Sore ini, mansion milik Justin O'Connell terjadi kegaduhan. Penyebabnya Bryan dan Sarah O'Connell selaku kedua orang tua Justin datang dengan keadaan panik dan khawatir. Pasalnya, tangan kanan Bryan membawa kabar jika Vanez hendak bunuh diri beberapa hari yang lalu. Untung saja hal buruk tidak terjadi pada menantu kesayangan keluarga O'Connell itu.
"Ini salahmu, Josh! Kau sangat terlambat memberitahukan pada kami." Marah Sarah pada tangan kanan suaminya.
"Maafkan saya, nyonya. Kabar ini juga baru saya ketahui dari tangan kanan tuan Justin." Ujar Josh. Memang benar, ia sama sekali tidak mengetahui kejadian ini. Karena Justin langsung menutup rapat-rapat kejadian ini agar tidak diketahui publik.
"Ah sudahlah! MARTHA DIMANA MENANTUKU?!" Teriak Sarah memanggil Martha, kepala maid di mansion putra semata wayangnya.
Martha tampak berjalan tergepoh-gepoh ke arah Sarah saat mendengar teriakan wanita paruh baya itu. "Nyonya Vanezzelia ada di kamarnya, nyonya." Ujar Martha.
"Ah begitu. Baiklah, kami akan menunggu sampai Vanez turun." Kata Sarah yang kemudian mendudukkan dirinya di sofa. Begitupun dengan Bryan yang duduk di samping istrinya.
"Saya akan menyuruh maid membawakan minuman dan cemilan, tuan dan nyonya." Martha langsung pamit kembali ke dapur untuk menyuruh pelayan yang lain agar membawakan cemilan dan minuman pada tuan dan nyonya yang berkunjung.
"Josh, apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Bryan pada Josh.
"Maaf, tuan. Saya tidak mendapatkan informasi apapun. Orion hanya memberi informasi jika nyonya Vanezzelia melakukan percobaan bunuh diri di apartmentnya." Jawab Josh.
Sarah memikirkan sesutu. "Tidak mungkin Vanez melakukan hal itu. Selama ini ia tampak baik-baik saja. Apa yang menantuku sembunyikan?"
Bryan mengiyakan perkataan istrinya. Vanez yang ia kenal tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu.
"Siapa kalian?" Bryan, Sarah, dan Josh serentak menoleh ke arah asal suara. Di sana Vanez berdiri sambil menatap datar ke arah mereka bertiga.
"Menantuku! Kau baik-baik saja, nak?" Sarah langsung menerjang tubuh Vanez dengan pelukan. Vanez tersentak kaget mendapat serangan tiba-tiba dari wanita paruh baya ini.
"Anda siapa?" Tanya Vanez.
Sarah melepas pelukan mereka kemudian menatap Vanez dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau tidak mengingat kami, nak?"
Vanez membalas dengan sebuah gelengan singkat. Ia memang tidak mengenal mereka semua, karena tidak ada satupun ingatan yang ia dapat selama berada dalam tubuh Vanez.
"Jadi kau hilang ingatan?" Tanya Sarah dengan mata yang berkaca-kaca. Bryan mendekat kemudian mengelus lembut bahu istrinya. Ia tau pasti Sarah sedang bersedih hati, karena menantu kesayangannya bisa dikatakan tidak baik-baik saja.
"Begitulah." Jawab Vanez seadanya.
"Nak, kami orang tua Justin. Berarti kami orang tuamu juga, kami sudah menganggapmu seperti anak kami sendiri." Ujar Sarah bergetar.
"Bryan O'Connell dan Sarah O'Connell." Sahut Bryan.
"Maafkan aku mom, dad. Aku tidak bisa mengingat kalian." Ujar Vanez memasang ekspresi sedih.
"Tak apa nak, kamu pasti akan mengingatnya." Kata Sarah menyemangati.
Vanez tersenyum kecil. Ia merasa kedua orang ini tidaklah berpura-pura. Tatapan sayang mereka begitu tulus. Hal itu mengingatkan jiwa Olivia pada mendiang orang tuanya yang meninggal karena kecelakaan beruntun waktu Olivia kecil. Kemudian, Vanez mengerutkan kening bingung. Apakah Vanez masih memiliki orang tua?
"Mom dad, apa aku masih memiliki orang tua?" Tanya Vanez.
"Tentu saja, sayang. Orang tuamu sedang perjalanan bisnis ke Canada. Mereka pasti tidak tau kejadian yang menimpamu." Kata Sarah.
"Apa yang terjadi sebenarnya, Vanez? Daddy tau kau tidak mungkin melakukan hal itu. Bunuh diri? Bukan dirimu!" Vanez menggeleng lemah mendengar pertanyaan dari Bryan.
"Aku tidak mengingat apapun, dad. Rasanya ada sesuatu yang terjadi padaku, tapi aku tidak mengingatnya sama sekali." Jawab Vanez.
Bryan mengangguk paham. Ia menatap Vanez dengan tatapan yang sulit diartikan. Sepertinya ada sesutu yang terjadi di belakang mereka. Dan ada seseorang yang menutupi sesuatu itu dengan sangat rapi!
***
Sarah dan Bryan masih berada di mansion Justin sampai malam hari. Rencananya mereka akan menginap untuk menemani Vanez, mengingat Justin sibuk dengan pekerjaannya bahkan saat sang istri tidak baik-baik saja. Kini, tiga orang itu sedang menikmati makan malam dengan tenang. Tak ada yang boleh berbicara di meja makan.
Setelah menyelesaikan acara makan malam, Sarah langsung menyuruh Vanez untuk beristirahat dikamarnya. Vanez mengiyakan saja. Ia juga butuh waktu sendiri untuk mencerna semua yang terjadi padanya hari ini.
"Langkah pertama, aku akan mencari sesutu di dalam kamar ini." Ujar Vanez setelah menutup pintu kamarnya. Tak lupa juga menguncinya dari dalam.
Vanez mulai membuka laci meja rias, dari atas sampai bawah. Tapi tidak ada yang mengganjal di sana. Hanya ada alat make up dan skin care. Vanez beralih ke laci yang lain, sama sekali tidak ada kejanggalan.
Perempuan itu beralih ke walk in closet. Ia tercengang melihat deretan pakaian-pakaian mewah di sana. Walk in closet milik Vanez sudah seperti mall. Tidak memusingkan hal itu, Vanez mulai mencari-cari sesuatu yang mungkin bisa mengurangi kebingungannya saat ini.
Vanez mulai membuka laci demi laci. Sama seperti di dalam kamar tadi, tidak ada kejanggalan sama sekali. Mata Vanez tertuju pada sebuah pintu yang tertutup rapat, Vanez mencoba membukanya. Terkunci?
Vanez mencari-cari kunci tersebut di sekitaran sana dan menemukannya. Vanez tersenyum sumringah kemudian membuka pintu itu segera. Matanya langsung membola, apa ini?
Vanez kira di dalamnya terdapat perhiasan mewah seperti kebanyakan istri-istri pengusaha kaya raya. Tapi apa ini? Berbagai jenis senjata tajam, senjata api, dan racun tersusun rapi di dalam ruangan yang tidak luas itu. Vanez langsung memijit pangkal hidungnya saat merasa pusing. Pemilik asli tubuh ini terlalu banyak rahasia. Tapi tidak sedikitpun Ia diberi ingatan tentang pemilik asli tubuh.
Vanez segera menutup kembali pintu itu, tak lupa menguncinya. Vanez membawa kunci itu bersamanya. Walaupun ia semakin bingung, tapi keberadaan senjata itu membuatnya senang. Jangan lupakan, Olivia dulunya adalah seorang pembunuh bayaran yang menyeramkan.
"Vanez?" Vanez segera keluar dari walk in closet saat mendengar suara Sarah di dalam kamarnya.
"Iya mom." Jawab Vanez.
"Mommy kira kamu kemana. Ini mommy bawakan susu kesukaanmu. Dulu, kamu tidak bisa tidur kalau belum meminum susumu." Jelas Sarah.
Vanez menegang di tempat. Ia begitu membenci susu. Dalam kehidupan sebelumnya, Vanez terbiasa meminum minuman keras, bukan susu seperti anak kecil.
"Terima kasih, mom. Aku akan segera meminumnya." Jawab Vanez mendekat kemudian mengambil segelas susu coklat dari tangan mertuanya. Untuk menghargai Sarah yang mau berbaik hati mengantarkan segelas susu untuknya.
"Segera diminum, sayang. Setelah itu langsung tidur. Mommy keluar dulu." Sarah tersenyum lembut sambil mengusap kepala Vanez. Vanez terbuai merasakan elusan lembut dari ibu mertunya. Ia bisa merasakan kehangat bila bersama Sarah.
"Baiklah, mommy." Jawab Vanez sambil membalas senyuman Sarah.
Vanez memperhatikan Sarah yang keluar dari kamarnya. Setelah Sarah menutup pintu, Vanez langsung meletakkan gelas susu itu di atas nakas. Mana mungkin Vanez akan meminumnya? Bisa-bisa ia akan memuntahkan makan malamnya tadi karena meminum susu coklat itu!
YOU ARE READING
A Garota Assassina
FantasyMenjadi seorang pembunuh bayaran bukan hal mudah bagi Olivia. Ia justru dikejar bahaya terus-menerus. Sosok yang terkenal kejam itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir karena lengah terhadap musuh yang licik. Kesialannya tidak sampai disitu saja...