Chapter 15 : Takluk

70 64 1
                                    

   Suasana yang jarang didapati oleh kelas phoenix kini mereka mendapatinya, yaitu sunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Suasana yang jarang didapati oleh kelas phoenix kini mereka mendapatinya, yaitu sunyi. Namun hal itu tak berlangsung lama, Teja memasuki kelas itu dan berhasil membuat suasana ricuh.

   "Sheva! Sheva!"
Teja berteriak memanggil Sheva dan memasuki kelas itu lalu langsung berdebat dengan Sheva yang membuat Nevin semakin emosi. Waktu di Sriwijaya School dulu, Nevin sangat menyukai kelasnya yang mempunyai suasana sunyi sampai -sampai dijuluki class x. Tapi sangat bertolak belakang dengan suasana kelasnya sekarang. Nevin sangat tidak menyukai suasana ricuh kelas nya itu.

   "Gue gak mau tahu, pokoknya nanti gue tunggu di tempat utama!"
Ucap Teja setelah panjang lebar berdebat dengan Sheva.

   "Halah, so berani lo! Belum puas sama tawuran kemarin? Ok! Gue bakal kabulin keinginan lo!" Jawab Sheva sombong.

   "Gue gak bakal nyerah sebelum genk lo punya kekuatan utama!" Tegas Teja

   "Tanpa kekuatan utama,genk gue bisa berjaya! Gak bakal kayak genk lo yang pecundang!"

         BRAG!

   "Diem lo semua! Belum puas tiap hari tawuran? Belum puas lihat temen sendiri kesiksa? Mau lo apa? Kalau kalian mau ribut, jangan disini! Ke hutan sana! Ngapain lihatin gue?"
Ucap Nevin setelah ia menggeb rak meja, yang berhasil membuat suasana kembali sunyi dan dirinya langsung disorot seketika itu juga.

   "Diem lo! Gue gak suka diatur sama orang lain!"
   Jawab Teja menghampiri Nevin, kemudian ia mencengkram kerah baju Nevin sangat kuat.

   "Kalau lo gak suka diatur, jangan datang lagi kesini! Karena gara-gara kedatangan lo, suasana kelas gue jadi ricuh! Dan gue benci itu!" Jawab Nevin disertai tatapan kejamnya dan kedua tangan yang sudah mengepal penuh.

   "Lo benci itu? Tapi gue lebih benci sama genk lo! Dasar genk pembunuh!" Ujar Teja
       

Sreett!
 

  Teja melepaskan cengkraman tangannya lalu melukai kening Nevin tanpa berancang-ancang terlebih dahulu. Darah segar pun lagi-lagi mengalir dari kening Nevin. Tidak ada hari tanpa darah yang keluar di hidup mereka. Nevinpun tak tinggal diam,dia segera membalas perlakuan Teja yang kejam itu.

   "Semua perbuatan harus ada balasannya!" Ujar Nevin emosi.       

Bugh!

   Tanpa ragu Nevin menonjok tepat bagian wajah Teja dan terlihat jelas darah mulai keluar dari sudut bibirnya. Setelah pertengkaran itu selesai karena dilerai oleh Sheva, Nevin segera beranjak menuju halaman belakang sekolah untuk menguasai hobby nya. Ketika sedang asyik dengan panahnya, Sheva meng hampiri Nevin seorang diri. Dia berniat akan meminta pertolongan.

   "Nevin! Gue butuh pertolongan lo nanti!"Ucap Sheva tanpa berbasa-basi terlebih dahulu.

   "Mau apa?"Tanya Nevin santai

   "Ajarin gue nguasai alat itu!". Pinta Sheva dan Nevin pun segera mengajarinya. Sheva berlatih diwaktu yang singkat, tapi hebatnya, Sheva bisa dengan cepat menguasai panah itu.

•)Pertumpahan Darah

    Disuasana surya yang sudah larut dengan suasana, mereka segera menuju tempat biasa untuk melakukan kebiasaannya sehari-hari. Sheva sudah berambisi dari dulu akan menghabisi Teja,ketua genk adudu. Karena menurutnya, jika kekuatan utama genk adudu sudah punah, pasti mereka bisa bubar dan takluk ditangan genk phoenix. Itulah strateginya sekarang. Semangatnya semakin menggebu untuk menghabisi Teja

   "Nyawa gak akan bisa dibeli sama apapun!" Ucap Teja penuh dendam atas peristiwa kemarin.

   "Dan udah semestinya kejahat an dibalas sama kejahatan!"
Jawab Sheva tak mau kalah.
      

Seraaaangg!

   Satu kata yang dilontarkan Teja langsung membuat semuanya beraksi. Kali ini, pertempuran sangat menegangkan! Mereka langsung memainkan senjatanya diawal pertarungan. Seperti biasa, Sheva melawan Teja. Mereka saling menghabisi satu sama lain. Ketika Sheva sedang melawan Teja, datanglah satu partner membantu memudahkan aksinya. Dengan segera, Sheva berlari menjauhi mereka berniat akan memulai aksinya. Dia berlari dengan sangat hati -hati supaya tidak tertangkap basah oleh siapapun. Ketika ia mendapati pohon yang besar dan cocok untuk dijadikan tempat persembunyian, dia segera meman faatkannya. Sheva bersembunyi dan menyiapkan panah. Ia terus memantau Teja, mengamati gerak -geriknya dengan sangat seksama. Ketika merasa sasaran nya sudah sangat sempurna, dia melesatkan anak panah itu dengan konsentrasi yang sangat penuh. Dan berhasil.

       Clep!

    Baru saja Teja bangkit karena ia tersungkur ke tanah, kini tepat bagian dadanya tertancap anak panah dan berhasil menembus kebagian belakang. Sontak,tubuh kekar Teja langsung tersungkur kembali ketanah disertai darah yang yang mengalir begitu deras. Ketika Dias melihat hal itu, dengan segera dia menyila ngkan kedua tangannya pertanda menyerah terlebih dahulu. Dan berhasil menghentikan pertem- puran tersebut. Semua anggota genk adudu segera menghampiri jasad Teja yang sudah penuh dengan darah. Terlihat jelas raut wajah kesedihan mereka. Kini, kekuatan utama genk adudu telah punah.
   
   "Teja bangun, Tej!"
   Dias menggoyangkan tubuh Teja dengan kasar berharap dia bisa hidup kembali. Dias sudah sangat frustasi,dia memikirkan bagaimana genk adudu kedepan nya. Dan kini mereka takluk ditangan genk phoenix untuk yang kedua kalinya.

   "Dasar genk pembunuh! Lo semua kejam! Udah puas kalian ngebunuh dua temen gue? Gue gak bakal lupain kejadian ini!" Teriak Dias frustasi

   "Dasar lemah! Pecundang! Kalian yang mulai tapi kalian yang kalah! Bagus! Sekarang kalian takluk ditangan kita! Kalian udah gak punya kekuatan utama! Gimana? Masih bisa bertahan hidup tanpa dia?"
   Jawab Sheva sombong dengan kemenangannya,dan berlalu pergi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun.
  Berbeda halnya dengan genk adudu yang sedang berduka cita,genk phoenix malah merayakan kemenangan mereka di basecampnya. Sungguh! Kejam sekali. Mereka tak mempunyai hati nurani.

   "Hidup phoenix!"
   "Hidup!"
Begitulah teriakan mereka yang dipimpin oleh Sheva. Rasanya puas sekali bisa membunuh mangsa tepat dengan tangannya sendiri. Sheva tidak bercerita kepada siapapun tentang terbunuhnya Teja. Dia hanya tersenyum licik menanda kan puas dengan hasil tawuran malam itu.Tanpa ia sadari, sebenarnya dirinya itu telah menjadi seorang pembunuh. Setelah merasa puas dengan kemenangannya,mereka segera pulang kerumah masing-masing untuk beristirahat dan bersiap untuk sekolah esok hari. Mereka akan menjalani hari-harinya seperi biasa,tanpa ada rasa takut atau bersalah sedikitpun. Ini adalah kedua kalinya mereka berhasil membunuh lawan.
 

    Segini dulu yaa... jangan lupa tinggalkan jejak!^_

 jangan lupa tinggalkan jejak!^_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bad GangsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang