Semakin jauh Drisa melangkah, semakin berlari la Abfik untuk mengejar perempuan itu.
Hingga akhirnya Abfik tanpa sadar memegang tangan Drisa, dan menarik Drisa ke tempat yang lumayan sepi.
POV Abfik
"Drisa.."
Maukah dirimu bertemu dengan keluarga ku"ucap Abfik dalam hati
"Drisa, mau kemana dirimu?, acaranya belum selesai".
"Bukan urusanmu". Jawab Drisa ketus
"Drisa ikutlah denganku, orang tuaku ingin bertemu denganmu". Ujar Abfik to the points.
Drisa kaget dan menatap Abfik meminta penjelasan
" Apa maksudmu?"
"Ikutlah denganku setelah ini untuk menemui keluargaku di rumah"
"Kau gila, tidak ada angin atau hujan kau mengajak ku kerumahmu".
Ya benar aku emang gila segila pikiranku yang ingin segera memiliki dirimu.
"Aku mohon".
"Tidak", aku tidak mau". Ucap Drisa
"Kenapa??".
"Bukan urusanmu". Ucap Drisa
"Aku mohon kali ini saja".
"Aku tidak ada urusan dengan keluarga mu Abfik, ingat kita tidak sedekat itu hingga aku harus ke rumahmu". Ucap Drisa
"Aku ingin mengenalkan mu dengan keluarga ku, aku ingin memiliki hubungan denganmu lebih dari teman biasa Drisa, maaf karena seolah olah memaksamu".
"Huft baiklah, habis dari sini, tapi satu permintaan ku, ini hanya sekali setelah ini, lupakan bahwa aku dan kau adalah orang yang saling mengenal, mari lakukan seolah olah kita adalah orang asing, dan maaf aku tidak tertarik untuk memiliki hubungan denganmu".
"Kenapa? Kenapa begitu Drisa?".
"Turuti permintaan ku dan aku akan menyetujui ajakan mu hari ini, atau lupakan saja dan mari tetap tidak mengenal" ucap Drisa tanpa menatap Abfik.
" Baiklah, aku akan menuruti permintaan mu, aku akan menunggu mu di sini habis acara selesai".
"Baiklah,aku permisi" pamit Drisa dan segera beranjak tanpa bisa ku cegah.POV Drisa
Aku terkejut saat dia memegang tanganku dan menarik ku ke tempat yang cukup sepi. Dan aku makin di buat terkejut dan bingung dengan pertanyaannya, kenapa dia seolah olah memperhatikan diriku, cukup Drisa jangan gr , tidak mungkin ia memperhatikan dirimu segitunya.
Lagi dan lagi aku di buat terkejut dengan ajakannya, dia gila apa yang ia katakan, apakah dia sadar dengan ucapannya itu, dia gila sungguh gila, kenapa kenapa jantungku berdebar-debar seperti ini, kenapa kenapa aku merasa bahagia kenapa-kenapa tuhan, kenapa dia mengatakan hal itu kenapa, apakah dia merasakan hal yang sama kepadaku seperti apa yang kurasakan.
Drisa ayo berpikir jernih, ingat Drisa bahwa dirimu dan dirinya berbeda, jangan berharap terlalu banyak Drisa,ingat tentang siapa dirimu ayo Drisa katakan hal yang masuk akal dan tolak ajakannya.
"Huft baiklah, habis dari sini, tapi satu permintaan ku, ini hanya sekali setelah ini, lupakan bahwa aku dan kau adalah orang yang saling mengenal, mari lakukan seolah olah kita adalah orang asing, dan maaf aku tidak tertarik untuk memiliki hubungan denganmu". Akhirnya aku bisa menjawabnya dengan seperti itu meskipun aku harus menahan untuk tidak terlihat perduli dengan ajakannya, aku hanya tak ingin jatuh semakin dalam terhadap perasaan ini, karena aku tau kami berbeda, rasa ini sungguh menyesakkan buatku.
Aku melihat tatapan kecewa di matanya, aku sedih sungguh tapi aku harus memperlihatkan bahwa aku tidak perduli, sungguh ini sangat menyakitkan buatku, harus melihat orang yang kucintai menatap kecewa kepadaku, aku hanya tidak ingin kami berdua sama sama terluka, apalagi dia, sungguh aku tidak ingin dia terlalu berharap kepada rasa cintanya itu, karena aku tau akhirnya akan tetap sama, semuanya tidak mungkin bisa menjadi satu aku dan dia.
