Seorang wanita muda berjalan begitu tergesa, nafasnya tidak beraturan, bahkan beliau belum sempat untuk mengganti baju lusuhnya. Ia teringat hari ini anaknya mulai masuk sekolah. Beliau lupa akan hal itu dan malah asyik bercengkrama dengan para petani.
Kakinya berhenti berlari ketika dia melihat sosok kecil nan manis itu berada di ambang pintu dengan membawa tas kecil seperti tote bag dari bahan kain tipis. Gadis mungil itu tersenyum dan beberapa kali melambaikan tangannya kepada sang ibu.
"Mama, ayo berangkat! Teman-teman ku dari tadi sudah pergi." serunya begitu riang sekaligus cemberut. Ibu nya segera menyusul, lalu mengusap lembut rambut anak semata wayangnya dan mengelap wajahnya yang kucel.
"Pensil, buku, penghapus sudah kamu bawa?" tanyanya memastikan.
Gadis itu mengangguk semangat. Namun ibunya masih kurang percaya dengan anggukan sang anak. Beliau memeriksa kembali dan ternyata benar, sudah ada semua dalam tas kecil yang ia jinjing.
Beliau menuntun anaknya sembari berkata. "Maaf ya, Elena, tadi ibu mampir dulu ke para petani. Kamu jadi telat sekarang."
Gadis itu sebut saja Elena menoleh ke arah ibunya. "Tidak apa-apa, Bu. Yang penting kan Elena berangkat ke sekolah sama ibu."
Kondisi keluarga Elena sekarang tidak stabil. Setelah ayahnya Elena meninggal dunia, ibunya lah yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga. Walaupun Elena merasa tidak enak hati kepada ibunya, setidaknya dia tidak merepotkan sang ibu dengan merengek minta ini itu.
Beruntungnya ayah Elena meninggalkan sepetak tanah, menjadikan sang ibu memperoleh ide untuk menanam sayuran lalu di jual di pasaran, serta bisa membayar pajak.
Di negeri yang keluarga Elena tinggali termasuk negeri yang makmur. Dengan Raja dan Ratu yang selalu berbaik hati pada rakyatnya dengan mengurangi perpajakan dan membuat anak-anak miskin bisa belajar dengan baik. Membuat keluarga Elena lebih bersyukur karena bisa tinggal di negeri ini.
Elena kini sudah sampai di sekolah kecilnya. Ibunya mengecup kening Elena dengan penuh kasih sayang. "Belajar yang rajin. Jangan nyusahin temen-temen kamu sama guru kamu. Ingat apa yang harus kamu lakukan?"
"Berteman dan Belajar!" jawab Elena dengan riang. Anak itu, selalu saja menampilkan senyuman dengan kedua lesung pipinya.
"Bagus. Kalau begitu ibu tinggal ya? Sepulang sekolah ibu akan segera ke sini."
Sebenarnya Elena tidak ingin di tinggalkan oleh ibunya ketika melihat orang tua teman-temannya menunggu di luar sekolah. Tapi ia tahu kalau ibunya akan berkebun dan bekerja untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Elena mengangguk dan mengatakan "Ya." lalu segera beranjak masuk ke kelas.
Elena tidak sabar melihat teman laki-lakinya, yang kebetulan bersekolah dan satu kelas dengannya.
Kelas begitu ramai sehingga Elena tidak bisa menemukan Deril. Elena sengaja berjinjit sembari berjalan memilih kursi namun nihil ia tidak menemukan Deril. Ia hanya melihat seseorang yang begitu aneh di matanya. Baru kali ini Elena bertemu sosok itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious
FantasyHal aneh datang di salah satu kerajaan yang terkenal akan ketentramannya. Seorang gadis kecil nan manis mengalami satu kejadian yang akan terus teringat sampai ia tua. Manusia dengan kepala sekelopak bunga.