Keesokan Harinya, Pagi Mulai menyapa Drisa yang sedang terlelap di kasurnya, Drisa pun bangun dan mulai membuka mata karena alasan yang berbunyi, Drisa pun bangkit dari kasur dan melihat ke arah jam dinding yang terpasang. Seraya bergumam...
"Mmm sudah pagi, mari sholat subuh terlebih dahulu, baru mandi baru siap siap kerja, owh iya lupa hati ini kan harus pergi ke acara sosialisasi sebagai ganti Bu Bos." Ucap DrisaDrisa pun bangkit dari kasur dan tidak lupa pula membereskan bekas tidurnya dengan rapi.
Drisa berjalan menuju kamar mandi untuk wudhu dan malaksanakan sholat subuh, setelahnya Drisa pun mandi dan bersiap-siap untuk pergi kerja meskipun masih termasuk ke dini hari karena masih pukul 05:30.
Menjelang pukul 07:00 Drisa pun menyempatkan diri untuk membangunkan sang adik karena adiknya masih belum juga bangun dan bersiap untuk kesekolah.
"Tok..tok.. tok, rafid bangun, Rafid ayo bangun udah pagi, bangun terus mandi habis mandi mari sarapan". Ucap Drisa.
"Iya kak, iya ini Rafid bangun". Ucap Rafid sambil menguap.
"Iya cepetan jangan lama lama, kamu ini udah besar masih juga susah untuk bangun subuh, iya kan ma, seharusnya jangan di biasakan begitu ma, keenakan dianya, karena di manja". Ucap Drisa jengkel
"Iya udah tidak apa apa, sedang belajar dia untuk bangun sendiri, kamu jangan kesal gitu dong udah cantik pagi pagi mau kerja jangan di buat jelek Dengan cemberut dong, ayo senyum". Ucap ibu Drisa, Sambil tersenyum manis.
"Iya ma iya, ini Drisa senyum". Ucap Drisa.
"Kita tunggu adik mu selesai ya baru kita mulai sarapan". Ucap ibu gina.
"Baik ma". Jawab Drisa.
Di bagian Utara tidak jauh dari rumah Drisa, di rumah keluarga yang aman dan bahagia.
"Abang, Abang Abfik, udah bangun bang??". Ucap ibu dari Abfik.
"Iya bund Abang udah bangun dan udah siap siap juga, terima kasih bund udah bangunin". Jawab Abfik lugas namun lembut.
"Oke-oke bagus, Abang bunda minta tolong dong panggilkan sekalian adik adik mu buat sarapan biar gak telat ke sekolahnya". Ucap Ibu
Abfik: "Baik bund Abang panggilkan".
Abfik pun bergegas membangunkan kedua adiknya.
"Tok..tok..tok, dek, adek bangun...!".
"Hummm, iya bang adek udah siap sebentar lagi nyusul bang". Ucap adik pertama Abfik
"Huaa iya Abang, adek udah siap, ini tinggal pakai bedak sedikit biar cantik loh bang". Ucap adik kedua Abfik.
"Hufftt,,, ada ada aja kelakuan kalian, cepat jangan sampai ayah dan bunda nunggu loh ya". Abfik
"Siap bang!". Ucap kedua adik Abfik barengan.
Abfik pun bergegas ke meja makan minimalis yang ada di bagian dapur rumah minimalis modern mereka, dan duduk di samping sang ayah yang sedang meminum kopi buatan sang istri tercinta.
Abfik terdiam sejenak...
"Bund". Panggil Abfik ke sang ibunda
"Iya Abang??". Jawab sang ibunda.
"Abang mau ke balai kota hari ini karena ada kunjungan sosialisasi bund". Sepertinya Abang bakal pulang rada telat". Beri tahu Abfik ke sang ibunda.
"Owh, iya Abang gpp, Abang jangan sampai lupa makan siang oke, apa perlu bunda bekelin??". Tanya sang ibunda.
"Hum gak perlu bund, nanti Abang beli aja"
"Oke, yaudah sekarang Abang mau makan apa?, Biar bunda yang ambilin, Abang kan belum punya istri hahahah". Tanya dan di akhiri candaan oleh sang ibunda
"Bund jangan gitu dong, hum Abang makan nasi goreng aja bund". Jawab Abfik sedikit malu.
"Hedeh Abang, makanya cari istri sama biar ada yang urusin, kan bunda seharusnya sekarang kan tinggal ngurusin ayah aja". Ucap sang ayah sambil meledek ke Abfik.
" Yah, yah di kira gampang apa cari istri". Jawab Abfik dengan raut muka senyum kecut.
"Ajak aja perempuan yang Abang bahas tadi malam coba buat nikah mau gak kira kira hahahah, iya kan bund". Ucap sang ayah lagi
" Iya yah, kan katanya Abang suka, dan cocok dengan Abang, ayah dan bunda nunggu nih ya bang, harus di ajak tuh si perempuan itu, secepatnya kalau bisa ajak kerumah buat kenalan". Ucap sang ibunda di akhiri dengan kalimat seolah olah memerintah.
"Huft, di kira gampang kali ngajak anak orang buat nikah, iya yah bund nanti Abang usahakan kalau Abang ada keberanian buat nyamperin dia ke kantornya". Ucap Abfik dengan senyum getir.
" Harus berani dong bang". Saut sang adik pertama yang tiba tiba nongol.
"Bener bang, masa cowok gak gentelmen". Saut lagi sang adik perempuannya.
"Kalian sok tahu banget ya masalah percintaan masih bau kencur juga". Ucap Abfik jengkel.
"Ye Abang di kasih tau juga". Ucap sang adik perempuannya kesal dengan tanggapan sang Abang.
" Huft iya iya, nanti Abang usahakan ya, kan kalian sepertinya kebelet lihat Abang nikah". Ucap Abfik.
"Nah gitu dong semangat bang, Abang pasti bisa, Abang kan keturunan ayah yang pemberani, jadi mesti berani juga dong, ayah dan bunda tunggu kedatangan itu perempuan yang Abang suka ya". Ucap sang ayah sambil tersenyum manis.
"Baik yah,bund Abang udah selesai sarapannya, Abang pergi dulu assalamualaikum".
Detik dan menit pun berlalu, kini tiba saatnya mereka di pertemukan oleh sang takdir.
Drisa sedang datang ke acara sosialisasi di sebuah balai kota yang ada begitupula dengan Abfik sebagai pengisi acara sosialisasi tersebut untuk menjelaskan tentang pembelajaran pembentukan karakter yang baik untuk anak anak dan remaja yang sedang di masa ingin mengetahui banyak hal.
Abfik melihat Drisa dari atas panggung dengan tatapan mata indahnya yang seolah-olah memancarkan cahaya cinta yang tidak ia sadari, tatapan itu kembali membuat Drisa jatuh semakin dalam, dalam perasaan yang sulit iya hilangkan, meskipun sudah berusaha untuk menghilangkannya.
Drisa tersenyum kecut sambil memandangi laki laki yang saat ini berdiri di atas panggung, Drisa tidak merasa bahwa laki laki itu juga tengah memandang ke arahnya.
Drisa selalu merasa bahwa rasa cintanya kepada laki laki itu adalah hal yang mustahil dapat ia katakan maupun dapatkan, karena Drisa tau seberapa berbedanya mereka dari segi apapun.
Abfik melihat Drisa yang tersenyum tanpa tau arti dari senyum tersebut, Abfik selalu berdebar-debar saat melihat senyum itu, tanpa mengetahui bahwa wanita itu juga sedang menahan segala rasa di hatinya untuk tidak jatuh terlalu dalam akan pesonanya.
"Baiklah apakah ada yang ingin bertanya??, Saya buka sesi tanya jawabnya ini, ayo yang mau bertanya jangan sungkan".
Setelah itu di mulailah pembahasan yang menarik.
Drisa melihat laki laki itu semakin dalam dengan tatapan mata sendunya, Drisa pun berdiri meninggalkan tempat duduk tersebut sambil menghela nafas.
Tanpa Drisa sadari Abfik memperhatikan setiap gerak geriknya, hingga akhirnya berjalan mengikuti kemana Drisa beranjak dan menyerahkan pekerjaan nya kepada teman-temannya.
Drisa berjalan tanpa melihat ke arah belakang dan tidak terlihat perduli dengan sekitar, karena saat ini yang Drisa inginkan adalah pergi menjauh dari laki laki itu agar tidak semakin dalam mencintai laki laki itu.
Vote&komen ya xixi tq
KAMU SEDANG MEMBACA
DuSa? Duka or Suka?
Short StoryDia sang mentari pagi dengan kilaunya mencari kehangatan di pagi yang indah dengan embun yang menyelimutinya.