POV Drisa end.
Mereka berdua saling jalan berjauhan untuk kembali melihat acara sosialisasi tadi dan kembali fokus ke acara yang ada.
Hingga waktu itupun tiba Drisa menemui Abfik di tempat dimana mereka berjanji untuk pergi kerumah Abfik dan bertemu keluarganya.
"Mari Drisa". Ucap Abfik
"Hm'" jawab DrisaMereka pun berjalan beriringan, hingga Drisa membuka suara.
" Aku pergi menggunakan motorku sendiri dan akan mengikuti dirimu dari belakang".
"Kenapa tidak bersamaku?"
"Tidak, lakukan keinginan ku atau kita tidak jadi"
"Baiklah".Dalam perjalanan menuju rumah keluarga Abfik Drisa merasa cemas dengan apa yang akan terjadi dan kenapa ini bisa terjadi.
Akhirnya mereka sampai di rumah tempat tujuan mereka.
Drisa dan Abfik turun dari kendaraan masing masing. Abfik menatap Drisa seolah-olah mengajak Drisa untuk segera masuk.
Drisa terpaku di depan rumah Abfik, dan menatap kaku, dan berpikir apakah ia harus masuk, dan kenapa kenapa dia takut, dia takut sungguh takut.
"Drisa ayo". Ajak Abfik
"Hum, oke". Drisa pun berjalan di belakang Abfik"Assalamualaikum bund, yah Abang pulang" ucap Abfik sambil membuka pintu rumah dan masuk kedalam rumah di ikuti Drisa di belakangnya.
"Waalaikum'salam bang, iya bang ayah dan ibu di ruang keluarga, sini bang".
Abfik pun menuruti permintaan ibundanya dan menatap Drisa untuk segera mengikuti nya juga.
"Bunda, ayah, lihat siapa yang bersama Abfik".
"Assalamualaikum om, Tante" ucap Drisa kikuk dan terkesan sopan.
"Waalaikum'salam, siapa bang?" Tanya bunda kepada Abfik.
"Dia Drisa bunda, Drisa yang Abang bilang semalam".
"Owh Drisa, mari duduk nak duduk".
"Iya Tan" jawab Drisa canggung.
"Sebentar ya bunda ambil minum dulu, ayah, Abfik ajak drisa nya ngobrol ya".
"baik bunda".
Mereka pun kemudian berbincang hingga bunda Abfik kembali dengan membawa camilan dan minuman.
"Maaf ya nak Drisa, cuma bisa menyajikan ini".
"Hm' iya Tan tidak apa apa, ini juga sudah cukup". Ucap Drisa dengan senyum manisnya.
Mereka pun berbicara dengan tenang, dan tanpa Drisa sadari dia telah jatuh semakin dalam akan kekaguman dan cinta kepada Abfik dan keluarganya, tanpa dia sadari, dialah yang membuat dirinya sendiri menderita karena harus merasakan sakit yang tidak dapat ia ungkapkan dengan ucapan.
"Hum, om Tante dan Abfik maaf sepertinya sudah terlalu sore, Drisa harus pulang, pasti mama di rumah menunggu Drisa, maafkan Drisa ya om Tante gak bisa lanjut mengobrol nya". Ucap Drisa tenang
"Iya gapapa, apa perlu di antar oleh Abfik?".
"Tidak perlu Tan, Drisa bawa kendaraan sendiri, sekali lagi terima kasih om dan Tante, Drisa pamit assalamualaikum".Drisa pulang setelah pamitan, dan selama perjalanan Drisa merasa bingung akan dirinya, kenapa-kenapa harus seperti ini.
Kenapa rasa itu harus semakin dalam kagum kepada keluarga dan dirinya. Drisa menghela nafas dalam dan mulai kembali fokus ke perjalanan pulang kerumah.
Next vote & komen ya xixixI
KAMU SEDANG MEMBACA
DuSa? Duka or Suka?
Short StoryDia sang mentari pagi dengan kilaunya mencari kehangatan di pagi yang indah dengan embun yang menyelimutinya.