01. Keisya

42 8 1
                                    

Kejadian masa lalu adalah sebuah pembelajaran, bukan sebuah tuntutan.
***


Pada malam yang petang, sosok gadis tengah berbaring di kasur sembari memainkan ponselnya. Cukup lelah seharian belajar di kampus. Namun, matanya melirik kala mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia membenarkan tempat duduk saat papanya masuk dan menghampiri.

"Kok, belum tidur? Papa nggak mau kamu telat ke kampus, Kei," ucap sang papa duduk di kursi belajar milik gadis itu.

Perempuan berambut panjang yang dikenal dengan nama Keisya itu mengembuskan napas. Bukan hanya sekali pria itu datang ke kamarnya, melainkan setiap malam mengingatkan gadis cantik itu untuk disiplin dalam hal apa pun. Namun, Keisya sedikit tidak suka karena tak ada waktu bersantai untuknya meski hanya semenit. Bagi papanya, waktu itu sangat berharga.

"Pa, sebentar aja." Keisya tampak mengerutkan alis membuatnya kembali berdiri untuk menghampiri sang putri.

"Kei, besok kamu ujian, kamu jangan--"

"Iya-iya, Keisya tidur," potong Keisya langsung menaruh ponsel dan menutup badannya hingga kepala dengan selimut. Ia membiarkan pria paruh baya itu yang bergeming.

Pria bernama Firman itu menggelengkan kepala, lalu mematikan lampu dan keluar dari kamar Keisya. Ia tak akan bosan mengingatkan Keisya agar tidak bermain-main dalam hidupnya. Kejadian yang sudah terjadi pada dirinya tidak akan ia biarkan terjadi pada anak gadis keduanya itu.

***

Meja makan pun telah siap dengan hidangan yang lengkap. Keisya baru saja turun dari tangga penghubung lantai satu dan dua. Ia langsung menuju ruang makan seperti sebelumnya, di sana sudah ada sang papa dan mama yang menunggunya. 

"Pagi, Pa, Ma," sapa Keisya mencium bergantian pipi keduanya yang langsung disambut demikian oleh mereka.

Keisya mengambil nasi dan lauk kesukaannya yang sudah dimasak oleh sang mama sendiri. Ia sedikit melirik kursi tempat kakaknya yang kosong, lalu melanjutkan menyuap nasi dengan pelan. Gadis cantik itu mengedikkan bahu, berusaha tidak peduli kakaknya entah ke mana.

"Kei, ingat pesan Papa, di kampus nggak boleh main-main, pulang langsung pulang," kata Firman sambil meminum segelas air.

"Iya, Pa." Keisya membalas dengan helaan napas, ia cukup bosan setiap hari papanya mengingatkan hal itu.

"Jangan main-main sama cowok--" 

"Iya, Papa. Keisya tahu, kok," potong Keisya karena sudah hafal dengan peringatan pria itu. Selera makannya seketika hilang saat itu juga, ia memilih beranjak dan berpamitan pada mereka untuk pergi ke kampus. Keisya tak ingin berlama-lama di sini atau papanya itu akan memperingatkan banyak hal.

"Papa seharusnya nggak gitu, Keisya udah tahu mana yang harus dia lakuin dan nggak," sanggah Dahlia--mama Keisya yang ikut jengah dan merasa kasihan pada putri keduanya yang terlalu dikekang.

Firman membenarkan jas. "Kan, waspada. Takut Keisya kayak aku dulu," balasnya.

Dahlia hanya berdeham, sepertinya jika dilanjutkan akan berakhir kesalahpahaman. Lebih baik perempuan itu diam saja daripada terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dengan suaminya. Ia juga sudah cukup kebal dengan sikap Firman yang memang keras kepala.

Di sisi lain, Keisya sudah di perjalanan dengan memakai mobil dan mengemudinya sendiri seperti biasa. Ia memakai headshet ketika ada panggilan masuk di ponsel, tertera nama sahabatnya di sana. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengangkat panggilan itu. Shafa--sahabat gadis itu memintanya untuk menjemput ke rumah. Keisya menyetujui hingga langsung membawa mobilnya ke rumah sahabatnya itu.

Keisya sudah tiba, ia berjalan menuju pintu utama dan mengetuknya. Pintu pun terbuka, menampilkan sosok gadis berhijab yang menyambutnya dengan senyuman. Keisya langsung memeluknya seperti biasa, sahabatnya itu menerima dan menggeleng tak habis pikir.

"Berangkat sama siapa?" tanya sosok laki-laki yang tiba-tiba datang di belakang Shafa.

Keduanya melerai pelukan. "Sama Keisya, Kak," jawab Shafa.

"Oke, bilang ke Kakak kalau kamu diganggu cowok itu lagi," kata Fadlan memperingati karena tidak ingin sang adik sakit perut karena ulah mereka. Shafa mengangguk, kemudian Fadlan melewati mereka dan berjalan menuju mobil untuk berangkat ke kampusnya. 

"Fa, Kakak kamu peduli banget," ucap Keisya merasa kagum.

"Hm, Kakak belakangan ini menjaga aku lebih dari sebelumnya sejak bertemu Kak Rafka," sahut Shafa dengan jujur.

"Ya udah, ayo jalan!" 

Mereka berangkat ke kampus seperti biasa, begitulah Keisya akan selalu ada untuk sahabatnya yang satu ini ketika terjadi apa-apa. Ia sangat menyayangi Shafa, mengingat usia persahabatannya sudah berjalan lama sejak masuk SMA. Ia juga sedikit kagum melihat perhatian Fadlan, sementara kakaknya sendiri tidak begitu memperhatikannya.

Bersambung ....

____________

Jangan lupa vote dan komen!!!

See you❤

Bondowoso, 11 Juni 2022

Aku, Kamu, dan Impian [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang