Liona masuk kedalam kediamannya setelah melihat mobil sport Sean pergi dari Sana. Saat kakinya menginjak lantai marmer dari mansion yang ia tempati selama bertahun-tahun, matanya menangkap sang ayah tengah berbicara dengan beberapa bawahannya di ruang tamu.
Chris yang menyadari kehadiran putrinya memutuskan pembicaraan itu dan menyuruh bawahnya untuk pergi dari sana, kakinya melangkah menghampiri Liona.
"Dari mana saja? Ayah merindukan-mu, sayang." Chris merentangkan tangannya untuk memeluk Liona.
Dengan senang hati Liona turut merentangkan tangan dan memeluk sang ayah dengan erat.
"Aku pergi bersama Sean, Ayah. Maaf tidak memberitahu-mu lebih dulu." Liona tersenyum merasakan pelukan hangat yang penuh kasih sayang dari Ayahnya.
"Tidak apa, Ibu-mu sudah mengatakannya." Chris mengecup kening putrinya dengan sayang, sejujurnya sekarang ia lega melihat Liona dapat pulang dalam keadaan baik-baik saja. Sejak kepergian putrinya kemarin dan pertengkarannya dengan Lia, Chris menjadi berfikir yang tidak-tidak karena menghawatirkan Liona.
"Apa putri Ayah yang cantik ini sudah makan?" Tanya Chris melepas pelukannya.
Liona mengangguk menanggapi. "Sudah. Ah, iya. Di mana Ibu? Aku tidak melihatnya." Liona melirik sekitar mencari Lia yang tak terlihat keberadaannya, padahal setiap Liona pulang dari mana pun, Ibunya itu selalu antusias menyambutnya walaupun hanya sehari atau bahkan hitungan jam.
Chris yang mendengar pertanyaan Liona menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. "Dia belum lama pergi, Ayah di minta untuk tidak menghubunginya atau Ibu-mu itu tidak akan berbicara lagi pada Ayah selama seminggu."
Liona terkekeh melihat Ayahnya, terkadang orangtuanya itu bersikap seperti anak remaja yang baru berpacaran.
"Ayah pasti membuatnya marah. Baiklah, aku akan menghubunginya," ucap Liona terkekeh dan mengecup pipi Ayahnya sekilas sebelum melesat dari sana untuk menghubungi Lia.
Chris mengangguk lalu tersenyum melihat Liona yang berlari ke lantai 2.
Mungkin Lia sudah menghubungi Liona lebih dulu, namun karena ia lupa meng-charger ponselnya sehingga ia tidak tahu apa saja yang masuk ke ponsel miliknya.
Liona segera mengisi daya dan menyalakan ponselnya untuk menghubungi sang Ibu.
"Halo, Ibu?"
*****
Sean tiba di kantornya, ia segera pergi menuju ruangan miliknya sesekali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
Lift sampai di lantai yang ia tuju, kakinya kembali melangkah menuju ruangan.
"Apa itu?" Gumam Sean melihat beberapa kotak dan paper bag di atas meja kerjanya saat ia memasuki ruangan.
Sean mendekati barang-barang itu untuk melihat isinya.
Pakaian, kunci mobil, dan barang-barang lainnya membuat Sean mengerenyit bingung. Apa maksudnya semua ini?
Sean melesak saku celananya untuk mengambil ponsel, ia ingin menanyakan semua itu pada penanggung jawab kantornya.
"Ada banyak barang di ruangan saya," tutur Sean saat panggilannya terhubung.
"Saya diperintahkan oleh Pak Rion untuk memberikan itu semua sebagai hadiah pertama Anda bekerja," jawab orang di sebrang sana.
"Baiklah." Sean mematikan panggilannya setelah mendengar jawaban yang membuatnya bingung tadi.
"Ini pasti Ayah yang memberikannya," gumamnya sambil mendudukan bokongnya di kursi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA TERHALANG DENDAM KELUARGA
RomanceCinta yang membuat terjalinnya suatu hubungan harus diakhiri setelah mengetahui suatu fakta yang menyakitkan. Sean, yang ingin menjalankan tugas dari ayahnya untuk membunuh mantan kekasihnya harus terhenti karena kehadiran sang buah hati. Sedangkan...