Why Don't We Go There // 1

6 3 2
                                    

Jakarta,2020

"Gue juga ngerasa kok kalo gue dulu orkay, tapi sampe sekarang ga sih gue tu orkay ?" Niall berbicara saat makan daging asap itu,

"Dalam mimpi mu cil" saut William yang memotong pembicaraan Niall

"Hah? coba ngomong sekali lagi Will?" Javv kebingungan dengan kata kata William.

"Apa?" William kebingungan.

"Astaga 2 detik yang lalu"

"Lah iya... Apa ?" kekeh Will

"Bukan... sebelum apa" kini Javv kebingungan.

"Dalam mimpimu cil?" Will ragu ragu menyampaikannya.

"Nah dalam mimpimu... kaya pernah denger yah... tapi kapan dimana..." Javv kebingungan dan kembali mengingat sesuatu.

Batavia, 1930 Lapangan Kuda.

Louis mengembalikan Kuda milik keluarga Styles itu, dan berlari menyusul putra tunggal Harry Styles yang di pojokan lapangan meneduh didekat pohon beringin yang sangat besar.

"Kau kepanasan yah?" tanya Louis saat dia baru saja sampai menyusul Harry.

"Kalau sudah tau kenapa tanya..." jawab Harry datar dan nada malas.

Louis memulai percakapan lagi saat beberapa detik hening "Saat aku mengatakan kau boleh mendakati adik kembarku... aku serius loh"

"Terimakasih atas beberapa detik keheningan ini Ya Tuhan... walaupun si anak sialan ini memulai percakapan kembali" Harry membatin seperti itu.

"Terimakasih Tuan Muda Louis tapi maaf saat ini saya tidak tertarik oleh siapapun"

"Kau juga tidak tertarik olehku?" tanya Louis menatap Harry yang membuat Harry salah tingkah.
"Kita bisa berteman..."
"Kau tidak mau berteman denganku ?"

"Saya tidak membutuhkan teman..."
"Saya ingin pulang, sebentar lagi kereta saya akan datang"
"Bagaimana cara anda pulang ?"

"Saya ikut kedalam kereta anda, kereta anda akan mengantarkan saya ke mansion saya" ucap Louis polos
"Tuan Styles yang menyuruh saya Harry..."

Harry pasrah, menghabiskan waktu 1 jam dengan Louis membuatnya naik darah, mereka bersenderan dibawah ringinnya pohon, saling hening. Hening ini adalah hening yang disukai Harry.

Kepala Louis mendekatkan kepada wajah Harry yang membuat mereka saling menatap "Harry... bolehkan aku menciummu ?"

Plakkk

Tamparan keras mendarat ke pipi Louis Tomlinson bagian kanan,
"Kau menamparkuu ?" Louis memegangi pipinya yang kemerahan dan bertanya bingung kepada Harry...
"Aku kan hanya bercanda... aku pikir kau bisa aku ajak bercanda"

"Kamu tidak lucu Louis Tomlinson !"
"Pulanglah dengan keretaku, aku akan menaiki kuda keluargaku sendiri !" Harry berdiri lalu pergi meninggalkan Louis sendirian kesakitan.

Louis berlari menghampiri Harry, berusaha berkata apapun sebisa Louis untuk berhenti.

"Kau belum bisa menaiki kuda Harry"
"Kembalilah tunggulah keretamu, aku akan pergi sekarang Harry tolong jangan marah" Louis berusaha menjelaskan selagi Harry berjalan cepat dan muka yang memerah.

Harry berhenti dan menampar putra tunggal Louis itu lagi "Kau tidak tahu sopan santun Tomlinson !"
"Jangan pernah temui aku lagi apalagi kakakku !"
"Aku tahu kau mengincar Gemma kan?!"
"Pulanglah aku tidak ingin melihatmu !"

Harry berlari menjauhi Tomlinson sendirian, dia benar benar naik darah semenjak kenal keluarga Tomlinson itu.

//
Batavia, 1930 Mansion Styles

Spaces - LARRY 1930Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang