"harusnya aku senang kamu pergi, tapi kenapa malah sakit yang aku dapatkan ?"

24 2 0
                                    

Seharusnya aku senang dia pergi, tapi kenapa ketika dia pergi aku malah merasa sakit ?.

Semuanya bermula dari hubungan yang memang sudah tidak pantas di pertahankan. Berawal dari dia yang terpergok olehku berjalan dengan seorang perempuan yang ia juluki "teman".

Awalnya aku memang percaya, sudah biasa bukan seorang presiden mahasiswa berteman dengan banyak orang termasuk dengan lawan jenis.

Namun selanjutnya fakta yang kutemui tidak dapat menjadi alasan aku harus memakluminya.

1. Pada hari di laksanakannya bukber di kampus. Aku sebagai seorang kekasih  tentunya sangat ingin berangkat bersama dengan pacarku. Namun ia bilang, ia tidak bisa menjemputku karena dia adalah ketua panitia penyelenggara bukber maka dia harus berangkat terlebih dahulu.

Aku bilang "aku mau berangkat bersamamu jam berapapun, Aku juga mau apabila harus membantu meringankan pekerjaanmu".

Dia bilang tidak bisa. maaf sekali, aku harus berangkat bersama (sebut saja "wanita itu" ) untuk belanja segala perlengkapan bukber.

Aku pun menerima semuanya, aku pikir " ah mungkin dia memang sibuk, aku harus mengerti".

Keputusan ketika aku menjadi pacar presiden mahasiswa maka aku harus menerima segala resiko termasuk waktu.

2. Ketika itu aku menyelenggarakan ulang tahunku yang ke 21 aku begitu senang malam itu, karena malam itu aku akan mengadakan pesta kecil kecilan. Aku sudah mengundang beberapa mahasiswa yang aku kenal, yang menurutku dekat denganku.

Pada malam itu aku sudah bersiap dengan gaun, lilin, kue yang ada di atas meja serta bangku dan dekorasi serba putih. Aku menunggu semua temanku datang hingga jam 8 malam hanya beberapa teman dekatku yang datang dan aku bingung kenapa pacarku belum ada di sini. Aku sudah menghubunginya berkali kali namun tak kunjung tiba.

Aku tak ingin mengecewakan temanku yang datang dan akhirnya pesta ku dimulai. Setelah acara potong kue temanku menunjukkan video yang berisi bahwa "wanita itu" juga berulang tahun ? Aku sedih teman teman dekatku yang ku undang lebih memilih pergi ke acara ulang tahun wanita itu. Dan aku pun bertanya tanya " apakah pacarku juga pergi ke sana? Lebih memilih dia di banding diriku ?" .

Akhirnya saat jam 23.00 pacarku menghubungiku, dia bilang "maaf aku gabisa kesana tiba tiba ada urusan penting" aku pun memakluminya kembali, hampir saja aku lupa bahwa ia Presma dan tak mungkin juga pacarku datang ke pesta wanita itu. Kalaupun sempat dia pasti akan datang ke pestaku.

3. Dan pada malam itu, malam terakhirku berhubungan dengan pacarku, aku melihat apa yang seharusnya tak kulihat. Aku melihat pacarku menarik wanita itu ke arah belakang kampus dan memperlihatkan adegan yang sangat menyakiti hatiku.

Aku sangat kecewa dengannya mulai malam itu, aku tak sama sekali berhubungan dengannya dan sejak saat itu dia pun tak menghubungiku lagi.

Hingga berbulan bulan aku mulai membuka hatiku kepada pria lain. Dan menganggap bahwa hubungan ku dengan dia memang sudah tidak bisa di pertahankan lagi.

Hingga pada malam hari ini, hatiku remuk, jantungku berdebar keras, kenyataan yang harus aku terima bahwa pacarku. Kekasihku menutup usia di karenakan penyakit yang sangat ganas yaitu meningitis.

Semuanya telah di jelaskan. wanita itu adalah sepupu dari kekasihku. Ciuman yang terjadi memang sudah di rekayasa agar saat dia pergi aku tidak sedih.

Bagaimana bisa aku tak sedih, waktu waktu yang seharusnya dia habiskan bersamaku malah habis di gerogoti rasa kecewaku kepadanya.

Hal yang seharusnya di lakukan pada saat itu adalah menemaninya, menyuapi ia makan, mengecup kening dan matanya ketika tidur, mengelus kepala yang ia rasa sangat menyakitkan, memeluknya ketika ia lelah, dan menyemangatinya

Aku tidak mengerti sama sekali. Rasa penyesalan ini mengapa harus ada sampai sekarang. Pikiranku terus mengulang kembali saat saat aku bersama dengannya.

Seharusnya pada saat itu aku memperingatinya untuk tidak terlalu keras pada dirinya sendiri, dia juga manusia bukan robot. Seharusnya pada saat itu aku meminta penjelasan padanya, seharusnya aku tidak terlalu membebaskannya hingga tak bertanya apapun lagi padanya.

Sekarang yang ada di pikiranku banyak kata seharusnya.

Aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan, aku sangat sedih, hingga aku tak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku tak bisa menerima pria manapun.

Aku sudah mencoba membuka hatiku namun tak bisa. Hatiku dan hatinya sudah terlanjur menjadi satu. Aku bingung bagaimana cara memisahkannya. Apabila di pisahkan maka harus di patahkan. Apabila patah maka susah di sembuhkan.

Ah... Rasanya aku ingin ikut dia. Aku harus bersama dia. Sampai saat ini dia masih pacarku, memori tentangnya masih terputar di otakku. Entah aku masih bisa melanjutkan hidupku ke esokan harinya atau tidak.

Malam sedih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang