D-Day 2

3 1 0
                                    

Myra berjalan mengendap-endap menuju kamar targetnya. Kamar Livalyn Javaid terletak di lantai dua sedangkan Tuan dan Nyonya Javaid berada pada lantai tiga.

Setiap sudutnya terdapat cctv, itu membuat pergerakan mereka terbatasi. Tetapi karena penjaga cctv telah dibunuh mereka tidak perlu terlalu was-was, karena kamera cctv sudah dimatikan oleh Aga.

'Haaah... untung saja cctv dimatikan, kalau tidak bisa gawat masa depanku.'

Myra bersyukur karena satu tim dengan orang yang cerdas. Selalu ada plan b jauh sebelum plan a gagal. Dengan sifat pelupa Myra, ia tak akan hafal dengan titik buta cctv, karena ini seperti labirin dengan jalan tikus.

Di belakang pintu kamar berwarna coklat gelap yang sederhana namun terlihat mewah ini target Myra.

Myra langsung membuka pintu tersebut dengan mudah, karena pintu itu tak terkunci. Entahlah, mungkin karena target Myra yang sedang sakit jadi pintunya tidak dikunci untuk jaga-jaga, tetapi siapa yang tau itu akan mempermudah seseorang untuk melancarkan rencana setannya.

Myra menutup pintu tersebut dan menguncinya, matanya menyusuri setiap sudut kamar tersebut. Kamar dengan cat dinding berwarna putih, dengan interior sederhana membuat kamar itu terlihat mewah. Juga terdapat jendela besar dengan tirai berwarna kelabu yang juga membuat kamar ini nampak elegan. Apakah ini efek orang kaya? Apapun yang dipakainya akan terlihat mewah meskipun sederhana.

Terdapat gadis cantik yang tidur dengan rambut hitam yang tergerai menyebar di atas bantal putih, kulit bersih sedikit pucat, Livalyn Javaid - targetnya.

Myra mengelilingi kamar tersebut. Dan sesampainya ia di jendela besar, ia membuka tirai kelabu. Cahaya bulan langsung masuk ke dalam kamar dan menyinari tepat di wajah Livalyn membuat ia semakin cantik.

"Gadis yang malang." Myra menatapnya dengan rasa kasihan. Myra seperti melihat dirinya waktu kecil.

Hanya masa lalu Myra!

Myra berdiri di dekat gadis itu, terdapat segelas air putih di atas nakas sebelah tempat tidurnya.

Membuka sebuah bungkusan kecil, dan menuangkan isinya ke dalam gelas tersebut. Mengaduk cairan bening dari bungkus tersebut dan air pada gelas dengan menggunakan bungkus tersebut. Lalu Myra memasukkan bungkusan tersebut di kantong celananya, tentu saja untuk mengurangi bukti.

02.55 PM
Gadis itu bangun dari tidur nyenyaknya, ia terganggu dengan sinar bulan dan siluet Myra.

Myra menatap gadis tersebut dengan tatapan dingin. Matanya terbelak saat melihat orang asing di kamarnya. "Si-siapa Anda?" Gadis yang sopan pikir Myra.

Livalyn langsung terduduk di tempat tidurnya. Myra mendekati gadis tersebut dengan tenang, tentu saja Livalyn ketakutan, ia memundurkan badannya dengan perlahan dengan wajah yang pucat pasi.

"Tak apa, aku tak akan menyakitimu." Myra duduk di tepi kasur. Myra mengambil gelas yang berada di atas nakas dan memberikannya kepada Livalyn. "Minumlah!" perintah Myra.

Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Ti-tidak..., saya tidak mau," tolaknya.

"Minumlah, supaya kau sedikit tenang." Myra memberikan tatapan yang dingin dan mendominasi. Akhirnya Livalyn menerima gelas dari Myra.

Myra kembali menatap Livalyn dengan tajam, seakan menyuruh Livalyn segera meminumnya. Dia sudah sangat membuang waktu di sini, ia harus segera pergi.

Livalyn yang ketakutan tanpa berpikir panjang ia meminumnya, tanpa tahu terdapat apa saja kandungan yang ada di dalam air tersebut.

"Habiskan!"

Livalyn menuruti perintah Myra. Dan tanpa disadari Livalyn, Myra tahu kalau tangan yang satunya sedang bergerak seakan mencari sesuatu.

BLACK CROWNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang