Dalam sebuah buku berjudul Dance Dance Dance karya Haruki Murakami, ada sepotong kutipan bagus yang berbunyi seperti ini.
Unfortunately, the clock is ticking, the hours are going by. The past increases, the future recedes. Possibilities decreasing, regrets mounting.
Dan itu yang kini tengah bibir Kalingga lafalkan begitu kepala Sofia menyembul ke dalam mobilnya. Gadis itu baru membuka pintu dan seketika manik cokelatnya beradu dengan sepasang manik lain yang bersembunyi dibalik lensa kacamata tebal. Bukannya menyambut ramah, Sofia malah menghadiahi sosok itu dengan bola mata yang bergulir malas seraya mendengus sebal.
Dari balik kemudinya, sang lelaki menunjukkan reaksi berbeda. Dia hanya tersenyum simpul. Membenarkan posisi kacamata bacanya yang jatuh melorot ke ujung hidung. Sinar fajar yang menyusup melalui kaca jendela itu menyirami wajah tampannya.
"Pernah denger ga?" Lekas dia beralih menatap sang gadis yang sontak berseru lantang seraya menatapnya tajam.
"NGGA!"
Teriakan itu cukup membombardir gendang telinganya yang sensitif akan gelombang suara intensitas tinggi. Lelaki berkacamata tebal itu spontan memejamkan mata. Menahan rasa nyeri yang menyerang indera pendengarannya tiba-tiba. Hingga redam dan menghilang.
Jelaslah Sofia merasa tersinggung sebab kutipan buku yang dibacakan lelaki itu padanya terdengar seperti sindiran telak.
"Ngga usah ngegas, gue cuma nanya. Secara kita kan sama-sama kutu buku. Siapatahu lo pernah baca danㅡ"
"NGGA!" Tukas Sofia untuk kedua kalinya. Sementara lelaki ini menggedikan bahu, dia tak tahu apa yang membuat gadis itu naik pitam di awal hari yang indah dan cerah seperti ini.
Jemari Kalingga pun beralih, sibuk melipat tangkai kacamata berlensa tebal miliknya dan menyimpannya dalam kotak di atas dashbord. Lelaki ini hanya membalas enteng. "Yailah, Sofㅡ"
"ㅡkan yang telat lo, kenapa gue yang balik lo sembur? Ini gimana konsepnya?"
"Lo sih ga sabaran banget jadi manusia!" Dahi lelaki itu praktis mengkerut keheranan. Dia benar-benar tidak memahami pola pikir gadis mungil yang kini merengut kesal di sampingnya. Seraya merapikan tatanan poni yang jatuh menutupi keningnya. "Gue udah kaya diteror hutang sama rentenir, diteleponin mulu ga berhenti-henti!"
"...Padahal gue baruuu banget mau turun ke sini. Lo kira gue turun dari lantai 9 ke bawah terjun payung hah? Gedubrak langsung sampe?!"
"Lo keliru, Sof. Harusnya gue yang bilang duluan ke lo. Dimana sopan santun dan rasa terimakasih lo kepada orang yang bersedia menolong lo SE-PA-GI ini?" Ucapan Kalingga beserta penekanannya kali ini spontan membuat gadis itu terdiam dengan ekspresi wajah mengeras. Sofia tertegun.
Lirikan manik cokelat milik lelaki tersebut pada jam digital mobil menunjukkan pukul 08.45 membuat gadis kalah, dia mati kutu.
"Asal lo tahu, gue udah nunggu setengah jam lebih disini. Terlalu lama sampai-sampai gue bisa berubah jadi fosil purbakala. Udah siap ditambang."
Sejenak Sofia termenung, waktu 15 menit jelas tidak cukup untuk menempuh perjalanan dalam jalan raya yang padat merayap dari sini sampai ke kantor mereka. Salahkan Bening yang susah sekali dibangunkan. Entah apa mimpi buruk yang gadis itu alami di alam bawah sadarnya hingga sepanjang malam suntuk Sofia bahkan tidak bisa terlelap nyenyak. Indera pendengarannya terus disambangi racauan tak jelas dari Bening yang mengigau di sampingnya.
Dan juga bukan tanpa alasan Kalingga berani bicara seperti tadi pada rekan kerjanya satu ini. Seusai membersihkan diri sehabis pulang kerja lembur malam tadi, rencana Kalingga untuk menenggelamkan dirinya di atas kasur empuk dengan satu dua buku bacaan yang baru ia beli praktis batal tatkala handphonenya berdering. Panggilan masuk dari Sofia. Awalnya dia tertegun sejenak, apa yang membuat gadis itu menelponnya menjelang tengah malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
When We Go Hazy | Zhong Chenle
Teen FictionCakra percaya bahwa dirinya serupa potongan puzzle yang rumpang dan dengan terus hidup, dia bisa mengais semua penjuru akan eksistensi potongan yang menghilang. Memungutinya satu persatu guna melengkapi ia agar kembali utuh. Kalau dahulu Cakra tidak...