Orientasi

9 3 0
                                    

Langit mulai menggelap, awan-awan mulai menghitam, angin mulai terasa berbeda, lampu-lampu jalan mulai dihidupkan, orang-orang mulai berbondong-bondong keluar dari tempat kerja mereka, jalan yang awalnya terlihat senggang sekarang terisi dengan lautan manusia dan kendaraan. Di antara lautan manusia itu terdapat seorang pemuda bernama Adnan Elvano, dengan hoodie berwarna hitam dan handphone di tangannya, pemuda itu berjalan dengan santai sambil memasukkan handphone ke dalam kantong hoodienya. Pemuda itu menengadahkan kepalanya ke arah langit, rintik hujan jatuh mengenai wajah Adnan bersamaan dengan tertutupnya mata zamrud yang tampak tujuan ketika terbuka.

Tak terasa rintik-rintik itu semakin banyak, sehingga Adnan memutuskan beranjak dari tempatnya, Adnan menarik tudung hoodienya lalu berlari dengan tas yang berada di punggungnya melewati tangga menuju stasiun kereta bawah tanah. Di dalam kereta, Adnan hanya duduk diam di bangkunya sembari menggambar di buku sketsa kecilnya. Sepasang earphone putih yang setia menempel di telinganya dengan melodi-melodi yang menenangkan. Tangannya yang terus bergerak secara alami menggambar sebuah peritiwa dalam bentuk sketsa, peristiwa yang begitu dia rindukan. Sampai akhirnya kereta itu berhenti di stasiun yang ditujunya. Adnan memasukkan buku sketsa dan pensilnya ke dalam tas, dan segera beranjak keluar sebelum pintu kereta itu tertutup.

Langit malam yang mulai memperlihatkan bintang-bintangnya, aroma sehabis hujan, dan jalanan yang masih sedikit basah, mengiringi setiap langkah Adnan dalam perjalanan pulangnya. Sesampainya di depan pintu rumah, dia memasukkan pin untuk dapat masuk ke rumahnya. Rumah yang tak begitu besar bahkan memiliki desain sederhana, hanya saja rumah itu dilengkapi dengan beberapa peralatan modern, seperti yang terjadi pada pintunya. Adnan membuka sepatunya dan meletakkannya pada rak sepatu yang tersedia di dalam rumahnya. Kaki itu terus melangkah masuk, sepi, itulah yang selalu dia rasakan semenjak tragedi 9 tahun yang lalu.

STIGMA: TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang