"dengerin ibu dulu nak"

21 1 0
                                    

"kamu sudah ibu jodohkan". Bagai di tembakan seribu peluru aku bergetar, kakiku melemas badanku seperti di hantam beribu beton mendengar bahwa aku sudah di jodohkan. Tidak mengerti apa yang terjadi dan bingung harus melakukan apa.

Aku berlari menuju kamarku membanting pintu, dan mulai menggerakkan jari jariku yang bergetar tidak lupa air mata yang berderai melewati pipiku aku mulai Mengetik sebuah pesan kepada kekasihku.

Kami sudah berpacaran selama 2 tahun, selama ini aku memang tidak mengenalkan pacarku kepada ibu atau ayahku. Ketika ingin berpacaran aku di jemput di depan gang rumahku dan ibuku itu kurang up to date jadi tidak terlalu kenal sosmed.

Aku mengetikkan sebuah pesan "sayang, ayo bawa kabur aku dari rumahku. Aku telah di jodohkan, aku hanya ingin dirimu tak mau yang lain".

Setelah mengetikkan kata itu aku bergegas mengemasi barang barang tak mempedulikan suara ibuku yang memanggil ku untuk mendengarkannya. Jika kalian bertanya tanya kemana Ayahku. Ayahku sedang dinas keluar kota.

Aku keluar melewati jendela kamarku dengan membawa tas yang berada di gendonganku. Ketika itu aku menunggu kekasihku di halte bus yang sepi dengan tangis yang tak kunjung reda.

Sesak rasanya mendengar bahwa aku akan di jodohkan, sedangkan hatiku sudah terbiasa dengannya. Mungkin sudah di bilang bersatu.

Pacarku sampai di halte, ia membuka helmnya dan memelukku ketika itu. Nyaman dan tenang Yang aku dapatkan. Bagaimana aku bisa hidup dengan pria lain sedangkan hatiku hanya miliknya.

Lalu kami bergegas pergi dari halte itu ke tempat yang belum kami tentukan. Hingga entah kejadian apa yang aku lewatkan, aku dan kekasihku berada disini di sebuah taman dengan pemandangan yang sangat indah.

Perlahan aku melihat sekililing dimana aku melihat kekasihku yang sedang tidur di sampingku dengan posisi tangan kanannya memeluk kepala belakangku dan tergeletak di rerumputan. Apa kami tertidur atau bagaimana ? Aku bingung dan masih belum mengerti.

Aku mulai bangun, badanku rasanya sakit sekali. Dan saat aku membangunkan pacarku aku melihat kepala belakang pacarku yang penuh darah dan tangan yang berada di belakang kepalaku hanya tinggal tulangnya saja. Aku pun menangis dan melihat sekeliling yang memang sepi sekali, aku melihat darah yang bercecar dari aspal ke rerumputan.

Aku pun mulai menyadari bahwa sebenarnya aku mengalami kecelakaan hingga terserat sejauh 5 meter.

Kerongkongan ku rasanya kering, aku ingin sekali berteriak minta tolong namun suaraku tak bisa keluar. Hingga ada seorang ojol dan pemuda di belakangnya menghampiriku dan menanyai kondisiku. Aku tak kuasa menjawab, aku terus memikirkan kondisi kekasihku.

Aku di bawa kerumah sakit, dan menyedihkannya hidupku. Pacarku yang sangat aku cintai, yang melindungiku pada malam itu meninggal karena benturan keras di kepalanya yang menyebabkannya berada di kondisi mati otak.

Aku menyesali semuanya. Terlebih saat ibuku berkata denga berderai air mata "pacarmu itu yang di jodohkan denganmu, kenapa tak berbicara dulu kepada ibu. Kalaupun bukan pacarmu yang menjadi jodohmu. Kau harus bilang semuanya kepada ibu. Kenapa kau tak mendengarkan ibu. Ibu sebenarnya tahu bahwa kau dan dia sudah berpacaran sejak lama pertemuan kalian pun kami para orang tua atur hingga saling jatuh cinta."

Aku pun berterima histeris, seharusnya aku mendengarkan apa yang ibuku katakan dulu, seharusnya aku membicarakan hal ini dulu, seharusnya aku berpikir panjang kenapa jadi seperti ini.

"Ibu aku tak mau disini, aku mau dengan pacarku, kekasihku, dia yang melindungiku. Ibu aku mohon aku ingin bersama diaa"





Malam sedih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang