Bab 1
Aku memejamkan matanya perlahan, sambil mengipas-ngipasi dirinya dengan tangan. Panas. Satu kata yang cocok untuk cuaca saat ini. Pagi ini benar-benar panas, lirihku.
Seluruh siswa berbaris di tengah-tengah lapangan untuk mengikuti upacara. Hal yang dibenci oleh mayoritas anak-anak. Ada beberapa yang serius. Namun ada juga yang asik bicara, maupun pindah-pindah tempat. Bahkan ada juga yang pingsan karena tak tahan.
Setengah jam kemudian, upacara telah selesai. Para siswa maupun siswi berlomba-lomba untuk masuk ke kelas. Menyalakan ac sebagai pendingin ruangan. Ya, lebih tepatnya sekolah ini termasuk sekolah kalangan keluarga kaya raya, penjabat dan lain-lain yang mempunyai uang yang banyak. Bukan uang juga, sekolah ini juga memiliki segudang prestasi yang gemilang. Maka dari itu tidak mudah untuk masuk ke sini.
Aku termasuk siswi beruntung. Hanya bermodal beasiswa.
Semua siswa dan siswi disini sangatlah hebat. Rata-rata kaya raya. Untung saja aku punya teman. Bahkan sahabat. Namanya Louiza. Anak yang cukup populer dengan kecantikannya. Ia mengikuti cheers. Banyak cowok yang meliriknya. Namun saat ini juga ia belum memutuskannya.
Kurebahkan kepalaku ke meja, memilih-milih posisi yang tepat untuk tidur. Ahh, setidaknya hanya sebentar saja. Aku pun tertidur. Terbawa mimpi yang sangat indah jika saja tak ada orang yang mengganggu. Kurasakan badanku tergoyang-goyang pelan. Ada yang menepuk-nepuk pundakku. Siapa sih?
Kubuka mataku lebar-lebar. Dia? Si anak cerdas juga kan? Hhh.. ada apa sih?
"Maaf mengganggu. Namun aku mau lewat. Aku mau duduk." katanya. Tenang sekali ia bicara. Eh apa katanya tadi? duduk disebelah? Nggak salah kan? Ia kembali menepuk pundakku lagi. "Hei! Awas! Aku mau duduk." aku berdiri, mempersilahkan dia duduk.
Sepertinya hari ini akan ada banyak hal yang terjadi.
***
Pelajaran tengah dimulai. Guru itu sibuk menjelaskan satu-satu. Padahal aku ada yang gak tau. Kecepatan! Satu kata terakhir dan selesai. Guru itu selesai menjelaskan dan menulis-nulis rumus di papan tulis. Lalu menatap setiap murid dengan wajah garang. Wah gawat ini! Jangan sampai tuh guru nyuruh aku buat kedepan. Please! please! jangan!!!!
"Lolita!" teriak guru. Aduh mampus aku! "Kerjakan soal dipapan tulis!"
Hah? Mampus deh! Kulirik sampingku, setidaknya ada clarence yang pintar itu. Eh dia malah pura2 ngerjakan dan asik sendiri? Wah gawat deh.
"Ayo cepat!!!" Kulangkahkan kakiku maju ke depan. Hhhh.. sudahlah. Ku ambil spidol, lalu ku tulis jawabannya.
5xyz£....... berbagai rumus dan angka ku masukkan. Aku menelan ludah sejenak. Lalu ku kerjakan lagi. Kurasa sudah cukup lama aku mengerjakan. Dan...
"Apa-apaan kamu? Itu salah! Tidak mengertikah kamu? Tadi kan sudah saya jelaskan?!!! Cepat! Berdiri disana!" suaranya garang. Mengerikan. Tatapan murid-murid menghina. Biarlah memang aku pantas. "Siapa yg bisa mengerjakan didepan?" Hening. Tak ada suara. "Saya pak!" Ia? hah? Dia kan clarence. Tadi aja dia nggak mau. Eh kok..
Kulihat ia menuliskan rumus2 dengan rapi. Selesai. Hah? Hanya hitungan detik sudah selesai? Hebat. Tak kusangka ia hebat.
Guru itu melihat ke arahnya. Ia mengangguk-angguk setuju. "Wah, hebat kamu nak! Padahal ini soal tersulit yang saya beri." hah! Gila pantas saja aku nggak bisa.
Ia kembali ke tempat duduknya. Tenang namun tegas dan dingin.
***
Aku memakan makananku dengan perlahan-lahan. Dengan mataku masih mengawasi tempat lainnya yang penuh dengan orang-orang populer. Aku hanya bisa menghela napas pendek. Mataku menerawang jauh. Kapan aku bisa seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime
Teen FictionLolitaㅡgadis tomboy yang kurang mampu yang bersekolah di Sekolah elite karena mendapat beasiswa. Ia mengalami banyak hal. Dari Pertemanan, Musuh, Nilai, Bakat, Hingga Cinta. Ia tak pernah merasakannya. Hingga ada sesosok pria yang masuk ke dalam hat...