"Vanez!" Vanez mendengus kesal saat mendengar suara teriakan dari arah ruang tengah. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?
"Vanez! Astaga, aku sangat merindukan mu. Aku sangat khawatir saat tau kau sempat dirawat di rumah sakit." Sosok perempuan cantik dan bertubuh ideal berlari mendekati Vanez yang sedang sarapan. Ekspresi wajahnya sangat khawatir.
"Helena mengatakan padaku, kalau kau hilang ingatan. Berarti kau tidak mengingatku, Vanez?" Tanya perempuan itu sambil duduk di kursi samping Vanez.
Vanez menggeleng. Ia memang tidak mengenal perempuan itu. Untung saja mereka semua menganggap dirinya hilang ingatan.
"Rain Fransisco, itu namaku. Aku adalah sahabat dekatmu seperti Helena." Ujar Rain.
Vanez mengangguk saja. "Kau sudah sarapan?" Tanyanya.
"Ah aku sudah sarapan sebelum kemari. Kau tau? Menjadi seorang model harus memperhatikan makannya." Jawab Rain terdengar sedikit sombong.
"Baiklah." Vanez tidak mempedulikan Rain lagi. Ia melanjutkan sarapannya dengan tenang. Sekali bertemu dengan Rain, Vanez tau jika perempuan yang mengaku sahabatnya ini bersifat sombong.
"Ku dengar, aunty Sarah dan uncle Bryan berkunjung. Dimana mereka?" Tanya Rain.
"Seorang model juga tau, ketika makan tidak baik sambil mengobrol." Kata Vanez santai.
Rain tersenyum masam. "Maafkan aku." Ujarnya.
Rain kemudian diam tidak melontarkan pertanyaan lainnya pada Vanez. Vanez masih bisa santai menikmati sarapannya, padahal sedari tadi Rain menatapnya intens. Vanez tidak terganggu sama sekali. Hal itu membuat Rain percaya perkataan Helena mengenai perubahan sikap dan sifat Vanez.
***
Hari menjelang siang. Rain sudah pulang beberapa saat yang lalu. Vanez bersyukur akan hal itu. Pasalnya Rain sangat cerewet. Perempuan itu terus berceloteh banyak hal dan Vanez tidak terlalu menyukainya.
"Nyonya, tuan mengabari jika sebentar lagi ia akan pulang." Martha menghampiri Vanez yang duduk di sofa ruang tengah dan memberi kabar dari Justin.
"Ya." Balas Vanez singkat. Mau merespon bagaimana? Ia hanya jiwa asing dalam tubuh perempuan bersuami ini. Ia tidak mengenal orang-orang di sini!
Martha mengangguk kaku kemudian pamit pergi.
"Tunggu, Martha." Cegah Vanez sambil menatap punggung Martha. Wanita itu berbalik saat suara Vanez mengintrupsinya.
"Ada yang bisa saya bantu, nyonya?" Tanya Martha sopan.
Vanez mengangguk sekali. Ia masih terlihat ragu untuk menanyai beberapa perihal tentang Vanezzelia. Tapi hanya wanita paruh baya itu yang bisa ia tanyai saat ini. Rasanya Olivia sangat frustasi, terjebak dalam tubuh Vanez tanpa tau apapun!
"Aku ingin bertanya beberapa hal." Vanez membuka suara.
"Kau sudah tau kalau aku tidak bisa mengingat apapun." Vanez menjeda ucapannya. Ia menatap datar pada Martha yang berdiri tidak nyaman ditempatnya. Bagaimana tidak? Dulunya Vanez adalah perempuan lembut. Sorot matanya begitu teduh. Tapi sekarang sorot mata teduh itu tergantikan dengan sorot mata tajam dan mengintimidasi.
"Ceritakan bagaimana kehidupanku sebelumnya!" Perintah Vanez.
Martha menunduk. "Saya tidak berani nyonya, rasanya tidak sopan."
"Tidak apa-apa, Martha. Katakan saja apa yang kau tau!" Vanez terus mendesak.
"Baiklah." Martha menghela nafas kasar. "Dulunya, tuan dan nyonya menikah atas dasar perjodohan. Menurut kami, tuan dan nyonya tidaklah saling mencintai, sampai sekarang. Bahkan kalian berdua pun tidur di kamar terpisah."
![](https://img.wattpad.com/cover/308524932-288-k876990.jpg)
YOU ARE READING
A Garota Assassina
FantasyMenjadi seorang pembunuh bayaran bukan hal mudah bagi Olivia. Ia justru dikejar bahaya terus-menerus. Sosok yang terkenal kejam itu akhirnya menghembuskan nafas terakhir karena lengah terhadap musuh yang licik. Kesialannya tidak sampai disitu saja...