Saat ini, adalah saat di mana seorang laki-laki yang memiliki tubuh tinggi ideal, dengan bahu lebar serta wajah yang rupawan terjun ke dunia kerja setelah melewati masa kuliah selama 4 tahun.
Tidak perlu memikirkan harus bekerja di mana dan jadi apa karena setelah melewati 8 semester selama kuliah, Sean Arionel sudah bekerja di bawah naungan Ayahnya dan menjadi pewaris satu-satunya dalam keluarga itu.
Tok tok
"Ya!" Saut Sean dari dalam kamar saat seseorang mengetuk pintu kamarnya.
"Tuan muda, Anda diperintahkan untuk menemui Tuan Herry di halaman belakang sebelum mulai bekerja," ucap seseorang yang membuka pintu kamar Sean setelah mendapat izin dari sang empunya.
Sean mengangguk sekilas tanpa melihat lawan bicaranya dengan tangan yang sibuk memasang dasi pada lehernya.
Seseorang yang tak lain adalah bawahan dari Ayahnya, memutuskan untuk kembali menutup pintu dan pergi meninggalkan kamar mewah dengan nuansa yang di dominasi warna hitam.
Selesai. Butuh waktu kurang lebih 5 menit bagi Sean untuk memasang dasi yang baginya sangat merepotkan.
Berdiri di depan jendela yang memantulkan bayangan dirinya untuk memastikan jika penampilannya sudah rapih.
Kaki panjangnya mulai melangkah keluar dari kamar untuk menemui sang Ayah sesuai perintah yang di sampaikan tadi.
"Ayah." Panggil Sean kepada pria paruh baya yang masih terlihat bugar tengah berdiri membelakanginya.
Pria yang di panggil Ayah itu menoleh. "Kau, sudah siap?"
Sean mengangguk menanggapinya. "Ya, bertahun-tahun menjalani pendidikan sudah cukup untuk saya mempelajari dan bersiap di dunia bisnis."
Herry Arionel, Ayah dari Sean mengangguk mendengar tutur anaknya.
"Bagus, lakukanlah pekerjaan-mu dengan baik dan jangan sampai merugikan perusahaanku," ujar Herry berjalan pergi dari sana. Sebelum itu, tangannya menepuk pundak Sean beberapa kali sambil melewatinya.
Sean hanya menanggapi dengan anggukan, membalikan tubuh dan ikut melangkah pergi dari sana.
Melewati perjalanan beberapa menit bersama Herry dalam 1 mobil yang sama, dikendarai oleh supir pribadi Ayahnya. Sean hanya diam mengotak atik tablet yang diberikan khusus untuk urusan pekerjaan agar Sean semakin paham dengan apa yang akan dilakukannya nanti.
Karena dirinya sudah terlahir pintar, jadi mudah baginya untuk memahami dan menghafal semua itu. Otak pintarnya ini tidak jauh beda dengan Herry, bahkan wajah mereka hampir mirip.
Mobil sport yang ditumpangi pun berhenti di depan gedung pencakar langit, Sean maupun Herry keluar dari mobil yang langsung disambut kedatangannya oleh para karyawan yang bekerja di sana.
Seperti dua orang dalam satu jiwa, Ayah dan anak itu melangkah bersama dengan ekspresi yang lurus saja dengan pandangan kedepan. Mereka menaiki lift untuk menuju ruangan yang akan ditempati oleh Sean.
Tanpa lama, mereka sampai di ruangan yang hanya ada 2 dalam 1 lantai. Tempatnya berdekatan dengan ruangan Herry dan tak kalah besar.
"Kau akan bekerja di ruangan ini, semua fasilitas yang kau butuhkan sudah ada di dalam," tutur Herry saat bawahannya membuka pintu ruangan yang akan dipakai Sean.
Sean berjalan masuk ke dalam, melihat-lihat ruangan luas yang dipenuhi dekorasi cukup mewah.
Herry yang melihat Sean masuk tak lama pergi dari sana bersama bawahannya meninggalkan Sean seorang diri di dalam ruangan agar dapat beradaptasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERHALANG DENDAM KELUARGA
Любовные романыCinta yang membuat terjalinnya suatu hubungan harus diakhiri setelah mengetahui suatu fakta yang menyakitkan. Sean, yang ingin menjalankan tugas dari ayahnya untuk membunuh mantan kekasihnya harus terhenti karena kehadiran sang buah hati. Sedangkan...