15. Kawan baru

18 7 0
                                    

Waktu kian berlalu, entah sudah berapa lama aku tinggal di masa lalu. Mungkin dua Minggu, aku lupa. Yang pasti kekuatanku telah bertambah kian pesat.

Beberapa hari tinggal di dalam gua membuatku hafal beberapa tempat di sini, termasuk pintu masuk gua yang sempat ku pertanyakan. Gua ini terbagi menjadi tiga bagian besar, bagian pertama merupakan pintu masuk gua, lalu bagian kedua yang menjadi tempat tinggal Master Windu berserta pengikutnya, dan bagian ketiga berupa gua terbuka dengan lubang menganga lebar di atas. Di bagian ini ditumbuhi pepohonan rindang serta terdapat danau kecil di bawah lubang, terlihat jernih dan menyegarkan. Nyaris setelah latihan aku pergi ke tempat ini, bersama teman-temanku.

Sama seperti saat ini. Aku berada di bagian ketiga gua bersama Arfi, Danemon dan Avara. Mirla dan Ifa masih berada di bagian kedua gua, sedang menemani anak-anak di Asrama Asuhan.

Sambil menghabiskan waktu sore di tengah hutan lebat nan mungil ini. Matahari sore menerobos dari lubang di atas sana. Langit cerah, sesekali nampak seekor burung mirip elang melintas.

Latihan yang diajarkan oleh Master Windu, kian saat, kian sulit. Banyak materi yang diajarkan, gerakan, penggunaan senjata dan juga mantra sihir yang amat banyak. Pengendalian unsur alamku, sudah berkembang pesat. Latihanku tidak lagi mengangkat sebongkah batu, melainkan mengangkat tanah menjadi dinding, mengendalikan air, dan menyalakan api menggunakan tangan kosong. Juga beberapa saat lalu, aku baru saja berlatih memutarkan udara. Aku menguasai unsur-unsur itu butuh dua sampai tiga hari. Kalau dihitung sudah ada lima unsur yang berhasil ku kuasai.

Kabar Arfi juga tidak berbeda jauh dariku. Jenis kekuatannya adalah pengendali waktu. Latihan yang diajarkan jelas berbeda denganku. Arfi berlatih menggunakan pasir atau benda-benda kecil lain. Master Windu menyuruh memperlambat benda itu atau mempercepat ketika dijatuhkan. Aku sempat melihat Arfi perlahan bisa menguasai teknik itu, kekuatan Magna-nya juga berkembang pesat. Temanku ini semakin hebat saja.

Kalau Mirla sendiri tidak banyak berubah. Kekuatan Magna-nya juga berkembang pesat. Kalian tahu apa latihan yang dijalaninya. Yap, mengendalikan hewan. Tapi hewan-hewan yang dikendalikannya begitu berbahaya. Latihan awalnya sih masih mudah, mengendalikan burung, atau hewan jinak lain. Tapi kian hari semakin berbahaya, kalian tahu sejak beberapa hari terakhir Mirla berlatih mengendalikan serigala salju. Kalau dipikir, itu pasti berbahaya bukan. Tapi bagi Mirla biasa saja. Dia berhasil mengendalikan hewan itu kurang lebih lima hari, itupun nyaris saja diterkam oleh serigala salju kalau saja tidak ada Griffer yang membantunya. Seusai itu Mirla mulai belajar mengendalikan banyak hewan lagi, yang pasti hewan buas tentunya. Untuk seorang di fase Dasaran, latihannya ternyata terbilang ekstrim juga ya.

Danemon mengaum kencang, kemudian bersin.

Aku dan Arfi menoleh bersamaan.

Naga itu lagi-lagi membuat kesalahan besar. Tanpa sengaja dia menghirup bunga dandelion. Alhasil serbuk bunga itu mengganggu pernapasannya, membuat naga itu bersin berkali-kali.

Aku sih awalnya tidak memperdulikan, tapi melihat efek bersin naga itu begitu parah. Bagaimana tidak? Embusan yang dikeluarkan naga itu mampu membekukan apa saja yang berada di depannya. Aku pun melarang Danemon untuk mendekati bunga itu.

"Hei Danemon, apa yang kau lakukan pada rotiku?" Arfi bersungut marah, mendapati rotinya membeku.

Danemon tidak menjawab, kembali bersin. Kali ini batang pohon di depannya, membeku.

Aku bergegas membantu, menghilangkan serbuk bunga dandelion di hidungnya. Naga biru itu akhirnya bisa bernafas lega.

"Kan sudahku bilang jangan pergi ke sini. Lihat akibatnya, kamu malah membekukan benda-benda di sekitarmu," ucapku.

THE DRAGON ELEMENT (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang