Bab 2
"Woy lit, ini nih!" tanpa apa-apa aku terkejut. Hampir lepas aja nih jantung. Ia memberi selembar kertas lebih tepatnya brosur.
"Brosur apaan nih? Nggak biasa-biasanya kamu ceria gini," cengirku. Ia hanya tersenyum-senyum bahagia.
"Aku mau kuliah di Ausie."
"Hah? Ausie? Hebat ya kamu. Aku paling di sini."
"Lita, kamu kan termasuk pintar. Jadi kamu bisa kan ikut tes buat dapat beasiswa ke mana gitu?" tanyanya ceria.
Tes? Dimana? Kalau ke Harvard gimana ya? Aku bingung, "Tes kemana? Harvard bisa nggak? Aku mau ambil kedokteran di sana. Tapi kalau nggak, di UI atau di UGM aja deh."
Mukanya juga sama sepertiku. Menimbang-nimbang dan memilih keputusan apa yang penting.
"Ya ok! Aku setuju kok. Tapi kalau nggak lolos, sama-sama kayak aku aja. Di ausie. Yah berarti kamu ikut tes 2 kali. Dan di ausie juga ada dokter kok."
Aku mengangguk pasrah. Kalau memang ini keputusan yang tepat, apa boleh buat. Belajar mati-matian lah sekarang.
*
Pelajaran tengah berlangsung. Dengan malasnya, aku menatap dengan tatapan bosan. Hhh.. daripada ketiduran, lebih baik gambar manga saja. Aku menyobek kertas dengan perlahanㅡyang tentunya supaya tidak kedengaran oleh guru. Selesai. Aku mulai mengambil pensil dan menggoreskan dengan perlahan. Mungkin, ini gambaran terjelek. Entahlah, gambar anime cowok, sepertinya menyenangkan juga.
Aku sudah menggambar, sedikit-sedikit. Pelajaranpun tak ku hiraukan. Entah apa yang terjadi, mungkin angin lewat menerbangkan secarik kertas yang digumpalkan ke atas mejaku. Mataku tertarik pada kertas itu. Kubuka kertas itu, mungkin ada isinya. Dan benar ada isinya. Aku mulai membacanya.
'Hei, apa kamu tidak menghiraukan guru didepan?' -Clarence
Heh? Dia? Ngapain sih dia? Aku pun membalasnya.
'Ya.. memang kenapa? Salah? Lagi malas-malasnya jangan buat orang kesal!'
Kulemparkan kertas itu ke arahnya. Entah dia mau membalas atau tidak, aku tak peduli. Kertasnya kembali lagi kepadaku.
'Aku tidak menbuatmu marah. Namun, apa kau tak takut, jika guru itu menegurmu?'
'Biasa saja. Lah kamu sendiri? Kan kamu juga main lempar kertas gitu?'
'Kau tahu aku kan? Aku tak mungkin di marahi oleh guru :p'
'Emang iya? Mungkin aja kamu dimarahi oleh guru? Jangan-jangan kamu nyogok ya, supaya kamu nggak dimarahi guru?'
'Siapa bilang aku nyogok? Kan emang aku disayang guru so?'
'Sombong banget! Hahaha..'
Dan akupun mulai perangㅡlempar kertasㅡdengannya. Cukup lama juga, hingga ketika aku mau melempar kertas itu, aku tertangkap basah oleh...
"Lolita! Kamu tidak memperhatikan pelajaran ibu ya? Ayo jawab lolita!" geramnya. Aduh, aku kena!
"Ma-maaf bu! Saya," kataku terputus, "Saya tadi.. hanya,"
"Diam!" bentaknya. Muka Guru itu sangat merah. Ia berdecak pinggang dan menghampiri mejaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Oh Tuhan, amphunilah aku!
Ibu itu menjewer telingaku, keras, hingga kepalaku ikut terangkat. "Ibu kan sudah bilang, jangan macam-macam dengan pelajaran ibu! Tetapi kamu malah macam-macam."
"Ta-tapi bu, Cla-clarence juga,"
"Juga apa lolita? Dari tadi ia diam dan memperhatikan pelaran ibu," katanya sudah mulai mereda, namun tangannya masih menjewerku. "Kamu, Ibu hukum berdiri didepan sampai pelajaran selesai! Jika kamu melanggar, hukuman saya tambah! Mengerti?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'aime
Teen FictionLolitaㅡgadis tomboy yang kurang mampu yang bersekolah di Sekolah elite karena mendapat beasiswa. Ia mengalami banyak hal. Dari Pertemanan, Musuh, Nilai, Bakat, Hingga Cinta. Ia tak pernah merasakannya. Hingga ada sesosok pria yang masuk ke dalam hat...