Part 3

7 2 0
                                    

Bel pulang berbunyi 5 menit yang lalu, Adnan yang tadinya menelungkupkan kepalanya di atas meja mulai menegakkan kepalanya dan bersiap untuk pulang. Terlihat kelas sudah sepi sekarang, hanya tertinggal dirinya sendiri di kelas. Ketika membuka pintu Adnan dikagetkan dengan Rasya yang sudah berdiri di depannya. Rasya berjalan masuk lalu menutup pintu sehingga membuat Adnan mundur beberapa langkah.

"Kenapa? Takut" tanya rasya dengan sebuah seringaian tipis.

"Sans, Gw cuma pengen nanya sesuatu sama Lo?" tanya Rasya.

"Kenapa Lo gak pernah ngelawan setiap Gw bully? Jujur gw juga capek bully Lo, kenapa Lo nggak nyerah aja" tanya Rasya.

"Karena Gw benci diri Gw sendiri" ucap Adnan sambil menundukan kepalanya dan mengepalkan tangannya.

"Karena Gw merasa bersalah!"

"Karena Gw Lo kehilangan adek Lo!"

"Dan karena Gw, Kana meninggal.."

"Andai, andai Gw nggak ninggalin Kana, andai Gw datang lebih cepet, andai gw nggak jadi temen Lo, ini nggak akan terjadi untuk kedua kalinya!"

"Andai! Andai! Andai!"

"Gw sadar dengan Gw berandai-andai, itu gak akan mengembalikan Kanara!"

"Karena itulah gw nerima semuanya! Bahkan itu nggak cukup!" teriak Adnan menumpahkan semua hal yang ia pendam selama ini dengan aliran-aliran sungai kecil di pipinya dan diakhiri dengan pukulan keras Adnan pada dinding di belakangnya. Tubuh itu meluruh ke lantai dengan air mata yang tak kunjung berhenti, tangannya yang mengeluarkan darah itu hanya diabaikan olehnya.

Rasya yang mendengarkan semua pengakuan Adnan, merasa bersalah. Ternyata bukan hanya dirinya yang masih terpuruk dalam kesedihan, masih ada Adnan, orang yang menyaksikan sendiri tubuh Kana yang terbaring kaku tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Bahkan ini yang kedua bagi Adnan, melihat orang yang dia sayangi meregang nyawa tapi tak ada yang bisa dia lakukan. Rasya berpikir dia sudah keterlaluan, dia terlalu egois terhadap dirinya sendiri tanpa mau melihat bahwa ada yang lebih menderita dibanding dirinya. Apakah Kanara kecewa melihat kakaknya menjadi seperti ini? Dia akan memperbaikinya, ya, dia harus memperbaikinya.

'Kanara, maafkan Kakak, Kakak berjanji akan mengembalikan semuanya ke tempat semula' ucap Rasya dalam hati dengan setitik air mata yang jatuh dipipinya, dengan cepat laki-laki itu menghapusnya dan berjalan ke arah Adnan.

"Maaf karena Gw selama ini egois, maaf-maafin Gw atas semua prilaku Gw selama ini, Lo boleh balas Gw sepuas Lo" ucap Rasya sambil menundukkan kepalanya dan mengepalkan tangannya, dia benar-benar menyesal dan malu dengan semua perbuatanya selama ini.

Adnan yang mendengarkan itu lantas mendongakkan kepalanya menatap Rasya, seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar tadi. Dia penjahatnya di sini kenapa Rasya yang minta maaf.

"Ini bukan salah Lo atau pun salah Gw. Ini takdir, kita gak ada yang tahu apa yang akan terjadi" ucap Rasya dengan sebuah senyuman sambil melihat Adnan yang masih menatapnya tidak percaya.

"Lo masih mau jadi temen Gw?" tanya Adnan sedikit ragu, pertanyaan ini lah yang selama ini ingin dia tanyakan.

"Seharusnya Gw yang ngucapin itu" ucap Rasya dengan senyuman dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama Adnan memperlihatkan senyumnya yang dihiasi lesung pipi di pipi kanannya.

"Ayo" ucap Rasya sembari mengulurkan tangannya di depan Adnan.

"Makasih!" ucap Adnan sambil menerima uluran tangan itu dengan senyuman yang begitu manis.

Selesai

STIGMA: TwoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang