3. manusia biasa

3 0 0
                                    

Pemuda berpakaian seragam sekolah menengah atas yang sudah kusut dan bernoda darah di beberapa bagiannya bernama Nagendra. Nagendra memandang tak minat tubuh siswa berseragam SMA lain yang sudah terkapar dengan darah. Tidak akan ada yang menyangka bahwa itu adalah perbuatan anak sekolah yang bahkan tidak membawa senjata apapun dan hanya bermodalkan kepalan tinju dan tendangan. Saat Nagendra sedang membolos pelajaran dan berkeliling tanpa arah, seorang pemuda menantangnya berkelahi dan membawanya ke sebuah gang terpencil yang mustahil orang lihat. Disana sudah ada beberapa pemuda lain yang tampaknya sudah tau apa yang akan terjadi. Bersamaan, mereka menyerang Nagendra yang tanpa perlindungan apapun tetapi baru beberapa menit setelah teriakan semangat kumpulan pemuda itu kini mereka mengerang kesakitan dan beberapa pingsan di tanah.

Nagendra menutup salah satu lubang hidungnya dan mendorong kuat-kuat sehingga darah keluar dari hidungnya hampir-hampir seperti cairan hidung. Salah seorang pemuda berhasil mendaratkan pukulan cukup keras pada hidung Nagendra tampaknya berkat itu hidungnya sedikit terluka dan mengeluarkan darah.

“Membosankan,” Nafas Nagendra terputus-putus. Nagendra mengernyit–sadar bahwa dirinya sangat kelelahan hanya karena beberapa menit melayangkan pukulan dan tenang. Ini tak biasa. Apa mungkin ini efek merokok? Atau karena sudah lama tidak jogging pagi? “Ah sial, sudah kuduga rokok bukan hal bagus,” ucap Nagendra.

“Wow, kau yang melakukan ini lagi?” Seorang pemuda yang baru datang langsung berjongkok di dekat salah satu tubuh seorang pemuda yang mengerang kesakitan. “Lihat ini, mereka dari SMK 2, kau baru saja menghajar gerombolan dari sekolah paling mengerikan di wilayah ini.”

Nagendra mendengus melihat kedatangan pemuda itu dan sikap santainya. “Apa yang kau lakukan disini, Tur?” tanya Nagendra. Pemuda blasteran di depannya itu adalah teman dekatnya sejak awal tahun di sekolah. Keduanya yang sama-sama anak baru langsung akrab secara alami tetap ada satu hal yang Nagendra janggal tentang pemuda di hadapannya itu.

“Entahlah, membolos juga mungkin,” jawab Surtur santai. “Sejak kapan kau mulai berkeliling dan menghajar orang ketika membolos?”

“Aku tidak, mereka menghampiriku dan mengeroyokku, aku hanya membela diri,” jawab Nagendra lalu berjalan menjauh dari gang. “Dan mengapa kau selalu menemukanku?”

“Hmmm ikatan batin mungkin?” Surtur tersenyum bodoh yang membuat Nagendra menghela nafas berat.

“Hei, kau sudah dengar rumor soal taman dekat sekolah kita?” kali ini raut wajah Surtur serius.

Nagendra mengangguk. Belum lama ini, potongan tubuh ditemukan di taman dekat sekolah mereka. Tidak ada yang tau itu adalah potongan tubuh manusia atau apa tapi yang pasti para peneliti sedang meneliti potongan tubuh tersebut. Tetapi tentu saja mereka akan kesulitan karena daging potongan tubuh itu sudah membusuk dan menimbulkan bau tak sedap. Selama beberapa hari sebelum ditemukannya potongan tubuh itu, bau tak sedap sudah menyeruak dan membuat para penghuni dan pejalan kaki dekat situ melakukan komplain ke pihak terkait setelah ditelusuri ternyata ditemukan potongan tubuh. Tak lama dari penemuan itu, tubuh manusia yang sudah membusuk ditemukan disana. Tubuhnya membusuk dan berair, kepolisian mengatakan bahwa tubuh itu merupakan tubuh seorang wanita yang bunuh diri di danau maupun wilayah air dekat sana. Tetapi, di dekat taman itu tidak ada satupun sungai maupun danau dan bagaimana tubuh tak bernyawa itu berada di taman yang jauh dari lokasi air.

“Ada rumor yang beredar di sekitar sana,” ucap Surtur sembari tersenyum misterius, Nagendra hanya mengangkat sebelah alisnya menantikan lanjutan ucapan Surtur. “Mereka bilang ada suara raungan misterius di sana setiap malamnya.”
“Lalu?” Nagendra mengernyit heran.

“Tidak ada yang tau suara apa itu,” ucap Surtur dengan raut wajahnya yang biasa tetapi masih tetap misterius bagi Nagendra. “Kau mungkin tertarik dengan itu.”

The Chosen : Benang Takdir 3 SaudariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang