“Dia memang sudah pergi, tetapi haknya akan tetap jadi miliknya.”
“Oh, jadi princessnya Papa lagi ngambek?” Amora berdecak kesal mendengar itu.
“Gara-gara sekretarisnya Papa sih!” omel Amora membuat Hendra terkekeh. Lelaki itu mengusap rambut Amora lembut.
“Moo?”
“PAPAAAAAA!!!” Amora berteriak membuat orang-orang yang berada disekitar ruang kerja Hendra mengintip.
“Papa jahat banget, memangnya aku sapi apa?”
“Kamu kesel Papa panggil begitu? Padahal pas kecil kamu suka banget dipanggil Moo. Kalo kata kamu sih lucu kaya sapi.” Amora semakin salah tingkah ketika mengingat kejadian itu.
“Paaapaaaa.”
“Eh, Princess. Kenapa?” tanya Hendra sembari menatap wajah mungil putrinya.
“Sapi lucu ya Pa?”
“Iya sayang, lucu.” kalo sapi film kartun—batin Hendra.
“Mulai sekarang Amora pengen dipanggil Moo.”
“Anj*r!” setelah mengatakan itu, Hendra reflek menutup mulutnya.
“Iya, lucu ya. Moo pengen dibeliin boneka sapi sekalian gak?” tawar Hendra membuat mata Amora berbinar.
“Moo mau, Paah.”
Amora menutup matanya, ia merasa benar-benar malu.
“Pa, ini ada makanan dari pacar Papa,” kata Amora berusaha mengganti topik. Gadis itu meletakkan rantang makanan yang sedari tadi ia pegang diatas meja kerja Papanya.
“Pacar Papa? Siapa? Papa gak punya pacar deh.”
“Ohh berarti Bi Siska cintanya bertepuk sebelah tangan. Baguslah.” Hendra mengambil rantang makanan itu lalu membukanya.
“Makasih ya, Amoora.”
“Kalo udah gede, aku pengen jadi pencuri. Biar bisa mencuri dan mengkorupsi duit Papahku.” Hendra dibuat tertawa dengan ucapan putri tunggalnya itu.
“Papa gak ada niatan ganti pembantu gitu?” Hendra dibuat tersedak dengan pertanyaan tiba-tiba dari putrinya.
“Kenapa nanya gitu?” bukannya menjawab Hendra malah bertanya balik.
“Bi Siksa kubur makin lama makin nyebelin!” kata Amora dengan wajah marah yang terlihat menggemaskan.
“Jangan gitu Princess. Kamu inget gak sejak kapan Siska kerumah kita dan ngerawat kamu?” tanya Hendra membuat Amora mengangguk.
“Sejak kecil Amora udah ngeliat muka Bi Siska,” katanya sambil mengerjap pelan.
“Nah, Bi Siska juga loh yang ngasih kamu ASI,” Amora berdiri lalu menggebrak meja.
“HAH?! Serius?!” tanya Amora sambil melotot.
“Tiga ribu rius.”
“Mama?” tanya Amora membuat mata Hendra berkaca-kaca.
“Mama ka—”
“Papa boleh jelasin kalo Papa udah sanggup. Jangan dipaksain, tapi Papa punya hutang cerita sama Amora.”
“Mama memang udah lama ninggalin Papa. Tapi seluruh cinta Papa cuma buat Mama sama kamu. Jangan berpikir kalo Papa bakal cinta sama wanita lain kecuali Mama kamu.”
***
Amora
Gar...
Sorry...
Tapi aku benar-benar butuh kamu, sekarang
KAMU SEDANG MEMBACA
SCHEME
Teen FictionAmora Anandya, sang Penguasa SMA Majara. Ia disebut sebagai Ratu karena kecantikannya dan juga karena Ayahnya adalah investor terbesar SMA Majara. Tetapi jabatan Amora sebagai Ratu perlahan mulai tergeser karena keberadaan Rania. Dan beberapa rahasi...