11. Janji

13.6K 1K 7
                                    

Prince menghentikan motornya di depan gerbang rumah Elizabeth yang menjulang tinggi. Laki-laki itu melepas helmnya dan mengalihkan tatapan ke arah Elizabeth.

“Makasih,” ucap Elizabeth dengan lirih.

“Lo masih marah? Gue minta maaf,” kata Prince dengan menatap dalam ke arah Elizabeth.

Elizabeth berusaha tak bertatapan dengan Prince. Sebab itu tak bagus untuk kesehatan jantungnya.

“Aku gak marah sama kamu.”

“Bohong.”

“Serius Prince, aku hanya kesal.”

Prince menghela nafas panjang. Ia mengusap puncak kepala Elizabeth dengan lembut.

“Kesalnya jangan lama-lama. Gue pulang dulu,” pamitnya yang langsung diangguki oleh Elizabeth.

Sepeninggal Prince, Elizabeth langsung berlari masuk ke dalam rumahnya. Jantungnya masih berdetak kencang saat berada di dekat Prince. Apalagi melakukan kontak fisik dengan Prince.

Kedatangan Elizabeth disambut oleh Muthia yang sedang bersantai di ruang keluarga. Wanita paruh baya itu menyuruh Elizabeth untuk duduk di sampingnya.

“Bagaimana dengan sekolahmu?”

“Baik, tidak ada masalah apapun,” jawab Elizabeth dengan senyum kecil yang terpatri di bibirnya.

“Mama mau tanya, bagaimana Bara jika di sekolah?”

Elizabeth terdiam saat melihat tatapan Mamanya yang berubah sendu. “ Kak Bara bukan murid berandalan. Kak Bara selalu menjaga nama baiknya di sekolahan, bukan seperti Elizabeth yang sudah mendapat predikat buruk.”

“Mama sedih karena merasa jauh dengan Bara, padahal Bara adalah anak kandung Mama sendiri.”

Elizabeth mendekap Mamanya dengan erat. “Elizabeth janji, Elizabeth akan buat Kak Bara kembali seperti Kak Bara yang dulu.”

“Mama juga akan berusaha mendekatkan diri dengan Bara. Membuat Bara kembali seperti Baranya Mama yang dulu.”

Tanpa keduanya sadari, percakapannya didengar oleh Bara yang ingin keluar rumah. Bara terdiam dengan perasaan campur aduk.

[Prince Nathaniel]

Prince sampai di rumahnya dengan selamat. Ia langsung memasukkan motornya ke garasi dan masuk ke dalam rumahnya. Kedatangan Prince disambut oleh Bundanya. Sedangkan Ayahnya, ia yakin pasti masih bekerja.

“Prince mau makan dulu atau mandi?” tanya Elika penuh perhatian.

“Prince mandi dulu, Bunda.”

“Kalau begitu Bunda siapkan makanan ya.”

“Iya.”

Prince berlalu dari hadapan Bundanya menuju kamar. Sesampainya di kamar, ia langsung meletakkan tas ke sembarang arah.

Membuka seragam yang melekat di tubuhnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk mandi.

Tak butuh waktu lama, Prince keluar dari kamar mandi dengan tampilan yang lebih segar dari sebelumnya. Pakaian santai sudah melekat di tubuh atletisnya.

Prince membuka handphonenya sebelum turun ke ruang makan. Ia berdecak saat tak ada satupun pesan dari Elizabeth yang sejak tadi ia tunggu. Biasanya, Elizabeth akan mengirimkan beberapa pesan entah menanyakan sudah sampai di rumah atau belum, mengingatkan untuk tidak lupa makan, dan masih banyak lagi. Namun kini, tak ada satupun pesan dari Elizabeth.

Prince NathanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang