04

3 1 0
                                    

— 0o0 —

"Ngomong-ngomong, kapan kau akan memulainya?"

Dohyun berpikir sejenak. "Menurut penglihatanku, para hantu disini tidak memiliki energi jahat."

"Jadi kurasa tidak perlu melakukan pembersihan roh. Karena setiap tempat pasti memiliki penghuni, bukan?" jelasnya diakhiri senyuman.

Hyejin mengangguk paham. Sekarang, ia dapat bernapas lega. Dan semoga saja sosok yang ia lihat malam itu tidak memiliki niat buruk padanya. "Terima kasih atas bantuannya. Kini, aku merasa aman."

"Sama-sama!" ujar Dohyun ceria.

Shena yang sedari tadi menyimak pembicaraan, secara tiba-tiba merangkul bahu Hyejin dengan cengiran menyebalkan. "Nah, karena suasana hatimu telah membaik. Bukankah kau harus membelikan kami makanan?"

"Dohyun pasti lapar, kan?" mengerling jahil ke arah sepupunya yang kini membulatkan mata.

"Kak!"

Pandangannya beralih ke arah Hyejin dengan raut wajah tak enak. "Maaf kak, jangan hirau—"

"Tak apa." Hyejin menyunggingkan senyum. "Bangunlah. Aku akan mentraktir kalian di kedai seberang sana."

"Eh? Tidak per—" tubuhnya menegang kaku saat tangan lentik milik Hyejin mendarat tepat di atas kepala. Mengelus surai hitamnya dengan senyum yang masih terpampang. "Jangan menolak. Lagipula, aku juga lapar." si gadis berujar santai.

"Yeay! Aku mencintaimu, Hyejin!" ujar Shena sebelum berlari cepat menuju pintu.

Hyejin hanya bisa menggeleng pelan, memaklumi kelakuan gadis pecinta makanan itu. "Kau tidak ingin ikut?" tanyanya pada Dohyun.

"Ti—tidak! Aku ikut, hehe" ucapnya diakhiri kekehan canggung.

"Kalau begitu, ayo."

Hyejin melangkahkan tungkainya terlebih dahulu. Meninggalkan Dohyun, yang tengah sibuk menetralkan detak jantungnya.

"Debaran aneh apa ini?!" batinnya menjerit.

Sesosok pria nampak sibuk memperhatikan pemandangan di balik jendela. Tangannya terangkat perlahan, hendak menyentuh permukaan kaca yang berembun akibat hujan yang mengguyur. Samar-samar sekelebat memori datang menghampiri. Ingatan yang berhasil menorehkan luka besar selama periode hidupnya.

"Berakhirlah segera." cicitnya diakhiri desahan pelan.

Tak lama setelah itu, angin kencang berhembus dibalik punggung tegapnya. Disusul dengan suara yang amat dihapal. "Kau terlambat 2 menit."

Mendengus kesal, "Kau kira teleportasi tidak membutuhkan banyak tenaga?"

Sosok itu menoleh, menatap sang lawan bicara dengan wajah datarnya. "Berarti, sihirmu masih lemah."

Dowon tersenyum seraya menunjukkan jari tengahnya. "Sialan sekali kau, tuan muda."

"Jangan melibatkan masa lalu."

Memutar bola matanya malas, "Terserah kau, Jung." balas Dowon.

Terkekeh pelan sebelum netra tajam miliknya menangkap sosok lain di balik tubuh besar si pemuda Kim.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 30, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr. GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang