01

7 1 0
                                    

— 0o0 —

"Sampai kapan kau menginap disini?"

"Kau mengusirku?" Hyejin mendengus kesal.

Yerin, sang kakak meneguk tehnya santai. "Menurutmu?"

Hyejin kembali berguling-guling tak jelas di lantai. Mengabaikan atensi Yerin yang tengah sibuk mengomelinya. "Ck! Kembalilah ke rumah atau aku akan melaporkannya pada ibu." ancam yang lebih tua.

Bola mata Hyejin lantas membulat penuh. "Kak! Kau tega melakukan ini padaku?"

"Kasihanilah adikmu satu-satunya ini." Hyejin menghampiri Yerin dengan wajah memelas.

Yerin sendiri hanya memutar bola matanya malas, muak mendengar rengekan yang lebih muda. "Terserah. Pokoknya besok kau harus pulang!" ucapnya mutlak, tak bisa diganggu gugat.

Setelah berujar demikian, Yerin bangkit menuju kamar. Meninggalkan Hyejin yang duduk termenung memikirkan nasibnya kedepan. "Shena..."

"Pft—bwahahaha, jadi kau diusir oleh kakakmu?" tanya Shena seraya menghapus air matanya.

Hyejin mengangguk dengan wajah lesu. "Apa yang harus aku lakukan?..."

Shena yang pada dasarnya memiliki humor rendah kembali tertawa melihat wajah tak bersemangat Hyejin. "Mau bagaimana lagi."

"Kau terpaksa menjadi gelandangan." ujarnya dengan wajah tak berdosa.

Hyejin yang geram pun lantas memukul kepala Shena. Bibirnya menggerutu kesal melihat kelakukan gadis cantik di hadapannya ini.

"Hahahaha, aku bercanda kawan."

"Diamlah!" Hyejin memakan kue di hadapannya dengan beringas.

Ditengah kekesalannya itu, ponsel Shena tiba-tiba berdering heboh. Si pemilik langsung menerima panggilannya, yang Hyejin sendiri tak tahu dari siapa.

"Halo?"

"......."

"Oh! Benarkah?"

"......."

"Syukurlah kalau begitu!"

"......."

"Baiklah, terima kasih paman!"

Usai menutup panggilan singkat itu, Shena menatap Hyejin yang tengah dilanda kebingungan. "Kita berhasil!"

"Ha? Apanya?"

Shena tersenyum simpul. "Aku berhasil mencarikan tempat tinggal untukmu!"

"Aku pulang!" Hyejin berujar lantang, memasuki apartement seraya melompat-lompat kecil. Yerin yang tengah bersantai di ruang tengah mengerutkan dahinya heran.

"Ada apa denganmu?"

Hyejin tak menjawab apapun, ia hanya tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya sebelum menghilang di balik pintu kamar.

"Dasar gila." gumamnya.

Hyejin mengemasi barang-barangnya ke dalam koper dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya. Dalam hati ia mengucap syukur karena Shena berhasil mendatangkan solusi pada masalahnya.

Ah, ingatkan Hyejin untuk mentraktir gadis itu nanti.

Ditengah kegiatannya, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Tanpa menoleh pun Hyejin sudah tahu siapa pelakunya. "Kau berubah pikiran?" Yejin menginterupsi.

"Hm begitulah." jawab Hyejin sekenanya.

"Tadi Shena menghubungiku, katanya kau akan tinggal sendiri untuk sementara waktu."

Mr. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang