Mempunyai semua ini tentunya adalah sebuah keinginan setiap keluarga. Kebahagiaan pada hal hal kecil yang dilakukan bersama, bersyukur dengan apa yang telah dimiliki, damai dan tentram tanpa ada konflik. Nyatanya tidak ada yang seperti itu.
Anna duduk di ruang tamu dan melukis diatas kertas putih yang awalnya polos. Dia perlahan-lahan menggaris kertas itu dengan cat air hingga terbentuk sebuah gambar.
"Sayap yang cantik" ucap Anna dengan gemas dan tersenyum ke arah gambaran yang ia buat.
"Anna! Makan makananmu dan cepatlah ganti bajumu. Kita akan mengantarmu untuk sekolah" seru sang Ibu, Olivia.
"Baik bu"
Anna bergegas menuju kamarnya untuk memakai seragam sekolah yang sudah Ibunya belikan untuknya. Seragam sekolah itu sangat manis dengan rok nya yang selutut bercorak kotak kotak, dipadu dengan lengan baju yang bisa tergolong pendek, dan pita yang menjadi dasi nya. Anna keluar kamar dan memakai kaos kaki nya serta mengambil tas, peralatan tulis dan beberapa buku.
"Hei! Siapa yang menumpahkan cat merah ke gambaran ku ini!" protes Anna.
"Apapun yang terjadi biarlah terjadi, tidak perlu mengoceh soal gambaran itu" ujar Ibu Anna.
Lalu, ia menarik Anna keluar rumah dan memakaikan sepatunya dan bergegas pergi dari rumah.
Di perjalanan mereka menuju sekolah, Anna terus memikirkan lukisan nya yang terkena cat merah, padahal ia tidak ingin membuat sayapnya berwarna merah. Ia menahan tangis dan amarahnya karena dia akan segera sampai di sekolah barunya.
Ibu Anna memasuki ruang kepala sekolah untuk memenuhi syarat- syarat atau surat yang sebelumnya kurang lengkap, agar Anna bisa masuk sekolah hari itu juga. Anna duduk di bangku yang ada di samping pintu ruang kepala sekolah itu. Ia duduk sambil menoleh kanan kiri dan tampak tidak ada orang yang berlalu lalang. Tidak seperti suasana sekolah yang Anna bayangkan.
Anna lalu berdiri dan meletakkan tasnya di bangku itu, lalu melangkah untuk melihat lihat sekitar sekolah itu.
"Hm, sekolah ini cukup luas juga. Apakah nantinya akan ramai ?" gumam Anna sambil terus melihat ke langit.
Hingga matanya menangkap sesosok burung merpati melintas diatasnya dan hinggap di salah satu pohon. Anna berlari menuju pohon dan mendatangi burung merpati itu.
"Rawr! Rawr! Rawr!" Ucap Anna yang seolah olah menakuti burung merpati itu.
Alih alih burung merpati itu terbang pergi, ia justru hanya menetap di pohon itu dan menatap Anna secara intens. Hal itu membuat gadis kecil itu takut, ia pun mundur perlahan dan mulai berlari ke arah ruang kepala sekolah tadi, tetapi langkahnya terhenti ketika burung merpati itu tiba tiba berada di depannya. Anna pun sangat terkejut dan langsung jatuh terduduk.
"Ka-kau.....bagaimana bisa? Tadi jelas jelas kau ada di pohon-" gagap Anna sambil kembali melihat ke arah pohon itu.
Dan benar saja burung itu tidak ada disana lagi. Anna pun menoleh kembali ke arah burung merpati yang ada di depannya tadi. Gadis kecil itu pun memberanikan diri untuk mencoba mengelus burung merpati itu, tanpa Anna duga burung merpati itu justru melangkah mendekati Anna dan membukakan sayapnya.
Betapa terkejutnya Anna ketika mendapati sayap burung itu dipenuhi dengan darah. Anna pikir burung merpati itu akan terbang menyerangnya, namun alih alih menyerangnya burung merpati itu justru memberikannya secarik kertas. Dengan cepat Anna mengambilnya dan membacanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Past Life Is A Witch
FantasySesuai dengan judul yang ada, kisah ini menceritakan seorang gadis yang kembali ke kehidupan sebelumnya sebagai seorang penyihir. Kembalinya ia ke masa lalu, bukan untuk hal sepele. Melainkan, dirinya memiliki kontrak tak selesai dengan seorang ibli...