Part 2

5 2 0
                                    

Waktu berlalu, bel pelajaran ketiga berbunyi. Adnan yang merasa terganggu dengan suara nyaring itu perlahan membuka mata zamrudnya, sinar matahari mengenai retina indah itu sehingga meninggalkan sedikit rasa pening. Adnan merapikan bajunya yang berantakan lalu bangkit dan berniat menuju kelasnya. Tetapi sebelum itu dia memutuskan untuk membersihkan darah di tubuhnya dan juga mengambil masker untuk menutupi wajahnya.

Sesampai di depan pintu kelas, Adnan sedikit ragu membuka pintu itu karena dia mendengar suara gaduh dari dalam. Dan benar saja kelas itu terlihat seperti kapal pecah. Ada seseorang yang sedang memukul mukul meja, menaiki meja sambil memegang botol minumnya dan bernyanyi atau lebih tepatnya berteriak.

Adnan yang merasa sangat terganggu dengan hal tersebut, sehigga dia langsung duduk di kursinya. Adnan menggunakan hoodienya dan melepaskan maskernya, lalu menelungkupkan kepalanya di atas meja mengarah ke arah dinding. Dan entah mengapa ingatannya berputar ke 4 tahun yang lalu.

~<o0o>~

Flashback 4 tahun yang lalu (Umur 14 tahun).

"Kak Adnan, main yukk.....!" panggil seorang anak perempuan bertubuh kecil dengan mata coklat dan rambut pendek sebahu.

Terlihat seorang anak laki laki keluar dari rumah itu dengan semangat. Dia merasa senang melihat dua orang yang dia sayangi.

"Nan Gw titip Kanara ya, Dia mau main bola di taman tapi Gw gak bisa nemenin Dia soalnya Gw lagi ada ekskul, tolong jagain Adek Gw" ucap seorang anak laki-laki yang bernama Rasya itu kepada Adnan, lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Yaudah sini sama kakak" ucap Adnan menggenggam tangan kecil Kana menuju taman yang berada di depan perumahan mereka lebih tepatnya di sebelah jalan raya.

Sesampainya di taman, Kana yang melihat orang yang menjual es krim meminta Adnan untuk membelikan satu untuknya.

"Kak Adnan, Kana mau es krim, beliin dong!" ucap Kana dengan mata berbinar

"Ok, Kana tunggu di sini dulu yahh" ucap Adnan dengan tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipi di pipi kanannya.

"OK!" jawab Kana dengan tangan membentuk tanda ok dan kepala yang sedikit di miringkan ke kanan sambil melihat ke arah Adnan yang mulai menjauh darinya

Karena bosan menunggu Adnan, Kana memilih untuk bermain bola sendiri. Tanpa disengaja bola yang dia mainkan tadi menggelinding ke arah jalan raya. Kanara yang melihat itu hanya fokus terhadap bola yang terus menggelinding ke tengah jalan raya. Sehingga sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju ke arahnya tetapi Kana tidak menyadari itu, bahkan teriakan orang-orang di sekitarnya tidak di sadari oleh Kana. Seakan mulai kembali ke alam sadarnya, Kanara melihat ke arah mobil yang datang itu, seketika bola yang dia pegang terlempar, dan tubuh kecil itu terhempas beberapa meter dari tempatnya berdiri. Orang-orang berteriak melihat seorang anak perempuan tergeletak berlumuran darah terutama di bagian kaki dan kepalanya dikarena benturan yang keras dengan aspal dan mobil.

Di tempat yang berbeda, Adnan berjalan kembali ke tempat Kana berada. Adnan melihat sebuah keramaian di tempat yang berlawanan dari arahnya datang tadi. Menyadari Kana tidak ada di sekitarnya membuat Adnan panik, ditambah dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarnya.

"Kasian yah, padahal masih kecil tapi udah mengalami kejadian yang mengerikan itu"

"Padahal anaknya cantik, tapi sepertinya Tuhan lebih sayang sama Dia"

Adnan yang mendengar itu langsung berpikiran negatif. Dia yang mendengar itu mencoba memproses apa yang terjadi dan tetap berusaha berpikiran positif. Tapi tidak bisa! Dia tidak bisa! Adnan langsung berlari meninggalkan es krim yang sudah terjatuh ke tanah yang kotor itu ke arah keramaian yang dia lihat tadi. Sesampainya di sana Adnan langsung menerobos kerumunan, dia berlari ke arah tubuh yang terbaring kaku dengan darah yang menggenang. Bahkan pakaiannya ikut terkena darah karena dia memeluk tubuh yang berlumuran darah itu. Adnan menangis meraung-raung meminta mereka memanggil ambulance, karena laki-laki itu masih merasakan nafas Kana yang mulai memberat. Tiba-tiba Kana membuka matanya.

"K-Kak sa-kit" ucap Kana sangat pelan.

"K-kana jangan gerak dulu ya-ah" ucap Adnan masih dengan air mata yang mengalir dan tangan yang masih mendekap tubuh kecil itu.

"B-badan Ka-na sakit se-mua" ucap Kana dengan mata yang hampir tertutup kembali.

"Kana, Kanara, b-buka mata Ka-mu" ucap Adnan dengan tangan yang semakin mendekap tubuh kecil itu.

Tak lama kemudian sebuah ambulance datang, semua orang menyingkir mmemberikan ruang untuk para perawat membawa seorang anak perempuan yang tergeletak penuh darah. Seorang anak laki-laki yang mendekap anak itu ikut memasuki ambulance sebagai wali sementara anak itu. Di dalam perjalanan menuju rumah sakit anak perempuan yang tak lain adalah Kanara, sempat mengalami henti nafas. Sehingga seoarang anak laki-laki yang berada di sebelahnya panik, untung saja mereka dapat mengembalikan detak jantung.

Mobil ambulance itu berhenti tepat di depan sebuah rumah sakit, sebuah tandu dengan anak kecil di atasnya diturunkan dan dipindahkan ke ranjang pesakitan yang sudah disiapkan di depan rumah sakit itu. Para dokter mendorong ranjang itu ke arah ruang operasi, lampu indikator berubah warna menajdi warna merah menandakan oprasi telah dimulai. Adnan berjalan mondar-mandir di depan pintu operasi setelah mengisi biodata Kana, dia panik! Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Kana. Pihak rumah sakit juga sudah menelepon keluarga Kana dan mereka sedang dalam perjalanan ke sini.

Lampu indikator berubah hijau bertepatan dengan datangnya Rasya dengan kedua orang tuanya. Seseorang dengan pakaian khas dokter keluar dari ruangan tersebut, dia keluar dengan tatapan sedih. Keluarga itu datang menghampiri sang dokter termasuk Adnan yang sedari tadi hanya terduduk diam di lantai, menunggu dengan kaki ditekuk dan mata kosong yang masih mengeluarkan air mata.

"Ibu yang sabar ya Bu, mungkin Allah lebih sayang sama putri Ibu" ucap sang dokter sambil menggenggam tangan wanita di depannya.

Sang ibu langsung memeluk suaminya, menumpahkan semua kesedihan di dada sang suami. Rasya berjalan mundur sambil menggumamkan kata 'tidak mungkin' berkali-kali , lalu tatapannya beralih ke arah Adnan yang tak kalah kacau darinya, seketika amarahnya memuncak. Dia berjalan ke arah Adnan dan menarik kerah baju laki-laki itu, lalu memberikan pukulan-pukulan ke wajah Adnan.

"Gw nyuruh Lo buat jagain Adek Gw! Bukan ngirim Dia ke sisi Tuhan" teriak Rasya sambil terus memukuli Adnan yang tidak melawan sama sekali.

"Maaf, maaf, maaf" gumam Adnan terus menerus dengan air mata yang terus keluar dari mata zamrudnya, hingga akhirnya ayah Rasya datang dan memisahkan mereka.

"Udah Rasya! Ini namanya takdir, kita gak ada yang tahu kalau ini akan terjadi" ucap Ayah Rasya dengan tegas.

"Lo! Mulai saat ini jangan pernah berpikir kita kenal!" ucap Rasya lalu pergi meninggalkan mereka semua.

Sejak saat itu Rasya selalu membully Adnan dan Adnan selalu menerima bullyan itu karena dia merasa sangat bersalah dan juga membenci dirinya sendiri. Mengapa ini harus terjadi lagi dalam hidupnya.

STIGMA: TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang