Tentang Buku 2

2 0 0
                                    

"Komukmu kurang menggoda Moga!" geram Myra, pasalnya sudah lebih dari satu jam ia berlatih untuk menjadi pelacur tetap saja mukanya kaku.

"Sudahlah, kita istirahat dulu, dia pasti sudah lelah dengan ocehanmu."

Myra menghembuskan napas dengan keras. "Baiklah, kau istirahatlah."

Moga langsung mengambil air minum yang sudah disediakan oleh Myra. Aga mendekat ke Myra. "Dia dididik  bukan untuk menjadi pelacur, jadi bersabarlah." Aga mencoba menenangkan Myra.

Aga tahu bahwa Myra sedang panik, masa depan gadis ini tergantung misinya. Dan Aga tahu Myra tak ingin Moga menjadi yang selanjutnya.

Mereka berlatih di apartemen Myra, dengan Myra mengundang Aga untuk memerankan target Moga. Kenapa harus Aga? Karena Myra yakin Aga tak akan menikmati godaan yang diberikan Moga. Bukan karena Aga impoten, tetapi gadis itu masih jauh dari kata menggoda di mata Aga.

╔═.♛.════╗
Black Crown
╚═══════╝

09.00 PM

Aga.

|Keluarlah
|Aku tau kau belum tidur
|Aku ada di taman dekat apartemenmu

Ngapain|
Aku malas|

|Cepat, kedai es krim keburu closing

ck, oke|

Myra pun menyambar hoodie hijau emerald miliknya, keluar dari apartemen untuk menemui Aga.

"Kedai es krim di sini hanya ada di dekat pohon pinus, tapi dimana Aga." Myra bermonolog.

"Kau mencariku atau mencari es krim ini?" Aga muncul dari belakang Myra dengan dua es krim di tangannya.

Myra tersenyum dan menyerobot es krim di tangan Aga, es krim favorit Myra dengan rasa matcha. "Dua-duanya?" Myra menyuapi dirinya sendiri. "entahlah, kenapa kau  mau menemuiku sampai menyogokku?" Myra mengangkat es krimnya untuk ditunjukkan ke Aga.

Aga tersenyum, asal ada es krim dia selalu datang, seperti anak kecil pikirnya. Mereka berjalan menyusuri taman tersebut sambil berbincang.

"Saat kau melatih Moga kemarin dan saat tadi di kantor kau terlihat sangat tidak nyaman. Jika tentang hasil Moga nanti tolong jangan salahkan dirimu, karena itu yang dipilihnya. Atau kau mau cerita sesuatu?"

Myra tersenyum. "Kelihatan banget ya? haahh," Myra menghembuskan napas. "kalau ditanya tentang Moga, memang aku khawatir tentangnya, ini semua bukan pilihannya, bahkan mungkin tidak dalam opsi hidupnya. Dunia terlalu kejam untuknya."

Aga mengernyitkan dahinya. "Seperti diberi pilihan tetapi tidak bisa memilih, hanya sedikit perempuan yang berhasil dalam misi." Myra memakan es krimnya.

"Kalau dia punya keinginan untuk tidak menjadi budak sex, pasti dia akan berusaha untuk misi besok. Manusia selalu punya pilihan, hanya saja ia yang harus kuat untuk memilih pilihannya. Seperti kau."

"Begitu ya? Aku sering melihat seperti itu, jadi aku sudah biasa, tapi bagaimana dengan Moga?"

"Yakin saja pada Moga, dan beri dia semangat kepercayaan, jangan kau marahi terus, kau itu terlalu kaku untuknya, kau ingat kemarin dia hampir meneteskan air matanya."

Myra senyum, tertawa kecil teringat mimik wajah Moga kemarin. "Baik-baik, aku akan lebih lembut padanya, anak sekarang mentalnya lemah semua."

"Jangan samakan, kita beda zaman dengan mereka."

"Iya, baginda," ejek Myra.

"Ada yang lain?" Myra menatap Aga. "Kau ingin cerita yang lain, mukamu terlihat kau banyak sekali masalah."

Myra diam sejenak untuk berpikir. "Sebenarnya beberapa hari lalu ada yang datang menemuiku, lebih tepatnya aku temu janji dengannya."

Mereka memutuskan untuk duduk di salah satu bangku di taman. Aga mendengarkan Myra dengan hikmat.

"Aku tidak bisa memberi tahu identitasnya, dia mengatakan untuk aku tidak menerima misi selanjutnya."

Aga mengernyitkan dahinya. "Kau kenal orang ini?"

"Tidak begitu kenal, aku bingung harus bagaimana."

"Tetap ajari saja Moga dan yakinkan dia, masalah mu itu akan ku cari tau tujuannya."

"Terimakasih, dan selalu berhati-hatilah."

╔═.♛.════╗
Black Crown
╚═══════╝

12.00 PM
📍 Apartemen Myra

Myra melepas Hoodie-nya, meletakkannya di sandaran kursi rias. Melihat wajahnya yang terpantul di cermin, wajah cantik namun dengan pikiran yang rumit.

Myra menatap wajahnya, berandai-andai jika ia tidak bisa di titik ini, bagaimana dia sekarang.

Sampai netranya jatuh kepada kalung berliontin kristal dengan warna hitam, cantik namun seperti menyembunyikan misteri di dalamnya.

Kalung pemberian Livalyn Javaid, korbannya tempo hari lalu.

Mengambil kalung tersebut dan memakainya, terlihat cantik. Mereka seakan punya kesamaan, menggoda namun berbahaya.

"Tolong!"

"Tolong!"

Seseorang yang meminta tolong, dengan suara yang begitu kesakitan

Myra menoleh ke belakang, mencari tahu darimana sumber suara tersebut, tapi tidak mungkin ada orang di sini.

"Apakah kalungnya yang meminta tolong?"

Terlintas dibenaknya ucapan yang Livalyn katakan 'Perbaiki buku itu'.

Myra mengambil buku yang berada di laci nakas sebelah tempat tidurnya. Duduk dan membolak-balik buku tersebut. Sekilas buku tersebut tak ada yang rusak, lalu apa yang harus diperbaiki? Seingatnya buku ini juga berakhir dengan bahagia.

Lalu Myra membaca buku tersebut sampai dengan kalimat,

"Yang hitam akan menjadi putih
Hal buruk akan menjadi baik saat disertai ketulusan
Alam akan menjadi saksi dan berdoa kepada-Ku untuk perjuanganmu."

╔═.♛.════╗
11/05/2024
╚═══════╝

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BLACK CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang