lapar, menjadi semakin lapar.

Satu suapan ia masukkan ke mulutnya. Matanya dengan segera berbinar. Ia benar-benar rindu dengan masakan ini.

"Sekarang udah suka jjampong ya?" dengan mulut penuh, Yangyang menoleh kearah Kun yang sedang makan dengan anggunnya.

Ia menaikkan alisnya bingung. "Bukannya dulu ngga suka jjampong?" Lanjutnya.

Uhuk!

Rasa pedas jjampong tiba-tiba saja menyentak tenggorokannya. Membuatnya tersedak, hingga terasa sulit untuk berhenti.

Kun yang melihat itu dengan segera memberikan segelas air putih untuk Yangyang.

Yangyang dengan segera meminum air yang diberikan Kun dengan perlahan. Kun juga tak diam saja, ia mengelus pelan punggung sang calon istri. "Pelan-pelan aja sayang minumnya."

Setelah dirasa lega, ia segera mengambil ponselnya. Menghubungi sang ibunda.

Bunda

Kak Yingyang nggak suka jjampong ya, bun?

Ballroom salah satu hotel mewah di Seoul telah disulap menjadi salah satu saksi bisu pernikahan antara Kun dan Yangyang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ballroom salah satu hotel mewah di Seoul telah disulap menjadi salah satu saksi bisu pernikahan antara Kun dan Yangyang.

Terhias dengan nuansa full white n gold, membuat tamu yang masuk seolah sedang berada di kerajaan, dengan raja dan ratu yang akan melangsungkan janji suci mereka.

Saat pemberkatan berlangsung, Yangyang menangis. Bukan tangisan haru bahagia. Melainkan tangisan sedih. Memikirkan bagaimana kedepannya saja Yangyang sudah tidak sanggup.

Yangyang tak tahu harus bagaimama jika semua ini pada akhirnya terbongkar. Tentang Yangyang yang menggantikan sang kakak, sang kakak yang ternyata selama ini tengah koma.

Sebaik-baik bangkai disimpan, pasti akan tercium baunya.

Ia tak bisa membayangkan betapa besar amarah dari keluarga Qian dan juga hubungan persaudaraannya dengan Yingyang nantinya.

Tiba-tiba ia merasakan sebuah ibu jari menyeka air matanya yang mengalir deras. Rupanya si wajah rupawan pelakunya, dengan senyum lebar semanis gula kapas dan kedua tangan besar yang menangkup wajah Yangyang.

"Bahagia banget ya? Sampai keluar air mata gini." Tidak, kamu salah Kun. Hatinya kini tengah menjerit. Menyumpah serapahi takdir yang benar-benar telah mempermainkan hidupnya.

 Menyumpah serapahi takdir yang benar-benar telah mempermainkan hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"A-aku belum siap." Kata itu menjadi jawaban Yangyang saat Kun mencoba mendekatinya di malam pertama mereka. Kun paham, dia memilih terseyum dan menepuk ranjang disampingnya.

"Yaudah gapapa, yuk kita bobo aja. Kamu pasti capek banget." Yangyang hanya menurut. Membaringkan tubuh lelahnya disamping pria yang kini telah berstatus sebagai suaminya.

Grep

Yangyang melotot saat tubuhnya dengan mudah ditarik Kun untuk semakin merapat pada pria yang kini sudah memejamkan matanya. Tangan kekar milik Kun juga tak ingin beranjak dari pinggang ramping Yangyang.

Sepertinya hanya Kun yang bisa nyaman tertidur dengan memeluk seorang Yangyang. Karena Yangyang-nya sendiri masih terjaga sembari berusaha menetralkan detak jantungnya yang sedari tadi seolah mengajaknya berlari.

'Pria ini, bukan milik kamu Yangyang. Kamu hanya sebagai pengganti raga, bukan rasa.' jeritnya di dalam hati.

Kalau banyak narasi gini suka ga sie? Otaknya bunny kl lgi lancar narasinya keluar semua wgwgwg :'D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau banyak narasi gini suka ga sie? Otaknya bunny kl lgi lancar narasinya keluar semua wgwgwg :'D

Ohiya, maaf bgt bunny upnya lama:((

Makasih banyak loh buat yg udah nungguin:(( lup yuuu:*

And ya, jgn lupa tinggalkan vote sm komentar <33

Wrong || KunYangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang