Wedding day

734 88 3
                                    

Semua layaknya mimpi, seminggu yang lalu Haechan baru saja mengangguk dengan terpaksa menyetujui pernikahan. Dan pagi ini Haechan sudah duduk di ruang mempelai wanita dengan gaun putih Indah yang membalut tubuh Haechan,

Memasang senyum manis ketika beberapa keluarganya, keluarga Renjun, atau rekan kerja ayahnya masuk untuk berfoto dengannya. Ya hanya mereka,

Bukannya Haechan tidak punya teman atau kenalan, lebih tepatnya Haechan ingin merahasiakan pernikahannya dengan Renjun. Banyak pemikiran reaksi buruk jika orang mengetahuinya menikah dengan hanya persiapan satu mingguan. Haechan bergidik ngeri, pokoknya Haechan tidak mau hal itu terjadi.

"Haechan? Ayo musiknya sudah di mainkan." Papa mengulurkan telapak tangannya, Haechan mendongak tersenyum manis ketika menemukan kedua mata papanya yang masih terlihat memerah.

"Jangan bilang tadi papa menangis lagi," Johnny sontak mengalihkan pandangannya keatas, air matanya hampir kembali mengalir. Haechan terkekeh, berdiri memeluk Papanya.

"Pa, Haechan cuma ke altar. Bukan mau Papa kirim ke medan perang." Haechan menepuk-nepuk punggung Papanya,

Pecah, isakan Johnny membuat Haechan tersenyum.

"Haechan, jika kau tidak menginginkannya. Papa bisa membawamu kabur, masalah perusahaan. Papa bisa cari jalannya sendiri." Haechan terdiam, sedikit tergoda dengan tawaran Papanya.

"Papa bisa pinjam dari teman-teman Papa," Dan membuat Papanya semakin banyak fikiran? Haechan menggeleng,

"Pa, Papa pernah bilang sama Haechan. Nenek sama Kakek mereka menikah karena perjodohan, bukan cinta. Tapi bahkan sampai Nenek dan kakek meninggal, mereka baik-baik saja. Jadi Haechan fikir, selama menikah orang baik. Tidak masalah," bukannya berhenti, Johnny malah menangis semakin tersendu-sendu.

"HAECHAN!" teriak Hendery menggelegar dari luar ruang pengantin wanita, diikuti suara nyaring pintu yang terbanting membentur tembok dengan keras.

Hendery muncul dengan wajah kalap dan nafas memburu, namun langsung menghela nafas lega ketika menemukan sosok yang dia kira kabur masih berdiri di depannya.

"Aku kira terjadi hal buruk," siapa yang tidak berfikir aneh-aneh jika adiknya itu tidak juga muncul, padahal lagu pengiring sudah diputar selesai namun Haechan belum juga muncul di balik pintu. Membuat ruangan yang sakral itu menjadi penuh gumaman orang-orang bertanya kenapa pengantin wanitanya tidak muncul-muncul.

Dan yang paling terburuk, Hendery tidak mau membayangkan hal buruk lainnya yang mengikuti jika saja Haechan benar-benar kabur meninggalkan pernikahannya.

"Kenapa Papa malah menangis?" Haechan menggedikkan bahunya,

"Kak, seperti Papa tidak bisa membawaku ke altar." Seolah faham, Hendry mendekati adiknya. Mengambil telapak tangan Haechan,

"Kakak tidak keberatan mengantarmu," tanpa menunggu jawaban dari Papanya, Hendery langsung menuntun adiknya keluar dari ruangan,

"Chan, kakak minta maaf. Kau benar-benar tidak apa-apa? Masih ada waktu." Haechan menoleh, menemukan kakaknya yang menatap lurus ke depan, tidak mau menatapnya.

"Kalian semua menyebalkan, Papa masuk tadi aku hampir saja kabur, sekarang kakak juga mau membuat niatku yang sebelumnya sudah ingin masuk ke altar kembali menghilang." Hendery menoleh, menatap Haechan dengan wajah terkejut.

Tanpa menolehpun Haechan tau, genggaman tegang tangan Hendery menyalurkan semuanya.
Haechan menatap lurus pintu di depannya,

"Kak, aku tau kalian khawatir. Tapi aku juga sangat tau tidak ada solusi yang lebih mudah selain pernikahan ini. Jadi Kak, jangan katakan apapun. Aku mohon, aku tidak ingin kabur dan kemungkinan besar akan membuat banyak orang menyesal."

Hendery menunduk, rasa bersalah semakin menggerogoti hatinya.

"Jadi Kak, tegakkan kepalamu. Walaupun aku tidak merasakan kesakralan pernikahan ini, setidaknya aku tidak mau Kakak pendampingku ke altar memasang wajah buruk." Haechan meremat tangan Hendery,

Hendery menoleh, melihat senyum manis Haechan. Hendery ikut tersenyum, menegakkan kepalanya.

"Baiklah, ini tetap pernikahanmu." Hendery membuka pintu utama yang masih tertutup,

Suara pintu terbuka membuat semua orang menoleh,

Secara otomatis wajah tegang mereka merileks mengetahui hal buruk yang ada di otak setiap orang tidak terjadi melihat Hendery membuka pintu dengan wajah tenangnya,

Pengiring musik mulai memainkan alat musik mereka masing-masing,

Pengantin wanita masuk,

Tidak ada yang tidak terpana dengan pengantin dari keluarga Seo itu,

Sebelumnya Haechan sudah terkenal akan kecantikannya di kalangan para kolega bisnis Papanya, namun Hechan dengan balutan gaun pengantin benar-benar cantik luar biasa.

Semua pandangan tertuju pada Haechan, Haechan tersenyum.

Namun senyumnya luntur ketika matanya bertemu pandang dengan manik hitam jelaga milik Renjun,

Tidak ada perubahan, wajah itu tetap datar layaknya biasanya.

Dan Haechan merasa kesal,

Semua orang bahkan menatapnya kagum, tapi Renjun?

Namun sebisa mungkin Haechan tetap memasang senyum manisnya,

Ketika hendak meraih tangan Hendery, sebuah tangan menampik tangan Hendery. Menyahut tangan Haechan,

"Anak Papa hanya menikah satu kali, dan jelas Papa tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu." Senyum Haechan semakin merekah menemukan Papanya yang muncul dengan wajah sembab dan memerah setelah menangis dengan nada merajuknya.

"Kembali ketempatmu Hen." Hendery mencibir, tapi tetap turun kebawah kembali duduk di kursi tamu.

"Ayo, Princess." Johnny tersenyum manis, mulai menuntun Haechan berjalan menuju panggung,

Semakin melangkah, semakin Haechan melihat Renjun dengan jelas.

Renjun masih dengan rambut anehnya, berwarna hitam dan putih.

Hanya saja dengan tatanan rambut formal mebuat Renjun terlihat semakin aneh bagi Haechan, di tambah jas putih yang membalut tubuh tegap milik Renjun.

"Renjun, Papa titip Haechan. Jaga dia baik-baik ya?" Johnny menyerahkan telapak tangan Haechan yang dia pegang pada Renjun,

Dan Renjun hanya mengangguk untuk mengiyakan permintaan Papanya, langsung menggenggam tangan Haechan menuntunnya ke altar.

Renjun bahkan tidak menatapnya!

Jantung Haechan bergemuruh, amarah membuat telinganya memerah.

Renjun sialan!

Haechan meremat telapak tangan Renjun yang masih menggenggamnya, menatap Renjun tajam.

Renjun seolah merasa tidak terganggu, pandangannya seolah hanya fokus mendengarkan ucapan pendeta di depannya.

Akan seperti apa pernikahannya nanti?

Haechan benar-benar tidak bisa membayangkannya,

Dari dulu, haechan selalu berkeinginan dalam hidup sekali ini hanya akan menikah sekali. Tapi apakah mungkin?

Apalagi sosok di sampinya ini benar-benar di luar ekspetasi Haechan sebagai sosok suami.

Akan bertahan berapa lama pernikahannya?

Apakah akan ada perjanjian kontrak seperti dalam film-film ? Oh! Tapi film dan novel romansa terjadi karena memang fiksi.

Haechan menggeleng, fikiran anehnya.

"Haechan apakah kau bersedia?" Haechan menoleh, menatap Renjun cukup lama.

"Haechan?" ulang pendeta karena Haechan tidak segera menjawab pertanyaannya,

Renjun menoleh, merasa aneh karena Haechan tidak segera menjawab. Pandangan mereka bertemu,

"Ya, saya bersedia." Jawaban Haechan membuat wajah tegang keluarga Seo kembali bernafas lega,






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Waterfall - RenHyuck (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang