4

187 31 4
                                    

"Jika nanti saya meninggalkan mu, ku mohon tetap lah bersamaku. Walaupun kita beda alam tapi cinta kita selalu utuh"

Pagi hari

Raden bangun lebih awal dari biasanya, badan tegap nya masih duduk di atas kasur.

Ia melihat Rose masih tidur dengan posisi membelakangi Raden, Raden tak tega untuk membangun kan nya.

"Duh, piye iki aku gak bisa keluar dari sini. Apa tak coba dobrak aja ya? " Gumam raden

Setelah berfikir,Raden sepertinya tak punya pilihan lain. Dan pada akhirnya dia beranjak dari kasur dan mencoba mendobrak pintu berwarna coklat kayu itu.

Brakk! Brakk! Brakk! Brakk!

"Duh! tangan saya sakit, pintu nya ngeyel banget nggak mau di buka!!" Gerutu raden dengan nafas yang memburu, dia kesal sebab pintu itu tak mau terbuka juga meskipun sudah mendobrak sekuat tenaga, bahkan telapak tangan raden sampai memerah.

"Saya harus gimana biar kamu kebuka!!?"

"Ughh.. Ehh? Mas jaka udah bangun? Ngapain teriak - teriak depan pintu??"

"Eh? Rose, hehehe!" Raden membalik badan nya, melihat rose yang sudah duduk di ranjang sambil menatap raden dengan raut kebingungan

"I-itu.. tadi saya coba buka pintu nya pake kaki, tapi pintu nya nggak mau ke buka, saya jadi kesel jadi teriak. Saya ngebangunin kamu ya? Maaf" Ujar raden menjelaskan yang sebenarnya terjadi

"Duh..! Mas jaka gimana sih!? Namanya kaki ya buat jalan! bukan buat buka pintu, ya jelas nggak bisa lah! gimana sih pagi - pagi udah bikin erosi!!" Rose yang mendengar penjelasan raden pun memarahi raden karena tak tau maksud raden membuka menggunakan kaki.

"Ha? Saya bener kok, kamu aja yang nggak paham. Maksud saya pake kaki itu ya di dobrak, otak kamu pemikiran nya pendek ternyata ck! ck! ck!" Kata raden sambil menyilang kan tangan nya di depan dada, menatap rose dengan tatapan mengejek.

"Loh!? Kok gitu! Saya dulu di sekolah murid paling pinter loh, kesayangan guru lagi, piala saya di rumah banyak. Lihat deh rumah sebesar ini nggak ada piala nya sama sekali, tuh! lihat" Rose menunjuk meja yang di atas nya,ada figura foto masa kecil raden disana, menggenggam permen sambil menangis.

"Kata mba Hanum, itu foto pas mas jaka sekolah dasar. Mba Hanum bilang, mas jaka nangis karena nggak menang lomba, jadi piala nya di ganti pake permen HAHAHAHAHA!!!" Setelah bercerita, rose tertawa terbahak-bahak sambil melempar bantal ke segala arah. Raden yang melihat rose tertawa berlebihan itu hanya menatap dengan tatapan datar.

Tok! Tok! Tok!

"Mas!? ini bapak mas, tolong buka jendela nya" Suara bapak terdengar keras dari luar jendela, membuat atensi kedua anak adam dan hawa itu menatap ke arah jendela

Raden mendekat pada jendela, membuka kunci lalu mendorong kaca jendela.

"Bapak? Ngapain?" Tanya raden, kedua alis nya bertaut dengan ekspresi wajah penuh tanya

"Bapak bawa tukang, kamu sementara di kamar dulu nggak pa-pa kan??" Tanya bapak kepada raden

"Yahh! Bapak nggak dari tadi, kalo dari tadi kan raden nggak perlu ngorbanin kaki, bapak jahat!" Raden kembali kesal, kenapa bapak nggak bilang dari tadi aja? Ya karna bapak nggak tau raden:)

Love with Raden Mas [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang