Blackmailer, Sang Pengungkap, Sekaligus Penghancur Masa Lalu.

0 0 0
                                    


***


“Corazon, pemuda yang bahkan membuang nama belakangnya, hidup sebatang kara, karena keluarganya habis dibantai tanpa alasan yang jelas oleh kelompok kecil bernama Blackmailer. Sungguh malang, hanya ia yang tersisa dari pembantaian itu. Cukup mengesankan, ia juga menjadi pembunuh akibat membalaskan dendam. Hanya sebatas itu balas dendam yang dapat dilakukan untuk keluarga tercintanya.”

Corazon terduduk mendengarkan. Ia mengusap wajahnya yang sudah basah akibat lelehan air mata, menangis dalam diam. Tangannya mengepal.
Hikari yang menyaksikan itu menatap Corazon pilu, sekaligus berseru marah kepada Nether. “Kak Nether! Ini bukan saatnya—“

“Tenang, Hikari, giliranmu sesudah Acid.”
Hikari bungkam.

Nether melanjutkan, tak peduli perasaan dan suasana hati Corazon sekarang. Menurutnya, sudah saatnya Corazon mengetahui yang sebenarnya.

“Bertahun-tahun, menghabiskan waktunya hanya untuk berlatih, belajar, bersama sahabatnya, Acid. Tak ingin mengingat lagi masa lalu, berusaha melupakannya. Tak tahu kemana waktu membawa hidupnya pergi, hingga takdir mengatakan ia harus mampir kemari. Corazon, pemuda yang kehilangan jati diri.”

Suara Corazon mulai serak, “Sudah… Nether—"

“Ibunya dilecehkan di depan matanya sendiri. Ayahnya mati mengenaskan, terpenggal. Kakak dan adiknya ditembaki hingga tewas. Para bedebah itu tertawa terpingkal-pingkal, diatas penderitaannya, sebelum akhirnya dibantai balik, instant karma, pembalasan dendam. Dengan hasil latihan keras tak berperasaan dari ayahnya, kepala kelompok itu tergorok satu-persatu.”

Corazon meremas rambut. “Mamá…” Lirihnya.

“Bertahun-tahun mencari petunjuk, ingin membalaskan dendam lebih. Lantas mengetahui organisasi Blackmailer, yang memang suka membantai orang-orang yang dianggap ancaman bagi mereka. Termasuk ayahmu, yang dulunya merupakan pembunuh bayaran peringkat satu. Tak tanggung tanggung, saat dia sudah tua renta, kelompok itu menghabisi semua keluarga, sebelum akhirnya mereka terhabisi juga oleh anak pembunuh bayaran tersebut.”

Napas Acid menderu menyaksikan itu. “Zon…”
Hikari?  Ia berlari cepat, membawa pedang Corazon yang lepas dari tangan pemiliknya. Berniat ingin melepaskan Acid.

Nether, melihat itu, berseru, “Ken, atasi dia!”
Secepat kilat, seseorang keluar dari sisi gelap ruangan. Menendang Hikari dengan keras hingga terpental ke tembok. Hikari mengaduh kesakitan.

“A-akh…”

Corazon melotot melihatnya, “Apa yang lo lakuin, Nether?” Ia mulai berdiri, menyeka air matanya.

“Maaf, Zon. Gue memang harus menggunakan kalian kali ini. Cara ini memang kasar, tapi ini satu-satunya cara untuk mengalahkan—“

“JELASKAN PADA KAMI, NETHER! LO MAU GUNAKAN KAMI UNTUK APA?” Acid berseru marah. Bilah pisau khasnya kembali ke tangan pemiliknya, seola-olah minta digunakan sekarang. Acid melepas ikatan tangannya dengan pisau itu.

Nether menghela napas, “Baiklah, sekarang giliran lo, Acid.”

Acid mendengus kesal, masa lalunya juga? Sial


***


“Acid. Sahabat Corazon, dengan keluarga dan masa lalu yang terlihat harmonis.” Nether menunduk takzim. Corazon bungkam. Acid mendengus marah.

“Keluarganya yang terlihat harmonis, sebenarnya bukan keluarga aslinya. Ditelantarkan saat usia empat tahun oleh ayah kandungnya, karena kedua orang tua kandungnya bercerai dan tak ada yang mau merawatnya. Ia dipungut oleh keluarga pejabat. Awalnya memang ia dibesarkan dengan kasih sayang, namun ujung-ujungnya nasibnya tetap sama seperti sahabatnya. Dituntut menjadi kuat, dilatih dengan keras sejak usia tujuh tahun. Beruntung, masih ada kasih sayang baginya dari keluarga itu. Usianya yang kedelapan, akhirnya ia mengetahui segalanya.”

“Usianya sebelas tahun saat bergabung dengan Corazon, belajar di tempat Sir Aaron. Berlatih insting bertarung, mengerjakan misi, bersama-sama. Sampai ia mendapat misi paling berat seumur hidupnya, membunuh ayah dan ibu angkatnya, yang memberikannya kasih sayang dan perhatian. Stress dan bimbang, itu yang ia rasakan kala itu. Usianya baru lima belas tahun, diharuskan membunuh kedua orang, yang ia anggap berharga.”

Corazon menatap Acid, yang menggenggam kuat bilahan pisaunya, geram. “Itu masa lalu, Nether.” Acid berkata, merespons penjelasan Nether.

“Maaf, gue cuma mengungkap kebenarannya. Lo ga pernah tahu kenapa lo harus membunuh kedua orang tua itu, ‘kan?"

Acid menggeleng. Sejak dulu memang ia tak tahu apa-apa mengenai orang tua angkatnya, hanya nama lengkapnya yang ia ketahui.

“Orang tuamu pejabat, yang di benci suatu oknum. Lantas oknum itu menyebarkan fitnah terhadap orang tuamu. Semua orang terpengaruh. Sekelompok orang yang juga memercayai fitnah itu mendatangi Sir Aaron, meminta agar kedua orang itu dimusnahkan. Sir Aaron awalnya ragu, karena ia yakin, itu hanya rumor belaka, orang tua mu dikenal baik. Namun karena desakan dan ancaman, ia terpaksa mengirim orang untuk melakukannya, termasuk lo.”

Acid tersentak, menggigit bibir.

“Jadi itu alasannya… Cid—“ Corazon sudah bersiap, menunggu arahan dari Acid untuk melumpuhkan Nether.

“Zon, sudah, jangan serang dia. Dia benar.”

Corazon melotot, berdecih pelan.

Antara Kenangan dan Kenyataan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang