Jam menunjukkan pukul setengah tujuh pagi ketika telepon rumah Maudy berdering. Dengan segera Kalva menuruni tangga dan mengangkat telepon dengan nafas yang masih tersengal-sengal.
"Halo selamat pagi, dengan Kalva disini." Sapa Kalva ramah kepada si penelepon.
"Selamat pagi. Maudynya ada? Ini Aldo."
"Oh Aldo. Maudynya masih tidur kayaknya. Ada apa? Mau titip pesen?"
"Gini aja deh bang—" Aldo memberitahu Kalva apa saja yang perlu disampaikan kepada Maudy. Setelah berbicara sekitar lima menit, akhirnya berakhirlah percakapan via telepon antara Aldo dan Kalva tersebut.
Berbeda dengan Kalva yang sudah berkeringat karena bermain basket dilapangan samping rumahnya, Maudy justru masih nyaman dengan selimut shocking pink-nya. Ia terlihat sangat tenang dalam tidurnya, seakan ia hidup tanpa beban. Tapi itu semua berbuah ketika bunyi pantulan bola basket menyeruak masuk ke telinga Maudy.
Ia memaksa kedua matanya untuk terbuka dan menyesuaikan dengan cahaya matahari yang berada dikamarnya. Dengan menyumpah serapahi si pemain basket ia turun dari kasurnya menuju pintu balkon kamarnya. "Siapa sih yang main basket jam segini? Nggak tau apa gue capek banget. Ganggu orang tidur. Awas kalo gue sampe tau orangnya gue lempar sandal gue nih." Umpatnya dalam hati.
"Heh, siapa sih yang main basket. Berisik tau. Lagi enak tidur nih, ganggu tau." Semprot Maudy sambil mengucek-ucek matanya, belum melihat siapa si pemain basket.
"Ekhem, tuan putri yang terhormat. Look at your clock. What time is it? Almost seven o'clock. Wake up princess." Sang pemain basket pun hanya membalas semprotan Maudy dengan ucapan halus yang sebenarnya sedikit menyindir.
"What? Almost seven? Masya Allah, siang banget gue bangunnya. Dan elo? Kak Kalva? jadi elo yang main basket? Ganggu tau nggak sih." Maudy melotot tak percaya mengetahui bahwa si pemain basket adalah kakaknya sendiri. Tak mau kalah dengan Maudy, Kalva pun juga kaget mengetahui kenyataan bahwa sekarang, lebih tepatnya tadi, Maudy menggunakan 'elo-gue' bukan 'aku-kamu' lagi seperti yang sudah lalu. Mungkin ini merupakan sedikit efek dari hampir delapan bulan pergaulannya di ISoI.
Setelah pulih dari kekagetannya, Kalva segera melempar basket kearah Maudy. Sambil meminta sang adik untuk masuk ke kamar mandi mengecek penampilannya, yang saat ini sungguh berantakan. Masih kesal dengan ulah sang kakak, Maudy pergi ke kamar mandi dengan bibir yang mengerucut kedepan.
Di meja makan sudah terlihat papa, mama dan kakaknya yang sudah berpakaian rapi. Diatas meja terdapat nasi merah dan sayur sup lengkap dengan gorengan ayam dan sambal bawang yang seakan-akan menarik Maudy untuk segera duduk dan menyantap semua masakan yang ada. Tanpa aba-aba ia langsung loncat dari anak tangga kedua dan lari menuju meja makan.
Mungkin keberuntungan belum berpihak kepada Maudy pagi ini, siapa sangka seorang Maudy Keiza Amanda jatuh tersungkur karena tersandung kehilangan keseimbangan setelah loncat dari anak tangga. Sontak hal tersebut membuat tawa Kalva meledak seketika. Bahkan sampai-sampai Kalva turun dari kursi makan karena perutnya yang sakit akibat tertawa. Sang ayah dan mamanya pun sempat tertawa sebentar dan akhirnya membantu Maudy untuk berdiri.
"Kok bisa jatuh itu kenapa?" tanya mamanya sambil menuntun Maudy untuk duduk di sofa ruang keluarga.
Belum sempat Maudy menjawab pertanyaan mamanya, Kalva sudah lebih dulu menyerobot dengan berkata "Pecicilan dia mah. Sok sokan loncat dari tangga. Gitu tuh akibatnya. Hahaha." Maudy hanya meringis kesakitan karena pergelangan kakinya terkilir dengan mengumpat dalam hati.
Sarapan pagi ini di keluarga Maudy diisi dengan penuh canda tawa. Mulai dari insiden jatuhnya Maudy, sampai pengalaman lucu sang ayah. Sebelum meninggalkan meja makan, Kalva menyampaikan kepada Maudy bahwa tadi pagi temannya, Aldo, menelepon mengajak Maudy pergi. Kalva berkata bahwa Aldo akan menjemput Maudy pukul setengah sepuluh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Rasa
Teen FictionBukan, ini bukan cerita tentang sepasang anak adam yang saling mencintai Bukan juga, ini bukanlah cerita tentang anak perempuan yang berprofesi sebagai secret admirer seseorang Percayalah padaku, ini lebih parah dari apa yang kalian duga. Ini lebih...