2. Aksi Manjat Gerbang Belakang

53 7 9
                                    

2. Aksi Manjat Gerbang Belakang

Pagi ini benar-benar sunyi. Tidak menyenangkan, tidak pula menyedihkan. Karena bagi Naviita, semua paginya sama saja. Tidak ada yang spesial atau bahkan membuatnya terkesan. Semuanya datar dan membosankan.

"Habis ini mau ada TRIMEL Cup, ya, Nav?"

Naviita menoleh pada Jasmin yang sedang makan bakso di sampingnya. "Mana aku tau. Bodo amat."

"Palingan kalo ada olimpiade Bahasa Inggris kamu bakal diciduk sama Miss Ighfi buat ikutan."

Kedua alis Naviita terangkat. Ia tak peduli dengan ucapan Jasmin. Ia lebih memilih mengamati riuhnya kantin yang dipenuhi oleh siswa-siswi SMA Melati 2. Memperebutkan antrean, makanan, minuman, tempat duduk, bahkan sendok bakso yang ternyata tinggal satu. Tidak berguna memang, tetapi menurutnya, lebih tidak berguna program tiap semester yang dibuat oleh siswa SMA Melati 1. TRIMEL Cup, event yang melibatkan SMA Melati 1, 2, dan 3. Berlomba-lomba untuk menjadi sekolah terbaik. Padahal menurut Naviita, lebih menyenangkan membolos dan berlomba-lomba mendapatkan poin di catatan BK.

"Naviita."

Atensi Naviita teralihkan pada seorang wanita muda yang kini sudah berdiri di depannya. Ia tersenyum dan ikut berdiri untuk menghormati wanita itu. "Miss Ighfi, ada apa?"

"Kebetulan TRIMEL Cup tahun ini ada olimpiade Bahasa Inggris. Kamu yang mewakili SMAMELDA, ya?"

Shit! Ucapan Jasmin menjadi kenyataan dan menurutnya ini bencana. Hal yang tidak ia inginkan benar-benar terjadi. Naviita hanya dapat tersenyum dan bergumam pelan. "Gimana, ya, Miss?"

"Mau, ya?"

"Iya. Tap—"

"Oke. Nanti pulang sekolah temui saya di ruang sumber. Kita bimbingan di sana, ya?" Miss Ighfi lantas menjauh seraya melambaikan tangan. "Thanks, Nav. Have a great day!"

Senyum Naviita berubah menjadi gerutuan saat Miss Ighfi keluar dari kantin. "Have a great day, ndas-mu!"

Jasmin lantas tertawa seraya mendorong mangkuk baksonya yang sudah kosong ke tengah meja. "Lagian kamu kenapa, sih, Nav, kok gak suka banget ke SMAMELSA?"

"Anak sana tuh songong, sok ambis. Giliran kalah playing victim. Bilang kalo lawannya curang." Naviita mendengus pelan. "Apa nanti aku bolos aja, ya?"

"Nav."

Naviita bergumam pelan.

"Habis ditampar lagi, ya?" tanya Jasmin pelan saat matanya tiba-tiba menangkap bekas merah di pipi kiri Naviita.

Naviita berdesis pelan dan menepis tangan Jasmin yang hendak menyentuh pipinya. "Duh, diemlah."

"Nav—"

"Bodo amat, Jas. Aku mau bolos aja nanti."

"Janganlah. Nanti kalo ditampar lagi sama ayah kamu gimana? Kamu nanti juga harus ada bimbingan, lho."

Sudut bibir Naviita tertarik. "Peduli apa sama bimbingan? Paling dicariin."

"Jangan gitu, Nav!" tolak Jasmin. "Nanti barengan sama aku bimbingannya. Aku ikut olimpiade yang sejarah."

"Ya udah. Kamu ikutan aja sendiri."

"Nav—"

"Oy, Nav!"

BK PRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang