Perlu kalian ketahui Elena selama ini menyembunyikan 'keunikan-nya' itu dari ibunya. Ia bohong ketika akan menceritakan apa yang terjadi pada hari itu. Elena hanya berdalih bahwa perutnya sakit. Elena kecil waktu itu terlalu takut untuk menceritakannya dan itu akan membuat khawatir ibunya.
Sekarang apa mungkin sudah waktunya? Elena sudah tidak sanggup dengan semua kejadian yang terus menimpanya. Tentang mencintai, tentang perubahan, dan tentang kematian. Ternyata bunga yang ada di kepala setiap orang yang ia cintai memiliki arti. Termasuk bunga higanbana yang ada di kepala Erland.
Sudah satu tahun semenjak Erland meninggalkan Elena. Gadis itu enggan membukakan hatinya walau banyak pria yang mengantri untuk melamarnya. Erland masih terus ada dihatinya, dan itu akan selalu dihatinya.
Elena sampai di depan kamar sang ibu. Ia terdiam menyiapkan hati untuk mengetuk pintu. Elena menghela nafas. Di ketuk nya pintu beberapa kali dan seruan sang ibu terdengar.
Elena membuka pintu dengan hati-hati. Ada sang ibu yang sedang merajut syal berwarna biru tua menyuruhnya segera masuk dan duduk di kasur.
"Ada apa, Elena? Tidak biasanya mengetuk pintu." ucap sang ibu menatap anggun sang anak.
Elena hanya tersenyum simpul. "Aku sudah dewasa, jadi aku harus bersikap sopan, Bu."
Ibu Elena tertawa. "Ho ho, apa ini? Gadis kecil ibu sudah dewasa katanya?"
Elena tetaplah gadis kecil di mata sang ibu. Percuma Elena berdebat selama beberapa jam pun. "Iya~ dan gadis kecil ibu ini ingin bercerita soal hidupnya."
"Woah, kedengarannya menarik. Apa kau ingin segera menikah, Elena?" goda sang ibu.
Elena melotot. "Tidak! Ini sesuatu yang jauh lebih penting dari pernikahan." Elena cemberut.
Ibunya tertawa. "Apa itu sayang?"
Elena termenung dan melihat lantai kamar. "Ini kejadiannya sudah sangat lama, mungkin saat aku berusia 8 tahun." jeda sejenak. Elena menatap ibunya yang terlihat menunggu Elena untuk melanjutkan ceritanya. "Apa ibu ingat saat aku pulang lebih awal karena menangis hebat?"
Ibu Elena tampak berpikir. "Oh, ibu ingat! Saat perutmu sakit bukan?"
Elena mengangguk. "Benar. Tapi, Elena berbohong soal itu. Elena tidak sakit perut tapi," Elena terdiam. Ibunya gemas sendiri dengan anaknya yang selalu menceritakan kejadian setengah-setengah.
"Tapi?"
"Ah ibu pasti tidak akan mempercayainya."
"Ceritakan dulu, baru ibu akan percaya atau tidak itu terserah nanti."
Elena menghela nafas. "Hari itu aku berniat mencari Deril di kelas, tapi aku tidak dapat menemukannya. Aku malah menemukan sosok yang mengerikan." Elena meringgis mengingatnya. "Karena aku dulu masih kecil aku menganggap itu monster. Kepalanya di tutupi dengan sekelopak bunga namun tubuhnya masih manusia utuh. Monster itu memanggil namaku, tetapi suaranya seperti Deril, dan ternyata itu memang Deril. Aku menangis aku kira Deril telah di kutuk makanya aku tidak ingin menemui Deril selama musim semi." Elena melirik sang ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surreptitious
FantasyHal aneh datang di salah satu kerajaan yang terkenal akan ketentramannya. Seorang gadis kecil nan manis mengalami satu kejadian yang akan terus teringat sampai ia tua. Manusia dengan kepala sekelopak bunga.