Semua orang tak akan tahu bagaimana rasanya menjadi diriku. Mereka hanya bisa menyiksa tanpa harus merasakan.
==============================
Fanny mengurung dirinya di kamarnya.
Menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut serta menutupi wajahnya dengan bantal supaya tak terdengar suara isak tangisnya.Tenggorokannya mulai kering karena Fanny sudah menangis cukup lama.
Tiba-tiba saja suara ketukan pintu yang terdengar lembut membuyarkan Fanny.
"Fanny ayo makan dulu,"
Terdengar suara lembut itu.
yah, itu adalah suara Arya."Fanny nggak laper pa."
"Kamu kan belum makan dari tadi. Nanti kamu sakit Fanny. Ayo makan dulu."
Namun, tak ada respons apapun dari Fanny. Gadis itu masih mengurung dirinya tak mau bertemu siapapun.
"Bukain pintunya Fanny, papa mau bicara."
Fanny lalu mengusap air matanya. Sungguh, ia selalu kalah dengan nada bicara lembut Arya.
Fanny lalu membuka pintu kamarnya, terlihat jelas seorang laki-laki paruh baya membawa makanan dan minuman di nampannya.
"Papa boleh masuk?."
Fanny mengangguk.
"Papa nggak akan percaya kan kalau Fanny tidak ada di kelas karena kemauan Fanny?." Tanya Fanny dengan suara serak . Walaupun ia sudah banyak kali ia menanyakan hal yang sama kepada ayahnya, dan ia juga tahu jika ayahnya selalu percaya kepadanya.
"Iya papa percaya. Papa selalu percaya sama kamu. Fanny gadis yang baik bukan? Tidak mungkin anak papa ini suka bolos bukan?." Ucap Arya dengan mengusap puncak kepala Fanny dengan lembut.
"Yaudah, Fanny makan dulu ya."
Fanny mengangguk, ia lalu mengambil nampan yang berisi makanan dan minuman yang di bawa ayahnya.
Arya pun tersenyum dan mengusap puncak kepala Fanny. Betapa ia sangat menyayangi putrinya ini."Pah..."
Arya menoleh menatap Fanny.
"Papa adalah papa yang paling baik di dunia ini Fanny sangat beruntung memiliki orang tua seperti papa. Fanny minta maaf ya kalau Fanny punya salah sama papa. Fanny sayang sama papa."
Arya tersenyum, ia lalu memeluk Putrinya dengan lembut.
"Papa juga sayang sama Fanny.""Yaudah makanannya dihabisin ya, papa mau keluar dulu." Ujar Arya. Fanny mengangguk menurut dan melahap makanannya.
🕊️🕊️🕊️
Pagi ini, di meja makan.
Fanny duduk di samping Fano.
Ia hanya diam dan memperhatikan kedua kakaknya yang bercerita banyak tentang apa yang baru mereka alami kepada Ghina dan Arya.
Fanny melirik ke arah samping dimana Fano duduk .
Kembarannya ini memang selalu dingin, ia bahkan tak mengangkat suaranya sedikitpun dan fokus dengan makanannya.Pemandangan ini sudah tak asing bagi Fanny. Dulu Fanny pernah berusaha untuk selalu mengajak mamanya bicara saat dimeja makan. Tapi hanya jawaban dingin dan ketus yang Fanny dapatkan.
Dan Ayahlah yang selalu menjawab apa yang Fanny tanyakan kepada mama.Ingin rasanya ia seperti kak Juna, dan kak Jenny yang selalu mendapat kasih sayang lebih dari mama.
Dan walaupun Fano selalu diam, mama bahkan selalu mengajak Fano bicara.
Ingin, Fanny ingin yang seperti itu. Tapi, sepertinya itu hanyalah imajinasi Fanny belaka.