6. laboratorium ilegal

2 0 0
                                    

Suara raungan yang menggema hingga mulut gua tempat dimana Taksa, Cassie, Levin, dan Nagendra berlindung dari hujan membuat keempatnya terlonjak dari duduk mereka. Suara berisik hujan bahkan kalah oleh suara raungan entah apapun yang ada dalam kegelapan gua. Cassie dan Nagendra menampilkan raut wajah takut sementara Levin lebih fokus pada ekspresi pucat Taksa.

"Kau tak apa?" Baru saja Levin ingin menyentuh pundak Taksa, pemuda itu langsung menghindar. Baju yang sempat basah akibat air hujan yang merembes di bagian gua yang retak sudah sempat kering tetapi kini basah kembali karena keringat Taksa.

Seluruh urat tubuh Taksa terlihat dan membuat dirinya tampak mengerikan. Tato yang ada di tubuhnya tampak terlihat bersinar untuk waktu yang singkat tetapi Nagendra dan Levin menyadari hal itu.

"Makhluk-makhluk ini terprovokasi akibat raungan itu," ucap Taksa menahan sakit.

"Apa maksudmu?" tanya Levin.

"Setiap detik aku membawa banyak makhluk di tubuhku," ucap Taksa. "Cassie pasti sudah sadar sejak awal."

Cassie tersenyum canggung. Sejujurnya, ia tidak merasa apapun dari diri Taksa. Jika maksud Taksa adalah tatonya. Tato itu hanya pernah ia lihat di buku yang ia baca saat kecil. Tato yang populer di jaman kuno itu sudah lama menghilang. Pengetahuannya mengenai tato Taksa sangat terbatas hingga bahkan bisa dibandingkan dengan pengetahuan manusia biasa.

"Raungan itu pasti bermakna sesuatu, makhluk di tubuhku ini mustahil bereaksi seperti itu jika hanya raungan biasa," ucap Taksa setelah tenang. "Kita harus menyusuri gua lebih dalam lagi."

"Tunggu," Nagendra berucap. Matanya memandangi pepohonan yang disirami hujan. "Seseorang berjalan kesini, dia seperti kalian."

Hanya butuh beberapa saat hingga kemunculan seorang pemuda dari kegelapan gua. Seorang pemuda yang berpenampilan seperti tuan muda keluarga kaya berjalan santai kearah gua. Dia adalah pemuda yang sama seperti di pertemuan distrik 2 beberapa hari yang lalu. Di pertemuan, pemuda itu memperkenalkan diri sebagai Alister yang berasal dari keluarga terpandang faksi Seeker.

"Sedang apa bangsawan sepertimu kemari?" tanya Levin datar.

"Aku bisa menanyakan hal yang sama padamu," ucap Alister. "Bersama seorang peri dan manusia biasa, kelompok yang menarik."

"Jawab saja pertanyaanku yang tadi," dengus Levin. Nagendra hampir membuat matanya keluar dari tempatnya akibat melotot. Ia tidak menduga bahwa Levin akan mampu membuat ekspresi jengah seperti itu.

"Mangkuk Higieia¹ koleksi keluargaku menghilang beberapa pekan lalu, aku memburu si pencuri hingga sampai sini," ucap Alister. "Untungnya itu hanya replika saja tetapi kegunaannya hampir mirip dengan yang asli, aku memburu si pencuri untuk mencari tau akan dia apakan mangkuk itu."

Alister berjalan semakin mendekat lalu tersenyum kecil, menambah ketampanannya. "Tampaknya misi para tetua saling bersinggungan dengan misi pribadiku," ucapnya.

Raungan kembali terdengar tetapi kali ini Taksa tak lagi seperti sebelumnya. Meski terlihat agak terguncang, ia masih dapat mengatasinya dengan baik. Alister berjalan memimpin ke dalam gua. Di bagian dalam gua--anehnya--tidak ada hewan seperti kelelawar bahkan kotoran mereka pun tidak ditemui. Taksa yang pertama kali menyadari hal ini. Sesuatu di dalam sana yang meraung tampaknya berhasil menakuti hewan hutan yang biasa berlindung di gua. Pantas saja tanpa perlindungan Cassie sebagai peri hutan sekalipun, tidak ada yang mau mendekati mereka yang sebelumnya duduk santai di mulut gua.

"Apakah berhasil?"

Suara lelaki lain dari asal suara raungan mengerikan itu menghentikan langkah lima sosok yang mengendap-endap masuk ke dalam gua.

"Kurasa," suara lain menimpali. "Tidak bisa kujawab berhasil tetapi hasilnya sudah mendekati yang diinginkan."

Alister sudah berjongkok dan mengeluarkan sebuah item berbentuk kotak kecil berwarna hitam. Sepertinya itu adalah rekaman suara, firasat Alister merasa bahwa ada rahasia besar yang akan terungkap dan merekamnya merupakan langkah yang diperlukan untuk keperluan penyelidikan nanti. Taksa yang melihat hal itu ikut mendekat pada Alister, melihat item jenis apa yang dibawa bangsawan faksi seeker itu.

"Perekam suara biasa," Alister berucap dengan gerakan mulutnya.

Taksa mendengus kecewa sementara Levin mendengus tak percaya dengan kelakukan Taksa yang norak.

"Sudah kuduga darah Troll hutan murni memang memberi perubahan besar," ucap suara itu lagi. "Darimana kau dapat mayat Troll yang sangat sulit dilihat?"

"Aku punya cara," suara lain menimpali dengan dingin.

Taksa yang mendengar itu mengernyit. Troll hutan murni? Apa yang dimaksud kawanan troll yang beradab dan tinggal di pedalaman hutan?

"Yah membakar hutan tampaknya adalah caramu memancing mereka keluar," suara lain menimpali dengan jenaka.

"Jangan banyak omong," suara dingin sebelumnya berucap. "Kita kedatangan tamu."

Tak lama bagian dari mereka bersembunyi diledakkan. Tak ada yang sempat bereaksi, mereka cukup terkejut dikarenakan kehadiran mereka diketahui.

"Sangat bodoh menganggap aura membunuh itu tidak akan diketahui," suara dingin itu terus berucap sembari menampilkan sosoknya. Sosok berjubah yang menutupi seluruh tubuhnya bahkan wajahnya mendekat kearah empat pemuda dan wanita muda itu. "Sekarang, ada urusan apa kalian kemari?"

"Kami tersesat," ucap Nagendra mengambil alih. "Pada awalnya."

Levin melirik Nagendra sedikit mempertanyakan skill berbohong pemuda itu. Kalau sudah begini mereka sudah tak bisa mengelak.

catatan kaki :
¹ : Dalam mitologi Yunani, Mangkuk Hygieia adalah salah satu atribut Higieia, dewi kesehatan. Pada masa kini, mangkuk Higieia dijadikan sebagai lambang farmasi dan apotek. (sumber : Wikipedia)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Chosen : Benang Takdir 3 SaudariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang