Myra Ailana 1

2 0 0
                                    

Dua hari ini Myra telah memulihkan badannya, tidak ada wajah bengkak karena minum alkohol, tidak ada tubuh yang terhuyung-huyung karena dehidrasi. Tubuhnya kembali semula dengan kulit yang cerah dan sehat, wajah yang  berseri, rambut yang tak kusut. Ia telah kembali menjadi Myra yang cantik, tidak ada Myra yang buruk rupa.

Malam ini, ia datang ke kantor. Tempat di mana asal muasal ia mendapatkan uangnya. Dengan dandanan cukup simpel, ia menggunakan celana jeans berwarna hitam dengan atasan kemeja lengan panjang berwarna abu-abu, rambut yang dikuncir kuda juga memakai kacamata hitam. Ia memasuki ruangan tempat bosnya berada.

Tok

Tok

Tok

"Masuklah!" terdengar suara bariton dari dalam ruangan.

Myra membuka pintu dan masuk ke ruangannya. Ruangan bercat dinding putih yang tak luas mungkin hanya empat persegi, entahlah Myra tak pernah mengukurnya. Ruangan tersebut juga terdapat jendela persegi panjang dekat dengan meja kerja David. Juga terdapat satu set kursi sofa berwarna hitam. Ruangan David sangat monokrom, dengan interior biasa.

"Duduklah!" Perintah David dan disusulnya dengan membawa sebuah map biru di tangan kanannya.

Ternyata David tak sendirian di ruangan tersebut, terdapat dua orang laki-laki berumur dua puluh lima tahunan. Mungkin itu adalah anak buah David juga, Myra tak perduli itu. Myra pun duduk di sofa dan melepaskan kacamata lalu menaruhnya di atas meja.

"Misi kalian kali ini!" David menyerahkan map biru itu.

"Kali ini, misi ini cukup berat, jadi mengapa saya memanggil kalian bertiga. Saya ingin kalian menjadi tim di misi kali ini."

"Membunuh satu keluarga?" pekik Myra saat ia telah membolak-balik kertas yang di map tersebut.

"Hmm. Jadi mengapa, saya ingin kalian berada menjadi satu tim. klien kali ini mungkin mempunyai dendam yang sangat dalam." David mengakhiri kalimatnya dengan senyuman miring.

"Keluarga Javaid, mereka adalah keluarga yang cukup harmonis. Mereka memiliki beberapa bisnis legal maupun ilegal."

David menunjukkan foto pria yang berumur sekitar empat puluh lima. "Deo Javaid, kepala keluarga Javaid. Pemimpin perusahaan Æ company. Yah, kalian pasti tahu perusahaan apa itu."

Lagi, David menunjukkan foto wanita berumur yang lebih muda dari Deo Javaid. "Eris Kiyoto atau Eris Javaid, ia keturunan darah jepang dan L.A. Dan dia adalah prioritas kalian." Mereka bertiga mendengarkan dengan cermat apa yang dijelaskan oleh bosnya.

"Foto terakhir, Livalyn Javaid, anak tunggal keluarga Javaid, yang artinya ia adalah ahli waris keluarga Javaid." Foto dengan gadis perempuan di taman berumur sekitar tujuh belasan, memakai gaun putih menampilkan wajah ceria.

"Cantik." ujar salah seorang pria bernama Dito.

"Apakah kau akan menyisakan yang satu ini?" tanya Aga pada Dito. Myra hanya tertawa kecil melihat mereka berdua. Duo pembunuh bayaran yang tak terkendalikan, itulah sebutan mereka.

"Tidak. Kali ini kalian harus membunuh mereka bertiga. Kalian harus melihat mereka menghembuskan nafas terakhirnya." kata David dengan tegas.

"Livalyn Javaid, ia baru saja dioperasi, operasi pengangkatan tumor di hatinya. Jadi gadis ini adalah sasaran yang empuk."

"Gadis yang malang." seru Dito lirih.

"Yah, kematian tidak selalu datang pada orang lanjut usia. Tapi orang yang lanjut usia pasti akan mati." kata Aga dengan enteng.

"Katamu, misi ini cukup berat. Tapi, saya pikir misi ini cukup ringan dengan hanya membunuh tiga orang itu. Apakah ada tantangan untuk misi ini?" Myra angkat bicara.

David tersenyum tipis, "Aku suka ketelitian mu Myra. Tantangan kali ini adalah, klien ingin kalian membunuh mereka di rumah mereka."

"APA!" Dito berseru sangat keras. semua pasang mata langsung tertuju padanya. "I'm big sorry, Sir."

"Ya, kalian harus membunuhnya di kandangnya sendiri." David membalikkan kertas dan mengambil kertas paling belakang dari isi map tersebut. "Ini adalah denah rumah keluarga Javaid. Titik merah adalah letak cctv sedangkan titik biru adalah para bodyguard yang berpatroli. Mereka akan berkeliling setiap tiga puluh menit sekali. Kotak biru ini adalah ruangan kontrol cctv, dan tanda x ini adalah letak target kalian."

"Klien hanya memberikan informasi itu, setelah itu ia menyerahkan pada kalian." mereka bertiga menelan ludah, titik biru dan merah terletak hampir di seluruh penjuru rumahnya. Hampir tak ada celah untuk tidak ketahuan. Atau entah berapa nyawa akan mereka cabut agar tak ketahuan.

"70 juta."

"70 juta untuk bayaran misi ini, per
O Rang." David menegaskan kata terakhir dari kalimatnya.

Mereka tak mengira, bayaran semahal itu, untuk tiga orang nyawa per orang. Mungkin klien kali ini memang menginginkan keluarga dan keturunan Javaid tewas. Mereka tergiur akan jumlah bayaran yang ditawarkan.

"Klien menambahkan, fasilitas kalian adalah cctv jalanan akan diretas selama satu jam. Jadi gunakan waktu tersebut untuk masuk ke dalam lingkungan rumahnya begitu pun dengan pulangmu. Waktu tenggat kalian adalah akhir pekan. Jadi pikirkanlah rencana agar berhasil."


╔═.♛.════╗
07/05/22
╚═══════╝

BLACK CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang