Bau gosong dan panas menyengat menerpa indera lima pemuda yang kini berada dalam pedalaman hutan hujan Kalimantan. Kebakaran besar baru saja berhasil dipadamkan oleh empat pemuda yang memakai pakaian serba hitam itu. Kemarau panjang membuat dedaunan serta ranting kering yang ada bergesekan dan menyebabkan api yang langsung menyebar begitu saja tanpa sempat dilakukan pencegahan.
Terlihat beberapa mayat hewan gosong bertebaran di tanah hutan begitupun dengan pohon-pohon yang sudah mengering karena terlalap api. Pemuda dengan tato di hampir seluruh tubuhnya berjongkok di dekat bangkai ular super besar yang juga mati akibat api. Jika terlihat dari kejauhan, ular itu tampak seperti ular pada umumnya kecuali fakta bahwa tubuh ular itu super besar yang bahkan mungkin melebihi rekor terpanjang dan terbesar anaconda yang pernah tercatat. Namun, jika dilihat dari dekat itu bukanlah ular biasa. Ia tau itu. Mulai dari sisik dan karakteristik ular, sudah dipastikan adalah ular mitos tanah itu yaitu Nabau.
“Ini bahkan belum memasuki periode remajanya,” ucap si pemuda bertato itu sembari meneliti sisik ular yang hampir tak pernah terlihat. “Sangat disayangkan.”
“Pastikan menutupi jejak mayat para hewan mitologi,” perintah si pemuda bertato. “Kita memang sudah bekerja sama dengan pemerintah pusat tetapi hanya bajingan pejabat tinggi yang mengetahuinya, kalian tau itu bukan?”
“Ya, Pak!”
“Kalau begitu, kita harus bergerak cepat,” ucap si pemuda bertato serius lalu kemudian berjongkok mulai berdoa di dekat mayat ular besar itu sebelum memotong tubuh ular yang sudah mati itu menjadi beberapa bagian dan menyebarkannya di seluruh penjuru hutan yang tidak terbakar. Bau mayat itu tentu saja akan mengundang kedatangan para hewan buas dan mayat itu akan ‘hilang’ tanpa perlu ia berusaha keras menguburnya.
“Bajingan gila itu bahkan tidak memikirkan bagaimana aku akan menunggu,” dengus pemuda berkacamata. Pakaiannya agak tidak biasa terutama di abad ke 21. Mulai dari ujung rambut hingga ujung kakinya, semuanya merupakan model lama yang hampir-hampir tidak bisa ditemui dengan mudah. Terutama sepatunya yang merupakan model keluaran lama dari sebuah perusahaan yang kini sudah tutup dan berganti nama karena perubahan kepemimpinan perusahaan. Tetapi demi memenuhi koleksi sepatu lamanya, si pemuda mendatangi keturunan pemilik perusahaan itu dan meminta dibuatkan sepatu keluaran lama. Jika diingat-ingat, si pemuda berkacamata menakuti hampir seluruh perusahaan demi mendapat sepatu itu.
Ia agak gila.
“Ah Vier, kau bisa menunggu dimanapun,” si pemuda bertato menoleh pada si pemuda berkacamata dengan polos. Tangannya berlumuran darah, mayat itu ternyata hanya gosong di lapisan tipis terluar ular dan membuat pemuda yang dipanggil mengernyit jijik.
“Bajingan gila,” maki Vier lalu tetap berdiri di tempatnya. Sangat sulit baginya berada di medan serupa dengan empat pemuda gila bersamanya. Ia diseret kesana kemari mengikuti mereka yang sedang menjalankan misi dari faksi Hunter yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya. Dahulu Vier hanya seorang penato handal yang beroperasi di pemukiman padat. Kliennya tidak main-main meski lokasinya yang terpencil dan sulit untuk diakses oleh kendaraan bermotor terutama mobil, mulai dari pemimpin mafia sekitar sana juga mantan anggota militer yang sudah tidak lagi bertugas, dan tentu saja para preman serta penikmat seni tato.
Hidup Vier awalnya tentram dan hanya akan ada sedikit masalah jika kliennya tidak ada satupun yang datang maupun bentrok dengan usaha tato lain di sekitarnya tetapi itu tidak akan lama karena klien-kliennya yang akan mengurusnya hingga kedatangan pemuda bertato dihadapannya. Pemuda itu datang dan meracau segala macam omong kosong mulai dari hunter, makhluk mitologis, dan tato penjara atau apalah itu Vier tidak ingat betul. Jadi sekarang, si pemuda bertato yang memperkenalkan dirinya sebagai Taksa itu menjadi klien tetap dan satu-satunya yang ia punya alias Vier dijadikan pentato pribadi Taksa.
“Hei aku mendengar suara helikopter kemari,” ucap Vier datar.
“Aku tau,” ucap si pemuda bertato masih fokus pada mayat si ular. Angin kering akibat kemarau dan kebakaran membawa bau darah besertanya menyebar ke seluruh hutan membuat hampir semua makhluk buas yang tersisa tertarik untuk mendekat.
Makhluk mitologis selalu menarik perhatian. Mulai dari spesiesnya, dagingnya, darahnya, dan setiap inci dari bagian tubuh si makhluk sangat menarik. Para Hunter terdahulu kerap menggunakan setiap bagian dari makhluk mitologis yang mati untuk pengobatan dan penguatan diri seperti contohnya darah makhluk mitologi. Darah makhluk misterius itu sangat diminati para manusia dan hewan bahkan jika itu hanyalah kelas rendah. Khasiat darahnya tak hanya untuk melancarkan peredaran darah yang akan membuat tubuh lebih sehat dan kuat jika diminum secara rutin tetapi juga sebagai salah satu unsur penting dalam sebuah bela diri kuno yang kini sudah tak diminati lagi. Sekarang ini para Hunter tak lagi mengikuti cara lama dan memilih untuk hidup modern meski konsep kota mereka masih menyatu dengan alam.
“Itu bukan milik pemerintah, kau tau,” ucap Vier serius kini.
“Ya, milik tetua,” ucap Taksa. “Lebih tepatnya tetua keluargaku.”
Vier menegang. Sial, ia tidak menyangka bahwa tetua akan datang kemari untuk menemui mereka. Meski para tetua itu kemungkinan besar tidak akan menyerang mereka tetapi tetap saja, Vier tidak suka berdekatan dengan mereka karena aura yang dikeluarkan. Mereka memiliki aura tidak enak dan berbau darah. Terkadang terasa kotor dan membuat sesak. Vier bisa merasakan ini semenjak bergabung dengan Taksa. Pemuda itu membawanya menemui banyak sosok manusia dan hewan yang membuat inderanya semakin peka.
“Aku akan segera kembali,” ucap Taksa lalu tampak menghilang.
Sejujurnya, itu bukanlah skill teleportasi atau sesuatu yang magis lainnya tetapi hanya murni kemampuan fisik Taksa saja. Latihan keras yang ia lakukan sejak lama membuatnya lebih kuat dari manusia spesial kebanyakan. Jika dibandingkan, kemampuan berlari Taksa saat ini seperti kendaraan mobil berkecepatan 60 km/jam. Jika pergerakan mobil akan mudah dilihat karena berukuran lumayan besar, tubuh manusia Taksa tentu saja tidak akan mudah dilihat melalui mata manusia biasa, mereka tak pernah terlatih melihat sesuatu seperti ini tetapi mungkin para manusia spesial bisa melihatnya setidaknya saat kaki Taksa mencari pijakan sebelum kembali berlari.
Setelah agak lama berlari, Taksa sampai di wilayah hijau dimana api kebakaran belum mencapai lokasi ini, disana sebuah helikopter dengan lambang ular dan burung mendarat perlahan tetapi pasti. Lambang tersebut adalah lambang milik keluarga Taksa. Kedua sosok itu memiliki sejarah masing-masing dan cukup panjang, bagi seorang calon kepala keluarga selanjutnya tentu saja wajib mengetahui sejarah keluarga mereka. Ular dan burung di gambar bukanlah hewan biasa melainkan makhluk mitologi. Si burung konon katanya melindungi keluarga Taksa dari atas sana sejak lama sementara sosok si ular yang akan menjaga sosok terpilih dari keluarga Taksa. Sampai saat ini di sejarah keluarga mereka hanya ada tiga orang yang disebutkan memiliki penjaga sosok ini.
Dari helikopter, seorang pria paruh baya dan pria yang agak muda tetapi masih lebih tua dari pemuda bertato itu turun. Yang satu adalah kakek dari Taksa sementara yang lain adalah Ayahnya. Jika mengabaikan penampilan mereka, keduanya merupakan Hunter terkuat yang menduduki sepuluh besar beberapa tahun terakhir. Sang Kakek menjabat sebagai seorang tetua keluarga maupun tetua Hunter sementara sang Ayah menjabat sebagai pemimpin tim sama seperti Taksa tetapi hanya saja berbeda skala. Ayahnya memimpin tim yang dibangun oleh keluarga mereka secara turun temurun.
“Ada apa?” Taksa bertanya saat mereka dekat.
Suara mesin baling-baling yang sempat menakuti para hewan di sekitar sana kini membuat para makhluk buas itu mencoba mendekat, baik Taksa maupun Kakek dan Ayahnya tetap mengobrol santai, mengabaikan para makhluk buas itu yang hanya berjarak beberapa meter saja. Para makhluk buas itu anehnya tidak berjalan lebih dekat lagi.
“Tabu diangkat,” ucap sang Ayah yang membuat Taksa membeku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Chosen : Benang Takdir 3 Saudari
FantasyRamalan kuno menyeret tujuh anak manusia yang mencoba untuk hidup normal. Dengan segala tekanan yang ada mereka mencoba melawan bahkan jika itu menantang para dewa. ~~ Dunia modern selalu berjalan cepat, tidak memedulikan manusia-manusia yang but...